Keistimewaan Imam Al-Bukhari, 400-an Ulama Hadis Pernah Menguji Beliau

Selasa, 15 September 2020 - 05:05 WIB
loading...
Keistimewaan Imam Al-Bukhari, 400-an Ulama Hadis Pernah Menguji Beliau
Imam Al-Bukhari bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju’fi Al-Bukhari. Foto/Ist
A A A
Siapa sebenarnya Imam Al-Bukhari yang namanya begitu mahsyur di kalangan penuntut ilmu . Beliau adalah sosok ulama yang sangat dihormati karena kekuatan hafalan dan kecerdasannya mengumpulkan hadis-hadis shahih.

Imam Al-Bukhari bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju’fi Al-Bukhari . Beliau lahir hari Jumat 13 Syawal 194 H bertepatan 21 Juli 810 M di Kota Bukhara, sebuah kota di Uzbekistan dan wafat tahun 256 Hijriah di Desa Khartank, Uzbekistan. (Baca Juga: Inilah Rahasia Kesabaran Imam Bukhari)

Keistimewaan Imam Al-Bukhari diceritakan oleh Ustaz Hanif Luthfi Lc MA (pengajar Rumah Fiqih Indonesia) dalam bukunya "Biografi Imam Bukhari". Muhammad bin Hatim Warraq Al-Bukhari rahimahullah menceritakan, "Aku bermimpi melihat Bukhari berjalan di belakang Nabi صلى الله عليه وسلم. Setiap kali Nabi صلى الله عليه وسلم mengangkat telapak kakinya maka Abu Abdillah (Bukhari) pun meletakkan telapak kakinya di situ."

Adapun keistimewaan beliau yaitu mampu menghafal 100.000 hadits shahih sanad dan matannya. Selain itu hafal 200.000 hadits tidak shahih sanad dan matannya. Sebagaimana pernyataan beliau: "Saya hafal 100.000 hadits shahih, dan 200.000 hadits yang tidak shahih."

( )

Diuji di Baghdad
Kehebatan hafalan Imam Al-Bukhari tampak ketika ulama Baghdad mendengar akan kedatangan Abu 'Abdillah ke kota mereka. Dengan sengaja, mereka itu mempersiapkan seratus hadits dan kemudian menukar dan merubah matan dan sanadnya. Mereka menukar matan satu sanad dengan teks hadits yang lain, dan begitu sebaliknya. Setiap orang memegangi sepuluh hadits yang nantinya akan dilontarkan kepada Abu Abdillah sebagai bahan ujian kekuatan hafalannya.

Orang-orang pun berkumpul di dalam majlis. Orang pertama menanyakan kepada Imam Al-Bukhari sepuluh hadits yang ia miliki satu persatu. Setiap kali ditanya, Imam al-Bukhari menjawab, sampai hadits yang kesepuluh, "Saya tahu mengenalnya (hadits itu dengan sanad yang disebutkan). Para Ulama yang hadir pun saling menoleh kepada yang lain dan berkata, "Orang ini (benar-benar) paham".

Sementara orang yang tidak tahu tujuan digelarnya majelis itu menilai Imam Al-Bukhari sebagai orang yang hafalannya lemah. Kemudian tampillah orang kedua, melakukan hal yang sama. Dan setiap kali mendengarkan satu hadits , beliau berkomentar sama, "Aku tidak mengenalnya". Selanjutnya tampil orang ketiga sampai orang terakhir dengan komentar yang sama.

Setelah semua selesai menyampaikan hadits-haditsnya, Imam Al-Bukhari menoleh ke arah orang pertama seraya meluruskan, "Haditsmu yang pertama mestinya demikian, yang kedua mestinya demikian, yang ketiga mestinya demikian, sampai membenarkan hadits yang kesepuluh. Setiap hadits beliau satukan dengan matan-matannya yang benar.

Beliau melakukan hal yang sama kepada para ‘pengujinya’ lainnya sampai pada orang yang terakhir. Akhirnya, orang-orang pun betul-betul mengakui akan kehebatan hafalan beliau. (Baca Juga: Mengambil Berkah dari Tradisi Khataman Kitab Al-Bukhari di Majlis Kwitang)
Keistimewaan Imam Al-Bukhari, 400-an Ulama Hadis Pernah Menguji Beliau

Diuji Oleh 400-an Ulama di Samarkand
Di Samarkand (sekarang Uzbekistan), Imam Al-Bukhari pun menghadapi hal yang sama. Bahkan selama 7 hari berturut-turut 400-an ulama hadits menguji beliau dengan hadits-hadits yang sanad-sanad dan nama rijal (para perawi) yang telah dicampuradukkan, menempatkan sanad perawi Syam ke dalam sanad perawi Irak, sanad dari perawi Yaman ke dalam sanad perawi Hijaz, meletakkan matan hadits bukan pada sanadnya.

Lantas, mereka membacakan hadits-hadits plus sanad-sanadnya yang sudah campur-aduk ini ke hadapan Imam Al-Bukhari . Dengan sigap, beliau mengoreksi semua hadits dan sanad itu dan menyatukan setiap hadits dengan sanadnya yang benar. Para Ulama yang menyaksikan itu tidak mampu menjumpai satu kesalahan dalam peletakan matan maupun penempatan posisi para perawi.

Khatam Al-Qur'an Ketika Salat Malam
Selain mencari ilmu, Imam Al-Bukhari juga dikenal sebagai ahli ibadah. Musabbah bin Said berkata: "Beliau ketika Ramadhan, siang hari khatam Al-Qur'an sekali. Adapun malamnya ketika shalat khatam baca Al-Qur'an setiap 3 malam."

Selain itu, beliau selalu shalat 2 rakaat setiap menuliskan satu biografi ulama ketika menulis Kitab at-Tarikh al-Kabir dan mandi lalu shalat 2 rakaat di setiap menuliskan satu hadits dalam shahih Bukhari.

( )

Tabarruk ke Kuburan Imam Bukhari
Ada kisah tak biasa berkaitan dengan keistimewaan Imam Al-Bukhari setelah beliau wafat. Pada tahun 464 H, terjadi kekeringan di Samarkand. Mereka melakukan salat istisqa' di dekat kuburan Imam Bukhari .

Imam ad-Dzahabi (wafat 748 H) berkata: "Dan telah berkata Abu 'Aliy Al-Ghassaaniy: Telah mengabarkan kepada kami Abul-Fath Nashr bin Al-Hasan As-Sakatiy As-Samarqandiy: "Kami datang dari negeri Valencia (Spanyol) pada tahun 464 H. Selama beberapa tahun hujan tidak turun pada kami di negeri Samarqand. Orang-orang melakukan istisqaa’ (shalat meminta hujan) beberapa kali, namun hujan tidak juga turun.

Maka, seorang laki-laki saleh yang dikenal dengan kesalehannya mendatangi Qadly negeri Samarqand. Ia berkata: "Sesungguhnya aku mempunyai satu pendapat yang hendak aku sampaikan kepadamu". Qadliy berkata: "Apa itu?". Ia berkata: "Aku berpandangan agar engkau keluar bersama orang-orang menuju kubur Al-Imam Muhammad bin Isma’iil Al-Bukhari .Makam beliau ada di Khartank. Lalu kita melakukan istisqaa' di sisi kuburnya, semoga Allah menurunkan hujan kepada kita". Qadli berkata: "Ya, aku setuju".

Maka, sang Qadli pun keluar dan diikuti oleh orang-orang bersamanya. Qadli tersebut melakukan istisqaa' bersama orang-orang. Orang-orang menangis di sisi kubur dan meminta syafa'at dengan perantara penghuni kubur ( Al-Imaam Al-Bukhari ). Setelah itu, Allah Ta'ala mengutus awan yang membawa hujan sangat lebat. Orang-orang tinggal di Khartank selama kurang lebih tujuh hari. Tidak seorang pun yang dapat pulang ke Samarqand karena derasnya hujan yang turun.

Jarak antara Khartank dan Samarqand sekitar tiga mil. Imam ad-Dzahabi tak berkomentar apa-apa terkait kisah ini, tak pula memungkiri atau membantahnya, karena sejatinya beliau menukil seutuhnya. Cerita serupa tentang kuburan Imam Bukhari ini juga dikisahkan oleh Tajuddin as-Subki dalam kitabnya Thabaqat as-Syafi'iyyah Al-Kubra.

Demikian keistimewaan Imam Al-Bukhari . Semoga kita mendapat keberkahan dari ilmu beliau dan Allah mengumpulkannya di tempat yang tinggi bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم . ( )
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2855 seconds (0.1#10.140)