Menurut Taurat Ayyub Bukan Nabi, Dia Marah Terima Cobaan dari Allah Ta'ala

Rabu, 21 Oktober 2020 - 12:14 WIB
loading...
A A A
Versi Taurat
Barangsiapa membaca kisah Ayyub di dalam Al-Qur'an dan hadis yang sahih lalu membaca kisah ini dalam Taurat , maka dia akan meyakini bahwa salah satu sasaran pemaparan versi dalam Al-Qur'an dan penjelasan detail-detailnya di dalam hadis adalah untuk membongkar penyelewengan kisah ini menurut versi Bani Israil dan membebaskan Nabiyullah Ayyub dari tuduhan palsu dan dusta oleh orang-orang yang menyeleweng lagi zalim.

Menurut Syaikh Umar, klaim pertama yang harus diluruskan dan dikoreksi adalah klaim para penulis kisahnya dalam Taurat bahwa Ayyub bukan seorang Nabi. Dia hanyalah seorang laki-laki saleh lagi lurus.

"Klaim kedua yang harus diluruskan dan dikoreksi adalah apa yang dikatakan oleh Taurat bahwa Ayyub marah kepada Tuhannya ketika menjalani cobaan," tutur Syaikh Umar.

Kemarahan Ayyub kepada Tuhannya ini dipaparkan lewat perbincangan panjang antara Ayyub dan ketiga orang temannya. Walau Ayyub dengan imannya dan kepercayaannya kepada Tuhannya, dia tetap berbicara panjang kepada teman-temannya untuk menampakkan penderitaannya karena cobaan dari Allah, walaupun dia tetap baik, lurus dan melakukan kebaikan. (Baca Juga: Doa Nabi Ayyub Ketika Ditimpa Penyakit
Dialog yang terjadi adalah dialog yang panjang. Melalui dialog ini para pengarangnya bermaksud untuk mengatasi masalah akidah, yaitu sebab-sebab Allah menurunkan ujian-Nya kepada orang saleh dan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya dan teguh di atas perintah-Nya.

Dialog itu mengangkat masalah ini dengan bahasa filsafat dan bahasa syair. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi menganggap bahwa Safar Ayyub adalah salah satu Safar hikmah.

Aneh jika Ayyub dalam Taurat adalah seorang pemarah dan pengeluh yang jauh dari pemahaman yang lurus, menolak berserah diri terhadap qadha dan qadar, dan bahwasanya teman-temannya adalah orang-orang yang mengerti dan mengetahui sehingga berusaha sepenuh daya guna untuk memberi pengertian, pelajaran dan mengembalikannya ke jalan yang benar.

Kedustaan semua itu ditunjukkan oleh hadis yang disampaikan oleh Rasulullah tentang kesabaran Ayyub dan keteguhannya untuk menerima apa yang menimpanya tanpa berkeluh kesah, sampai-sampai salah seorang temannya menduga sesuatu pada diri Ayyub.

Dia melihat lamanya ujian yang menimpa Ayyub sebagai bukti bahwa Ayyub telah melakukan dosa besar, sehingga dia berhak menerima hukuman panjang ini. Ayyub membantah hal itu dengan menyebutkan kepada mereka tentang ketakwaan dan kebersihan hatinya semasa dia sehat wal afiat.

Apa yang ditetapkan oleh hadis menunjukkan bahwa Ayyub lebih memahami, lebih bertakwa, dan lebih mengetahui. Dia tidak bimbang. Bimbang ini tidak datang darinya, tetapi dari salah seorang temannya.

Adalah benar ketika Taurat menyebutkan bahwa Ayyub mengerti, bertaubat, dan kembali kepada Allah. Akan tetapi, apa yang disebutkan oleh Taurat bahwa Ayyub mengeluh, merasa sempit dan marah, ini tidaklah benar sama sekali.

Taurat sesuai dengan Al-Qur'an dalam memberitakan bahwa Ayyub dulunya adalah orang yang kaya sebelum ditimpa musibah. Dia memiliki keluarga dan anak, dan bahwa Allah mengambil harta dan anaknya sebagaimana ujian menimpa jasadnya, lalu Allah mengembalikan keluarga, anak, serta hartanya kepadanya setelah Ayyub sembuh.

Akan tetapi, Taurat menyembunyikan hakikat manakala mengklaim bahwa Allah memberi ganti harta kepada Ayyub melalui hadiah dari saudara-saudara dan kawan-kawannya.

Padahal, dari hadis Rasulullah kita mengetahui bagaimana Allah melimpahkan harta kepada Ayyub dalam bentuk emas dan perak melalui awan. Kembalinya harta kepada Ayyub bukan melalui hadiah dari kerabat dan teman-temannya.

Taurat sesuai dengan Al-Qur'an dalam urusan penyakit yang menimpa tubuh Ayyub, yaitu dari setan. Namun perincian-perincian yang disebutkan oleh Taurat dalam perbincangan antara Allah dengan setan tidaklah benar.

Hal itu menyelisihi kaidah-kaidah syariat yang pokok lagi baku. Allah tidak berbincang dengan setan setelah Dia mengusirnya dari rahmat-Nya, walaupun terkadang Dia mengizinkan untuk menimpakan penyakit kepada hamba-hamba-Nya karena sesuatu perkara yang diinginkan olehNya.
(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2220 seconds (0.1#10.140)