Menurut Taurat Ayyub Bukan Nabi, Dia Marah Terima Cobaan dari Allah Ta'ala

Rabu, 21 Oktober 2020 - 12:14 WIB
loading...
Menurut Taurat Ayyub Bukan Nabi, Dia Marah Terima Cobaan dari Allah Taala
Ilustrasi/Ist
A A A
AYYUB adalah salah seorang Nabi Allah yang mulia. Allah mewahyukan kepada Ayyub, "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi sesudahnya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman." (QS An-Nisa: 163)

Ayyub termasuk keturunan Nabi Ibrahim . Firman Allah, "Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk, dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun." (QS Al-An'am: 84)

Allah telah menceritakan kisahnya di dua tempat dalam kitab-Nya: Pertama, dalam surat Al-Anbiya. Firman Allah, "Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, '(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.'

Maka kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS Al-Anbiya: 83-84)

Kedua, dalam surat Shad. Firman-Nya, "Dan ingatlah akan hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman), 'Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.' Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS Shad: 41-44)

Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul "Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah" menyebutkan dalam Sunnah Rasulullah terdapat keterangan tentang kisah Ayyub yang lebih jelas dan terperinci. Dari seluruh keterangan dalam Al-Qur'an dan hadis dapat diambil kesimpulan bahwa hidup Ayyub penuh dengan kenikmatan sebelum memperoleh ujian, kehidupannya makmur. Allah menganugerahkan harta, keluarga dan anak kepadanya, kemudian Allah berkehendak untuk mengujinya. Maka Dia mengambil harta dan anaknya, badannya pun berpenyakit. Orang-orang yang dikumpulkan oleh nikmat di sekelilingnya mulai menjauhinya. Orang dekat dan orang jauh menghindarinya. Yang masih baik kepadanya hanyalah istrinya dan dua orang dari sahabatnya yang mulia. (Baca Juga: 5 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Ayyub untuk Korban Covid-19
Kedua orang ini sering mengunjunginya dan Ayyub terhibur karenanya. Salah seorang dari keduanya memikirkan keadaan Ayyub yang telah diuji sekian lama. Ayyub menanggung itu selama delapan belas tahun dan Allah belum mengangkat apa yang menimpanya.

Terbersit di pikiran orang ini bahwa cobaan Ayyub itu mungkin dikarenakan dosa besar yang pernah diperbuat oleh Ayyub. Orang ini mengatakan apa yang ada di pikirannya kepada temannya, dan temannya ini pun tidak kuasa menyimpan apa yang dikatakan oleh rekannya.

Dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Hal ini membuat Ayyub sangat bersedih, maka dia menceritakan keadaannya secara terbuka dan menepis anggapan tersebut. Pada waktu Ayyub sehat dan bugar, dia melihat dua orang saling bertikai dan keduanya menyebut nama Allah. Ayyub pulang ke rumahnya dan bersedekah atas nama keduanya, karena dia khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.(Baca Juga: Kesabaran Nabi Ayyub Ditimpa Penyakit Patut Diteladani
Di sanalah Ayyub menghadap kepada Tuhannya dengan doa memohon dari-Nya agar ujiannya diangkat, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya: 83). "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan." (QS Shad: 41)

Allah menjawab doanya dan mengangkat ujian yang menimpanya. Allah Maha Berkuasa atas segala hal. Jika Dia menghendaki, sesuatu pastilah terjadi. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mampu menghalangi-Nya.

Sudah menjadi kebiasaan Ayyub jika dia pergi buang hajat, dia diantar dan dituntun oleh istrinya karena badannya yang lemah. Jika Ayyub telah tiba di tempat yang dituju, istrinya membiarkannya menunaikan hajatnya. Setelah itu dia kembali menuntun suaminya pulang ke tempat tinggalnya. ( )

Pada hari ketika Ayyub berdoa kepada Allah, dia terlambat kembali kepada istrinya yang sedang menunggunya. Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menjejakkan kakinya yang lemah ke tanah, maka dari tempat yang dijejaknya itu memancarlah air. Allah meminta Ayyub agar minum air itu dan mandi darinya. Air itu menghilangkan penyakit di tubuhnya, lahir dan batin.

Ayyub kembali sehat dan bersemangat pada saat itu juga. Kesehatan dan kekuatannya pulih seperti ia tidak pernah sakit.

Ayyub menemui istrinya dengan penuh semangat dan gairah seperti sebelum dia diserang penyakit. Ketika istrinya melihatnya, dia tidak mengenalinya walaupun dia melihatnya seperti suaminya yang dahulu sehat wal ’afiat. ( )

Dia bertanya kepadanya tentang suaminya, seorang Nabi yang sakit-sakitan. Dia menyebutkan apa yang pernah dilihatnya dari suaminya pada saat suaminya masih sehat dan kuat. Dia sama sekali tidak menduga bahwa suaminya bisa sehat dan sembuh dari penyakitnya dalam waktu yang sesingkat itu, yaitu sewaktu dia terlambat untuk kembali kepadanya.

Kebahagiaannya begitu besar manakala dia melihat nikmat Allah kepada suaminya dalam bentuk kembalinya kesehatan dan kekuatan kepadanya. Sebagaimana Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Allah juga mengembalikan hartanya yang hilang sebanyak dua kali lipat, serta menganugerahkan anak-anak kepadanya dua kali lipat pula. ( )

Allah mengirim dua awan yang tidak membawa hujan, tetapi membawa emas dan perak. Ayyub memiliki dua tempat penyimpanan hasil bumi. Yang pertama untuk gandum dan yang lain untuk jewawut. Awan pertama menumpahkan emas di tempat penyimpanan gandum dan awan kedua menumpahkan perak di tempat penyimpanan jewawut.

Pada waktu sakit Ayyub pernah marah kepada istrinya. Dia bernadzar, jika dia sembuh, dia akan memukulnya seratus kali. Setelah sembuh Ayyub merasa berat memukul istrinya yang selama dia sakit begitu sabar merawatnya, tetapi dia juga merasa berat karena tidak menunaikan nazar kepada Tuhannya. Maka Allah memberikan jalan keluar dan kemudahan. (Baca Juga: Kisah Nabi Ayyub, Penghibur Bagi Orang yang Ditimpa Musibah
Dia memerintahkan Ayyub agar mengambil seikat batang gandum atau jewawut dan memukul istrinya dengan itu satu kali pukulan, dengan itu Ayyub telah menunaikan nazarnya dan tetap tidak menyakiti istrinya. Allah berfirman untuk Ayyub, "Dan ambillah dengan tanganmu seikat rumput, maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah." (QS. Shad: 44)

Ayyub adalah seorang yang gesit, dermawan dan humoris dalam kejujuran. Rasulullah telah memberitakan kepada kita di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Nasa’i dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Manakala Ayyub sedang mandi telanjang, sekelompok belalang dari emas jatuh kepadanya, maka Ayyub memunguti dan menyimpannya di bajunya. Maka Tuhannya memanggilnya, 'Wahai Ayyub, bukankah Aku telah membuatmu kaya seperti yang kamu lihat?' Ayyub menjawab, 'Benar, ya Rabbi, akan tetapi aku selalu memerlukan keberkahan-Mu."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1534 seconds (0.1#10.140)