Berikut Tips Membuka Tabir Diri Ajaran Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
loading...
A
A
A
SYAIKH Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitabnya berjudul Futuh Al-Ghaib memberi nasehat dan resep agar kita dapat membuka tabir dengan Sang Pencipta.
"Tabir penutup dirimu takkan tersibak," kata Syaikh Abdul Qadir, "Selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup. Selama hawa nafsumu belum pupus. Begitu pula maksud dan kerinduanmu."
"Selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat ," lanjutnya. "Dan yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu. Dan kau terisi dengan nur Tuhanmu. Dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan." ( )
Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala. Dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir -Nya. Bukannya peluruh penuh dalam takdir dan karunia-Nya.
Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu. Parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya. Dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid . Dan pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan. ( )
Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan. Tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya. Dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka.
Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka kepadamu. ( )
Juga, seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan.
Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya.
Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu.
Allah berfirman: “Dan Kami jadikan istrinya patut baginya.” (QS 21:90)
“Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada istri-istri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan.” (QS 25:74)
“Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai.” (QS 19:6)
Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah. ( )
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu.
Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepadaNya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa .
Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. ( )
Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
"Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah!Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah!Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan," tuturnya.
Maka, lanjutnya, akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata: “Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (QS 12:54)
Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir’aun . Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. ( )
"Tabir penutup dirimu takkan tersibak," kata Syaikh Abdul Qadir, "Selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup. Selama hawa nafsumu belum pupus. Begitu pula maksud dan kerinduanmu."
"Selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat ," lanjutnya. "Dan yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu. Dan kau terisi dengan nur Tuhanmu. Dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan." ( )
Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala. Dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir -Nya. Bukannya peluruh penuh dalam takdir dan karunia-Nya.
Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu. Parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya. Dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid . Dan pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan. ( )
Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan. Tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya. Dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka.
Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka kepadamu. ( )
Juga, seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan.
Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya.
Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu.
Allah berfirman: “Dan Kami jadikan istrinya patut baginya.” (QS 21:90)
“Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada istri-istri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan.” (QS 25:74)
“Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai.” (QS 19:6)
Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah. ( )
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu.
Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepadaNya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa .
Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. ( )
Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
"Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah!Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah!Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan," tuturnya.
Maka, lanjutnya, akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata: “Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (QS 12:54)
Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir’aun . Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. ( )