Kampanye Keji untuk Menumbangkan Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
loading...
A
A
A
MENYADARI kekuatannya sendiri, Muawiyah tidak gugup menerima surat perintah Amirul Mukminin. Selesai dibaca, dengan sengaja surat itu dibiarkan begitu saja. Utusan Khalifah Ali bin Abi Thalib dibiarkan menunggu sampai tidak tentu batas waktunya.
Tiga bulan kemudian barulah Muawiyah membalas surat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Seorang dari Bani 'Absy diperintahkan berangkat membawa surat jawaban untuk Khalifah di Madinah . Untuk memperlihatkan sikapnya yang tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah dan Amirul Mukminin, pada sampul surat jawaban itu ditulis: "Dari Muawiyah bin Abi Sufyan kepada Ali bin Abi Thalib."
Sebelum utusan itu berangkat ke Madinah, Muawiyah berpesan agar setibanya di kota tujuan, sampul surat itu diperlihatkan dulu kepada orang banyak, sebagai pemberitahuan bahwa ia tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai Amirul Mukminin.
Pesan Muawiyah itu dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh orang dari Bani 'Absy. Secara demonstratif sampul surat Muawiyah diperlihatkan kepada orang banyak. Semua orang ingin tahu apa yang terjadi akibat pembangkangan Muawiyah.
Orang beramai-ramai mengikuti perjalanan kurir itu menuju ke tempat kediaman Ali bin Abi Thalib. Mereka juga ingin tahu apa sesungguhnya isi surat tersebut.
Kedatangan kurir Muawiyah disambut dengan tenang oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah dibuka, ternyata dalam sampul itu hanya terdapat secarik kertas yang bertuliskan "Bismillaahhir Rahmanir Rahim".
"Apa maksud ini?" tanya Amirul Mukminin kepada kurir dengan heran. "Selain ini apakah ada berita lain?"
Setelah didesak beberapa kali, akhirnya kurir mengatakan, bahwa ia ingin memperoleh jaminan atas keamanan dan keselamatannya lebih dulu, sebelum memberikan keterangan. Permintaan itu dikabulkan oleh Amirul Mukminin.
Setelah itu barulah kurir menceritakan apa yang sedang terjadi di Syam. Katanya: "Penduduk Syam telah bersepakat hendak menuntut balas atas kematian Utsman bin Affan…
Mereka telah mengeluarkan jubah Khalifah Utsman yang berlumuran darah dan jari isterinya, Na'ilah, yang terpotong pada saat berusaha menahan ayunan pedang. Semuanya itu dipertontonkan kepada penduduk Syam. Melihat kenyataan ini penduduk di sana menangisi kematian Khalifah Utsman sambil mengelilingi jubahnya."
H.M.H. Al Hamid Al Husaini dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a. " memaparkan dari keterangan kurir itu dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa atas usaha Muawiyah, penduduk Syam sekarang telah menuduh Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai pelaku makar terhadap Khalifah Utsman r.a. dan mereka tidak akan membiarkan peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman r.a .
Apa yang dikatakan kurir Muawiyah benar-benar membangkitkan kemarahan semua orang yang hadir. Hanya karena kebijaksanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib saja kurir itu terjamin keselamatannya.
Orang-orang Madinah sangat gusar mendengar fitnah yang dilancarkan Muawiyah terhadap Amirul Mukminin. Lebih-lebih mereka yang dulu memberontak terhadap Khalifah Utsman r.a.
Semua yang dilakukan Muawiyah di Damsyik merupakan muslihat politik yang dirajut bersama seorang penasehatnya yang terkenal kaya dengan tipu-daya: Amr bin Al-Ash.
Sejak Khalifah Ali bin Abi Thalib terbai'at sebagai Khalifah, dua sejoli itu telah bertekad hendak menempuh segala cara guna menggagalkan usaha Ali bin Abi Thalib memantapkan kedudukannya sebagai Amirul Mukminin. Sebab Muawiyah yakin benar, bahwa Ali bin Abi Thalib tidak akan memberi kesempatan sedikit pun kepadanya untuk terus berkuasa di daerah.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan satu dalih yang dapat menjatuhkan martabat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Baca juga: Menolak Jadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib: Aku Lebih Baik Jadi Wazir
Guna keperluan itu Muawiyah dengan sengaja mendatangkan jubah Khalifah Utsman r.a. dan kepingan-kepingan jari Na'ilah dari Madinah ke Damsyik. Hanya sekadar untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai. Jubah Khalifah yang berlumuran darah itu digantungkan dalam masjid Damsyik, sebagai bukti kematian Khalifah yang sangat mengerikan.
Sedangkan kepingan-kepingan jari Na'ilah, isteri Khalifah Utsman r.a., diletakkan dekat jubah sebagai saksi bisu.
Bersamaan dengan itu dikampanyekan secara besar-besaran kepada penduduk, bahwa orang yang membunuh Khalifah Utsman r.a. bukan lain hanyalah Khalifah Ali bin Abi Thalib sendiri!
Muslihat politik yang dijalankan oleh Muawiyah dan Amr bin Al-Ash itu ternyata berhasil mengelabui pikiran penduduk yang tidak memahami seluk beluk politik. Dengan cepat Syam dilanda suasana anti Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ini merupakan awal persiapan pemberontakan bersenjata yang tak lama lagi akan dicetuskan Muawiyah.
Untuk menanggulangi fitnah sekeji itu, Khalifah Ali bin Abi Thalib segera mengambil langkah-langkah seperlunya. Ia segera mengumpulkan kaum Muhajirin dan Anshar . Di antara mereka itu hadir dua orang tokoh terkemuka yang sedang beroposisi, yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Al-'Awwam.
Setelah menjelaskan kegiatan fitnah yang dilakukan Muawiyah di Syam, Khalifah Ali bin Abi Thalib mengemukakan gagasan untuk mencegah meluasnya fitnah yang berbahaya itu.
Gagasan yang dikemukakan Khalifah Ali bin Abi Thalib ternyata mendapat sambutan dingin. Bahkan Thalhah dan Zubair, yang merupakan tokoh-tokoh terdini membai'at Ali bin Abi Thalib, dengan alasan hendak berangkat umrah ke Makkah, menyatakan tak dapat memenuhi ajakan Khalifah Ali bin Abi Thalib. (Bersambung)
Tiga bulan kemudian barulah Muawiyah membalas surat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Seorang dari Bani 'Absy diperintahkan berangkat membawa surat jawaban untuk Khalifah di Madinah . Untuk memperlihatkan sikapnya yang tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah dan Amirul Mukminin, pada sampul surat jawaban itu ditulis: "Dari Muawiyah bin Abi Sufyan kepada Ali bin Abi Thalib."
Sebelum utusan itu berangkat ke Madinah, Muawiyah berpesan agar setibanya di kota tujuan, sampul surat itu diperlihatkan dulu kepada orang banyak, sebagai pemberitahuan bahwa ia tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai Amirul Mukminin.
Pesan Muawiyah itu dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh orang dari Bani 'Absy. Secara demonstratif sampul surat Muawiyah diperlihatkan kepada orang banyak. Semua orang ingin tahu apa yang terjadi akibat pembangkangan Muawiyah.
Orang beramai-ramai mengikuti perjalanan kurir itu menuju ke tempat kediaman Ali bin Abi Thalib. Mereka juga ingin tahu apa sesungguhnya isi surat tersebut.
Kedatangan kurir Muawiyah disambut dengan tenang oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah dibuka, ternyata dalam sampul itu hanya terdapat secarik kertas yang bertuliskan "Bismillaahhir Rahmanir Rahim".
"Apa maksud ini?" tanya Amirul Mukminin kepada kurir dengan heran. "Selain ini apakah ada berita lain?"
Setelah didesak beberapa kali, akhirnya kurir mengatakan, bahwa ia ingin memperoleh jaminan atas keamanan dan keselamatannya lebih dulu, sebelum memberikan keterangan. Permintaan itu dikabulkan oleh Amirul Mukminin.
Setelah itu barulah kurir menceritakan apa yang sedang terjadi di Syam. Katanya: "Penduduk Syam telah bersepakat hendak menuntut balas atas kematian Utsman bin Affan…
Mereka telah mengeluarkan jubah Khalifah Utsman yang berlumuran darah dan jari isterinya, Na'ilah, yang terpotong pada saat berusaha menahan ayunan pedang. Semuanya itu dipertontonkan kepada penduduk Syam. Melihat kenyataan ini penduduk di sana menangisi kematian Khalifah Utsman sambil mengelilingi jubahnya."
H.M.H. Al Hamid Al Husaini dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a. " memaparkan dari keterangan kurir itu dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa atas usaha Muawiyah, penduduk Syam sekarang telah menuduh Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai pelaku makar terhadap Khalifah Utsman r.a. dan mereka tidak akan membiarkan peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman r.a .
Apa yang dikatakan kurir Muawiyah benar-benar membangkitkan kemarahan semua orang yang hadir. Hanya karena kebijaksanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib saja kurir itu terjamin keselamatannya.
Orang-orang Madinah sangat gusar mendengar fitnah yang dilancarkan Muawiyah terhadap Amirul Mukminin. Lebih-lebih mereka yang dulu memberontak terhadap Khalifah Utsman r.a.
Semua yang dilakukan Muawiyah di Damsyik merupakan muslihat politik yang dirajut bersama seorang penasehatnya yang terkenal kaya dengan tipu-daya: Amr bin Al-Ash.
Sejak Khalifah Ali bin Abi Thalib terbai'at sebagai Khalifah, dua sejoli itu telah bertekad hendak menempuh segala cara guna menggagalkan usaha Ali bin Abi Thalib memantapkan kedudukannya sebagai Amirul Mukminin. Sebab Muawiyah yakin benar, bahwa Ali bin Abi Thalib tidak akan memberi kesempatan sedikit pun kepadanya untuk terus berkuasa di daerah.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan satu dalih yang dapat menjatuhkan martabat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Baca juga: Menolak Jadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib: Aku Lebih Baik Jadi Wazir
Guna keperluan itu Muawiyah dengan sengaja mendatangkan jubah Khalifah Utsman r.a. dan kepingan-kepingan jari Na'ilah dari Madinah ke Damsyik. Hanya sekadar untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai. Jubah Khalifah yang berlumuran darah itu digantungkan dalam masjid Damsyik, sebagai bukti kematian Khalifah yang sangat mengerikan.
Sedangkan kepingan-kepingan jari Na'ilah, isteri Khalifah Utsman r.a., diletakkan dekat jubah sebagai saksi bisu.
Bersamaan dengan itu dikampanyekan secara besar-besaran kepada penduduk, bahwa orang yang membunuh Khalifah Utsman r.a. bukan lain hanyalah Khalifah Ali bin Abi Thalib sendiri!
Muslihat politik yang dijalankan oleh Muawiyah dan Amr bin Al-Ash itu ternyata berhasil mengelabui pikiran penduduk yang tidak memahami seluk beluk politik. Dengan cepat Syam dilanda suasana anti Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ini merupakan awal persiapan pemberontakan bersenjata yang tak lama lagi akan dicetuskan Muawiyah.
Untuk menanggulangi fitnah sekeji itu, Khalifah Ali bin Abi Thalib segera mengambil langkah-langkah seperlunya. Ia segera mengumpulkan kaum Muhajirin dan Anshar . Di antara mereka itu hadir dua orang tokoh terkemuka yang sedang beroposisi, yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Al-'Awwam.
Setelah menjelaskan kegiatan fitnah yang dilakukan Muawiyah di Syam, Khalifah Ali bin Abi Thalib mengemukakan gagasan untuk mencegah meluasnya fitnah yang berbahaya itu.
Gagasan yang dikemukakan Khalifah Ali bin Abi Thalib ternyata mendapat sambutan dingin. Bahkan Thalhah dan Zubair, yang merupakan tokoh-tokoh terdini membai'at Ali bin Abi Thalib, dengan alasan hendak berangkat umrah ke Makkah, menyatakan tak dapat memenuhi ajakan Khalifah Ali bin Abi Thalib. (Bersambung)
(mhy)