Sunnah-sunnah Adzan yang Harus Diketahui Muadzin
loading...
A
A
A
Adzan adalah pemberitahuan sekaligus panggilan tanda masuknya waktu shalat fardhu yang dikumandangkan dengan suara keras. Mengumandangkan adzan hukumnya sunnah muakkad.
Dari Abdullah bin Zed Al-Anshari ra, ia berkata: "Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan membunyikan lonceng untuk memanggil umat Islam agar melakukan shalat, aku menyaksikan seseorang dalam mimpiku berkeliling dengan lonceng di tangannya. Aku bertanya kepadanya, "Wahai hamba Allah! Apakah kau menjual lonceng ini kepadaku?" Ia bertanya, "Kenapa engkau membutuhkan lonceng ini?" Aku menjawab, "Untuk memanggil orang agar melakukan shalat." Ia bertanya lagi, "Apakah mau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada lonceng ini?" Aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Ucapkanlah kalimat ini:
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar) اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar) اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
لآ إلَهَ إلا الله (Tiada Tuhan selain Allah)
Kemudian ia berhenti sejenak dan menambahkan, "Ketika engkau berdiri dan hendak melakukan shalat, engkau bisa mengucapkan:
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
قَد قَامَتِ الصَّلاَةْ (Shalat didirikan)
قَد قَامَتِ الصَّلاَةْ (Shalat didirikan)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
لآ إلَهَ إلا الله (Tiada Tuhan selain Allah)
Ketika aku bangun paginya, aku menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan melaporkan mimpiku. Rasulullah berkata, "Mimpi itu merupakan suatu kebenaran atas kehendak Allah, maka pergilah menemui Bilal dan ajarkan dia apa yang kau mimpikan supaya dikumandangkan, sebab ia memiliki suara yang lebih bagus darimu." Aku pergi menemui Bilal dan mengajarkannya adzan dan ia mengumandangkannya.
Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu mendengar adzan ini ketika ia berada di rumahnya. Ia keluar dengan rida'nya (selendangnya) terseret di tanah dan berkata, "Aku bersumpah demi Allah yang telah memngutusmu sebagai Rasul dengan kebenaran bahwa aku juga bermimpi apa yang ia mimpikan." Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, "Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)." (HR Abu Daud dengan sanad shahih)
Sunnah-Sunnah Adzan
1. Muadzin harus memiliki sifat amanah, karena ia bertanggung jawab akan masuknya waktu shalat dan ketepatannya. Juga karena adzan ini sangat berkaitan dengan puasa dan berbukanya kaum muslimin.
2. Disunnahkan beradzan dengan suara bagus dan lantang. Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadis di atas memerintahkan Abdullah bin Zed supaya mengajarkan Bilal apa yang ia mimpikan (adzan) sebab ia memiliki suara yang lebih bagus darinya. (HR Abu Daud dengan isnad shahih)
3. Disunnahkan beradzan di tempat yang tinggi.
Sesuai dengan hadis dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم memiliki dua Muadzin, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum (seorang buta). Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Bilal adzan pada waktu malam, maka makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum Adzan." Ia berkata: "Tidaklah di antara keduanya kecuali yang ini turun sedangkan yang satunya naik." (HR Bukhari Muslim)
4. Disunahkan beradzan dalam keadaan berdiri tegak menghadap kiblat kecuali ketika sampai ke "Hayya 'alash Shalah, Hayya 'alal falah" disunahkan memutarkan kepala ke kanan dan kiri sambil meletakan dua jarinya ke dalam dua telinganya.
عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَيْتُ بِلَالًا خَرَجَ إِلَى الْأَبْطَحِ فَأَذَّنَ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ فَلَمَّا بَلَغَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ لَوَى عُنُقَهُ يَمِينًا وَشِمَالًا (رواه الشيخان)
Dari Abu Juhaifah berkata: "Aku melihat Bilal keluar ke Abthah lalu Adzan menghadap ke kiblat, ketika ia sampai ke "Hayyah 'Alash Shalah Hayya 'lal Falah" ia memutar kepalanya ke kanan dan kiri." (HR Al-Bukhari Muslim)
وَ فِي رِوَايَةٍ رَأَيْتُ بِلَالًا يُؤَذِّنُ وَيَدُورُ وَأَتَتَبَّعُ فَاهُ هَاهُنَا وَأُصْبُعَاهُ فِي أُذُنَيْهِ (الترمذي)
Dalam riwayat lain, "Aku melihat Bilal Adzan dan berputar, mulutnya ke sana dan ke sini, sementara dua jarinya berada dalam dua telinganya." (HR At-Tirmidzi)
5. Muadzin Disunnahkan dalam keadaan suci dari hadas karena Adzan adalah Dzikir.
Sesuai dengan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari Al-Muhajir bin Qunfidz: "Aku tidak suka bedzikir kecuali dalam keadaan suci." (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dengan sanad shahih).
6. Disunahkan mengucapkan "Asshalatu khairun minnaum" di waktu Adzan subuh sesuai hadis dari Ibnu Mahdhurah.
7. Disunnahkan dua kali Adzan di waktu Subuh. Adzan pertama tanda masuk imsak dan Adzan kedua tanda masuk waktu shalat Subuh, sesuai dengan dari Ibnu Umar.
Dari Abdullah bin Zed Al-Anshari ra, ia berkata: "Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan membunyikan lonceng untuk memanggil umat Islam agar melakukan shalat, aku menyaksikan seseorang dalam mimpiku berkeliling dengan lonceng di tangannya. Aku bertanya kepadanya, "Wahai hamba Allah! Apakah kau menjual lonceng ini kepadaku?" Ia bertanya, "Kenapa engkau membutuhkan lonceng ini?" Aku menjawab, "Untuk memanggil orang agar melakukan shalat." Ia bertanya lagi, "Apakah mau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada lonceng ini?" Aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Ucapkanlah kalimat ini:
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar) اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar) اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
لآ إلَهَ إلا الله (Tiada Tuhan selain Allah)
Kemudian ia berhenti sejenak dan menambahkan, "Ketika engkau berdiri dan hendak melakukan shalat, engkau bisa mengucapkan:
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
أشْهَدُ أنَّ لآ إلَهَ إلا الله (Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah)
أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدَ رَسُولُ الله (Aku bersaksi Muhammad utusan Allah)
حَيَّ عَلىَ الصَلاَة (Mari kita shalat)
حَيَّ عَلىَ الْفَلاَح (Mari kita menuju kemenangan)
قَد قَامَتِ الصَّلاَةْ (Shalat didirikan)
قَد قَامَتِ الصَّلاَةْ (Shalat didirikan)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
اَللهُ اَكْبَر (Allah Mahabesar)
لآ إلَهَ إلا الله (Tiada Tuhan selain Allah)
Ketika aku bangun paginya, aku menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan melaporkan mimpiku. Rasulullah berkata, "Mimpi itu merupakan suatu kebenaran atas kehendak Allah, maka pergilah menemui Bilal dan ajarkan dia apa yang kau mimpikan supaya dikumandangkan, sebab ia memiliki suara yang lebih bagus darimu." Aku pergi menemui Bilal dan mengajarkannya adzan dan ia mengumandangkannya.
Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu mendengar adzan ini ketika ia berada di rumahnya. Ia keluar dengan rida'nya (selendangnya) terseret di tanah dan berkata, "Aku bersumpah demi Allah yang telah memngutusmu sebagai Rasul dengan kebenaran bahwa aku juga bermimpi apa yang ia mimpikan." Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, "Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)." (HR Abu Daud dengan sanad shahih)
Sunnah-Sunnah Adzan
1. Muadzin harus memiliki sifat amanah, karena ia bertanggung jawab akan masuknya waktu shalat dan ketepatannya. Juga karena adzan ini sangat berkaitan dengan puasa dan berbukanya kaum muslimin.
2. Disunnahkan beradzan dengan suara bagus dan lantang. Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadis di atas memerintahkan Abdullah bin Zed supaya mengajarkan Bilal apa yang ia mimpikan (adzan) sebab ia memiliki suara yang lebih bagus darinya. (HR Abu Daud dengan isnad shahih)
3. Disunnahkan beradzan di tempat yang tinggi.
Sesuai dengan hadis dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم memiliki dua Muadzin, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum (seorang buta). Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Bilal adzan pada waktu malam, maka makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum Adzan." Ia berkata: "Tidaklah di antara keduanya kecuali yang ini turun sedangkan yang satunya naik." (HR Bukhari Muslim)
4. Disunahkan beradzan dalam keadaan berdiri tegak menghadap kiblat kecuali ketika sampai ke "Hayya 'alash Shalah, Hayya 'alal falah" disunahkan memutarkan kepala ke kanan dan kiri sambil meletakan dua jarinya ke dalam dua telinganya.
عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَيْتُ بِلَالًا خَرَجَ إِلَى الْأَبْطَحِ فَأَذَّنَ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ فَلَمَّا بَلَغَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ لَوَى عُنُقَهُ يَمِينًا وَشِمَالًا (رواه الشيخان)
Dari Abu Juhaifah berkata: "Aku melihat Bilal keluar ke Abthah lalu Adzan menghadap ke kiblat, ketika ia sampai ke "Hayyah 'Alash Shalah Hayya 'lal Falah" ia memutar kepalanya ke kanan dan kiri." (HR Al-Bukhari Muslim)
وَ فِي رِوَايَةٍ رَأَيْتُ بِلَالًا يُؤَذِّنُ وَيَدُورُ وَأَتَتَبَّعُ فَاهُ هَاهُنَا وَأُصْبُعَاهُ فِي أُذُنَيْهِ (الترمذي)
Dalam riwayat lain, "Aku melihat Bilal Adzan dan berputar, mulutnya ke sana dan ke sini, sementara dua jarinya berada dalam dua telinganya." (HR At-Tirmidzi)
5. Muadzin Disunnahkan dalam keadaan suci dari hadas karena Adzan adalah Dzikir.
Sesuai dengan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari Al-Muhajir bin Qunfidz: "Aku tidak suka bedzikir kecuali dalam keadaan suci." (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dengan sanad shahih).
6. Disunahkan mengucapkan "Asshalatu khairun minnaum" di waktu Adzan subuh sesuai hadis dari Ibnu Mahdhurah.
7. Disunnahkan dua kali Adzan di waktu Subuh. Adzan pertama tanda masuk imsak dan Adzan kedua tanda masuk waktu shalat Subuh, sesuai dengan dari Ibnu Umar.