Perempuan yang Namanya Diabadikan dalam Al-Quran, Siapa Saja Mereka?
loading...
A
A
A
JUMLAH wanita yang disebutkan dalam Al-Quran diperkirakan 24 orang. Allah SWT berbicara tentang wanita salehah yang mengabdikan hidup mereka kepada tuhannya dan tunduk kepadanya dengan sepenuh hati.
Di antara para wanita yang namanya diabadikan dalam Al-Quran adalah istri para nabi. Kisah kehidupan mereka merupakan cerita nyata seperti tercantum pada Surat Yusuf ayat 111.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmar bagi kaum yang beriman.”
Al-Qur'an mengungkap bahwa penciptaan Nabi Adam AS bersamaan dengan ibu Hawa, yang berfungsi sebagai istri dan kawan hidup beliau.
Dalam Al-Quran, Allah SWT tidak hanya menunjukkan wanita yang beriman, tetapi yang menderita nasib buruk. Yang menarik untuk dicatat di sini adalah bahwa kedua wanita ini adalah istri para Nabi.
Istri-istri Nabi Luth AS dan Nabi Nuh AS menolak untuk percaya pada keyakinan Agama Islam, meskipun diberkati dengan suami Nabi, kedua wanita ini gagal melihat kebenaran dan memilih untuk mengkhianati suaminya, pada gilirannya mengkhianati Allah SWT. Itu disebutkan dalam Al-Quran:
“Allah membuat Istri Nuh dan Istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami: lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing). Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan (kepada keduanya), masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam).” (QS At-Tahrim Ayat 10).
Perempuan terhormat
Di era Fir'aun ada Umm-e-Musa, Ibu Nabi Musa AS. Fir’aun memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki Yahudi di Negeri itu. Ibu Nabi Musa AS disapa oleh Allah SWT melalui ‘Wahi’ (pesan langsung dari Allah SWT). Dia diperintahkan untuk memiliki iman dan melemparkannya ke sungai sehingga Nabi Musa AS dapat hidup.
“Dan kamu ilhamkan kepada Ibu Musa: Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari pada Rasul.” (Surat Al-Qasas Ayat 7)
Kita mengetahui kisah istri Fir'aun, yang dapat mencegah Fir'aun dalam niatnya untuk membunuh Nabi Musa AS, Sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT:
"Dan berkatalah istri Fir'aun, '(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak menyadari." (QS Al-Qashash: 9).
Kita simak kisah di mana ada dua wanita di kota Madyan, keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir, yang diberi air minum oleh Nabi Musa AS . Kemudian kedua wanita tersebut mengusulkan kepada ayahnya, supaya memberi pekerjaan kepada Nabi Musa AS karena beliau memiliki amanat (dapat dipercaya) dan fisiknya kuat. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah SWT.:
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, 'Wahai Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (kepada kita), karena sesungguhnya orang yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya'." (QS Al-Qashash: 26).
Kita simak lagi kisah ratu Balqis di negeri Yaman, yang terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah menerima surat dari Nabi Sulaiman AS yang isinya seruan untuk taat kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia meminta pendapat kepada kaumnya dan bermusyawarah untuk mengambil sebuah putusan bersama.
Firman Allah SWT:
"Berkata dia (Balqis), 'Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).'
Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar hiasa (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah yang akan kamu perintahkan'." (QS An-Naml: 32-33).
Kemudian dia berkata, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT:
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang terhormat jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat." (QS An-Naml: 34).
Di antara para wanita yang namanya diabadikan dalam Al-Quran adalah istri para nabi. Kisah kehidupan mereka merupakan cerita nyata seperti tercantum pada Surat Yusuf ayat 111.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmar bagi kaum yang beriman.”
Al-Qur'an mengungkap bahwa penciptaan Nabi Adam AS bersamaan dengan ibu Hawa, yang berfungsi sebagai istri dan kawan hidup beliau.
Dalam Al-Quran, Allah SWT tidak hanya menunjukkan wanita yang beriman, tetapi yang menderita nasib buruk. Yang menarik untuk dicatat di sini adalah bahwa kedua wanita ini adalah istri para Nabi.
Istri-istri Nabi Luth AS dan Nabi Nuh AS menolak untuk percaya pada keyakinan Agama Islam, meskipun diberkati dengan suami Nabi, kedua wanita ini gagal melihat kebenaran dan memilih untuk mengkhianati suaminya, pada gilirannya mengkhianati Allah SWT. Itu disebutkan dalam Al-Quran:
“Allah membuat Istri Nuh dan Istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami: lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing). Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan (kepada keduanya), masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam).” (QS At-Tahrim Ayat 10).
Perempuan terhormat
Di era Fir'aun ada Umm-e-Musa, Ibu Nabi Musa AS. Fir’aun memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki Yahudi di Negeri itu. Ibu Nabi Musa AS disapa oleh Allah SWT melalui ‘Wahi’ (pesan langsung dari Allah SWT). Dia diperintahkan untuk memiliki iman dan melemparkannya ke sungai sehingga Nabi Musa AS dapat hidup.
“Dan kamu ilhamkan kepada Ibu Musa: Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari pada Rasul.” (Surat Al-Qasas Ayat 7)
Kita mengetahui kisah istri Fir'aun, yang dapat mencegah Fir'aun dalam niatnya untuk membunuh Nabi Musa AS, Sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT:
"Dan berkatalah istri Fir'aun, '(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak menyadari." (QS Al-Qashash: 9).
Kita simak kisah di mana ada dua wanita di kota Madyan, keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir, yang diberi air minum oleh Nabi Musa AS . Kemudian kedua wanita tersebut mengusulkan kepada ayahnya, supaya memberi pekerjaan kepada Nabi Musa AS karena beliau memiliki amanat (dapat dipercaya) dan fisiknya kuat. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah SWT.:
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, 'Wahai Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (kepada kita), karena sesungguhnya orang yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya'." (QS Al-Qashash: 26).
Kita simak lagi kisah ratu Balqis di negeri Yaman, yang terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah menerima surat dari Nabi Sulaiman AS yang isinya seruan untuk taat kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia meminta pendapat kepada kaumnya dan bermusyawarah untuk mengambil sebuah putusan bersama.
Firman Allah SWT:
"Berkata dia (Balqis), 'Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).'
Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar hiasa (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah yang akan kamu perintahkan'." (QS An-Naml: 32-33).
Kemudian dia berkata, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT:
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang terhormat jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat." (QS An-Naml: 34).