Saudah Binti Zam'ah, Istri Nabi yang Paling Panjang Tangannya

Minggu, 17 Mei 2020 - 03:02 WIB
loading...
Saudah Binti Zamah, Istri Nabi yang Paling Panjang Tangannya
Aisyah, Ummul Mukminin, pernah berkata, tiada seorang pun yang lebih aku kagumi tentang perilakunya selain Saudah binti Zam’ah yang sungguh hebat. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
SETELAH wafatnya Abu Thalib (paman nabi) lalu disusul Sang Istri Siti Khadijah , Rasulullah SAW dilanda kesedihan mendalam. Betapa tidak, keduanya merupakan orang yang dekat dan dicintai Rasulullah. Setelah meninggalnya Khadijah, Rasulullah tidak menikah selama satu tahun. (Baca Juga: Masya Allah, Mahar Nabi Kepada Khadijah Ternyata Rp1,3 Miliar
Menurut Muhammad Hasan Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad, selama 28 tahun Nabi hanya beristerikan Siti Khadijah seorang, tiada yang lain.

Kondisi yang dialami Rasulullah membuat para sahabat nya turut sedih sehingga Khaulah binti Hakim yang tak lain istri Utsman bin Maz'un diutus menemui Rasulullah. Khaulah merupakan salah satu perempuan mukmin dan salehah.

Setelah bertemu dengan Rasulullah, Khaulah menyampaikan kesedihannya atas meninggalnya Siti Khadijah. Dia pun menanyakan kepada Rasulullah alasan belum menikah lagi. Rasulullah menjawab, "Apakah ada seseorang setelah saya setelah Khadijah?" kata Rasulullah. ( )

Mendengar pernyataan Rasulullah tersebut, Khaulah lalu menawarkan Saudah binti Zam'ah, perempuan yang lebih tua dari Rasulullah.

Rasulullah kemudian berkata, "Baiklah, pinanglah dirinya buatku!"

Saudah merupakan putri dari Zam'ah bin Qais dari Suku Quraisy. Beliau berasal dari keturunan Luiy, salah satu nenek moyang dari Rasulullah.

Ayah Saudah merupakan salah satu orang pertama yang memeluk Islam pada awal masa kenabian. Saudah pertama kali menikah, yaitu dengan sepupunya sendiri, Sakran bin Amr bin Abd Syams. Dari pernikahannya dikaruniai seorang putra bernama Abdurrahman. Saudah dan suaminya lalu memeluk Islam setelah dakwah Islam gencar dilakukan oleh Nabi SAW. Namun, suami Saudah meninggal ketika perjalanan dari Abyssinia ke Makkah atau kembali dari hijrahnya.

Mendapat tugas Rasulullah, Khaulah segera beranjak menuju kediaman Saudah. "Kebaikan dan berkah apa yang dimasukkan Allah kepadamu, wahai Saudah?" kata Khaulah ketika mereka bertemu.

Saudah balik bertanya karena tidak tahu maksudnya, "Apakah itu, wahai Khaulah?"

Khaulah menjawab, "Rasulullah SAW mengutus aku untuk meminangmu."

Saudah berkata dengan suara gemetar, "Aku berharap engkau masuk kepada ayahku dan menceritakan hal itu kepadanya."

Dan ayahnya yang sudah tua, sedang duduk-duduk santai. Khaulah memberinya salam, lalu si ayah berkata, "Apakah kau datang melamar pagi-pagi, siapakah dirimu?"

"Saya Khaulah binti Hakim," jawabnya.

Lalu ayah Saudah menyambutnya. Kemudian Khaulah berkata padanya, "Sesungguhnya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib meminang anak perempuanmu."

Ayah Saudah berkata, "Muhammad adalah seorang yang mulia. Lalu apa yang dikatakan oleh sahabatmu (Rasulullah)?"

"Dia menyukai hal itu," jawab Khaulah.

Kemudian ayah Saudah berkata, "Sampaikan padanya (Muhammad) agar datang ke sini!"

Kemudian Rasulullah SAW datang padanya dan menikahi Saudah.

Dari Ibnu Abbas diceritakan bahwa Nabi SAW meminang Saudah yang sudah mempunyai lima anak atau enam anak yang masih kecil-kecil.

Saudah berkata, "Demi Allah, tidak ada hal yang dapat menghalangi diriku untuk menerima dirimu, sedang kau adalah sebaik-baik orang yang paling aku cintai. Tapi aku sangat memuliakanmu agar dapat menempatkan mereka, anak-anakku yang masih kecil, berada di sampingmu pagi dan malam."

Rasulullah SAW berkata padanya, "Semoga Allah menyayangi kau, sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah mereka yang menunggangi unta, sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang bersikap lembut terhadap anak di waktu kecilnya dan merawatnya untuk pasangannya dengan tangannya sendiri."

Pernikahan Nabi SAW dengan Saudah dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan setelah kematian Siti Khadijah di Makkah. Dikatakan dalam riwayat lain tahun kedelapan Hijrah dengan mahar sekitar 400 dirham. Rasulullah kemudian mengajaknya berhijrah ke Madinah.

Menurut Haekal, tidak ada suatu sumber yang menyebutkan, bahwa Saudah adalah seorang wanita yang cantik, atau berharta atau mempunyai kedudukan yang akan memberi pengaruh karena hasrat duniawi dalam perkawinannya itu.

Melainkan soalnya ialah, Saudah adalah isteri orang yang termasuk mula-mula dalam lslam, termasuk orang-orang yang dalam membela agama, turut memikul pelbagai macam penderitaan, turut berhijrah ke Abisinia setelah dianjurkan Nabi hijrah ke seberang lautan itu.

Saudah juga sudah Islam dan ikut hijrah bersama-sama, ia juga turut sengsara, turut menderita. Kalau sesudah itu Rasulullah kemudian mengawininya untuk memberikan perlindungan hidup dan untuk memberikan tempat setarap dengan Umm'l-Mu'minin, maka hal ini patut sekali dipuji dan patut mendapat penghargaan yang tinggi.

Beri Jatah ke Aisyah
Setelah Saudah semakin tua, dia mengetahui kedudukan Aisyah di mata Rasulullah. Dia berkata, "Wahai Rasulullah, aku memberikan jatah satu hari untukku pada Aisyah, agar engkau dapat bersamanya dalam satu hari itu."

Ketika bersama Saudah, Nabi menerima ayat tentang hijab dan hal itu dikarenakan istri-istri Nabi SAW keluar pada malam hari menuju ke dataran tinggi di bukit-bukit. Kemudian Umar bin Al-Khathab berkata pada Nabi SAW, "Wahai Nabi, berilah perintah agar istri-istrimu berhijab."

Namun, tidak jua Nabi melakukan apa yang disarankan Umar. Kemudian ketika Saudah keluar pada malam hari untuk menunaikan makan malam, dan dia adalah seorang wanita yang cukup tinggi. Kemudian Umar memanggilnya dan berkata, "Wahai Saudah, sekarang kami tahu itu engkau untuk memberi motivasi agar memanjangkan hijab yang kau kenakan." Kemudian Allah menurunkan ayat hijab.

Saudah dikenal sebagai orang yang suka bersedekah. Umar bin Khathab pernah mengirim sekantung penuh dengan dirham padanya. Kemudian Saudah bertanya, "Apa ini?"

Mereka berkata, "Dirham yang banyak."

Lalu Saudah berkata, "Dalam kantung seperti setandang kurma, wahai jariyah, yakinkan diriku." Kemudian dia membagi-bagikan dirham tadi.

Aisyah berkata, "Bahwa sebagian isteri-isteri Nabi SAW berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang paling cepat menyusulmu ?"

Nabi SAW menjawab, "Yang terpanjang tangannya di antara kalian."

Kemudian mereka mengambil tongkat untuk mengukur tangan mereka. Ternyata, Saudah adalah orang yang terpanjang tangannya di antara mereka. Kemudian kami mengetahui, bahwa maksud dari panjang tanganya adalah suka sedekah. Saudah memang suka memberi sedekah dan dia yang paling cepat menyusul Rasulullah di antara kami." (HR Syaikhain dan Nasai)

Saudah juga memiliki akhlak yang terpuji. Aisyah, Ummul Mukminin, pernah berkata, "Tiada seorang pun yang lebih aku kagumi tentang perilakunya selain Saudah binti Zam’ah yang sungguh hebat."

Saudah meriwayatkan sekitar lima hadis dari Rasulullah SAW. Dan beberapa sahabat turut meriwayatkan darinya seperti, Abdullah bin Abbas, Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin Sa’ad bin Zarah Al-Anshari. Abu Daud dan Nasa’i juga menggunakan periwayatan darinya.

Saudah wafat di Madinah pada bulan Syawal tahun 54, pada masa kekhalifahan Muawiyah.

Ketika mendengar Saudah meninggal dunia Ibnu Abbas bersujud. "Rasulullah SAW berkata, bila kau melihat suatu ayat, maka bersujudlah kalian, dan ayat yang paling agung daripada emas adalah para istri Nabi SAW," kata Ibnu Abbas.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1670 seconds (0.1#10.140)