Pernyataan Pilu Ali bin Abu Thalib Setelah Pengikutnya Tinggal 50 Orang

Rabu, 10 Februari 2021 - 15:50 WIB
loading...
A A A
"Beberapa saat menjelang wafatnya, Abu Bakar menunjuk Umar Ibnul Khattab untuk meneruskan kepemimpinannya. Itu pun kutaati. Umar kubai'at dan kepadanya kuberikan nasehat-nasehat. Selama memegang pimpinan pemerintahan, Umar bersikap baik dan semasa hidupnya ia berperilaku terpuji."

"Menjelang wafatnya, aku berkata dalam hatiku: 'Ia tentu tidak akan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada orang lain. Tetapi ternyata ia minta supaya masalah kekhalifahan itu dimusyawarahkan, dan aku menjadi salah seorang calon sekaligus peserta musyawarah. Namun orang lainnya tidak suka kalau kepemimpinan jatuh ke tanganku, sebab mereka mendengar bahwa aku pernah menentang Abu Bakar'…"

"Dulu aku memang pernah mengatakan: 'Hai orang-orang Quraisy, aku ini lebih berhak daripada kalian untuk memegang pimpinan, sebab tidak ada seorang pun di antara kalian yang terdini mengenal Al Qur'an dan mengerti sunnah Rasul !' Karena aku berkata seperti itu, mereka merasa khawatir kalau sampai aku terbai'at menjadi pemimpin ummat, tidak akan ada kesempatan lagi bagi mereka. Akhirnya mereka membai'at Utsman bin Affan, menyingkirkan diriku dari kepemimpinan dan menyerahkannya kepada Utsman . Aku dijauhkan dari kepemimpinan karena mereka mengharap akan memperoleh giliran."

"Aku terpaksa menyatakan bai'at. Aku menyabarkan diri sambil bertawakkal kepada Allah. Kemudian ada salah seorang berkata kepadaku: 'Hai Ibnu Abu Thalib, mengapa engkau ngotot ingin memegang pimpinan?' Aku menjawab: 'Kalian lebih ngotot. Yang kuminta adalah hak waris putera pamanku! Waktu kalian mencampuri urusanku dengan Utsman, kalian berbuat menampar mukaku dan tidak menampar mukanya!'

Aku berdoa memohon perlindungan kepada Allah s.w.t. dalam menghadapi orang-orang Quraiys itu. Mereka memutuskan silaturrahmiku dengan Rasulullah SAW Mereka meremehkan kedudukan dan keutamaanku. Mereka bersepakat merebut hak yang sebenarnya aku ini lebih berwenang dibanding mereka. Mereka telah memperkosa hakku."

"Mereka lalu berkata lagi: 'Sabarlah engkau menahan kepedihan itu! Dan sabarlah hidup dalam kekecewaan itu!' Aku melihat-lihat dan ternyata tidak ada teman atau orang lain yang bersedia membantu selain keluargaku sendiri. Tetapi aku tidak mau menjerumuskan keluargaku ke dalam bahaya. Kupejamkan mataku untuk menahan sakitnya kelilip, dan kutelan ludahku dengan perasaan sedih. Aku sabar menahan kejengkelan, sehingga terasa olehku kepahitan yang melebihi jadam dan kesakitan yang melebihi tusukan pisau."

"Akhirnya kalian dendam terhadap Utsman. Ia kalian datangi, lalu kalian bunuh. Setelah itu kalian datang kepadaku untuk menyatakan bai'at. Aku menolak, tetapi kalian tetap bersikeras menghendaki aku. Kalian mendesak dan mendorong-dorong datang kepadaku untuk mendesak terus, sampai kukira kalian akan saling bunuh-membunuh atau hendak membunuhku. Kepadaku kalian mengatakan: 'Kami tidak menemukan orang selain engkau dan kami tidak menyukai orang lain. Kami seia-sekata dan dengan tekad bulat membai'atmu'…"

"Pembai'atan kalian kemudian kuterima. Lalu kalian mengajak orang-orang lain untuk membai'atku. Orang-orang yang menyatakan bai'at karena taat, kuterima. Sedangkan yang tidak mau menyatakan bai'at, kubiarkan. Orang yang pertama-tama menyatakan bai'at kepadaku ialah Thalhah dan Zubair. Seandainya dua orang itu tidak mau membai'atku, mereka tidak akan kupaksa, sama halnya seperti orang lain yang tidak mau membai'atku. Tidak lama kemudian aku mendengar dua orang itu berangkat ke Bashrah membawa sejumlah orang bersenjata. Tidak seorang pun dari mereka itu yang belum pernah menyatakan bai'at kepadaku."

Di Bashrah mereka mengobrak-abrik pegawaiku, menggedor tempat-tempat penyimpanan harta kaum muslimin dan memperkosa penduduk yang taat kepadaku. Mereka memecah belah dan merusak kerukunan, mencerai-beraikan persatuan dan menyerang tiap orang yang mengikuti serta mencintaiku."

"Beberapa kelompok dari pencintaku dibunuh secara gelap dan dianiaya. Di antara mereka itu ada yang sanggup membela diri, ada yang hanya bersabar, dan ada pula yang dengan gigih terpaksa mengacungkan pedang."

Para pencintaku itu bangkit melawan tindakan jahat mereka sampai banyak yang mati terbunuh dalam keadaan bertawakkal kepada Allah s.w.t.

"Demi Allah, seandainya hanya seorang saja dari para pencintaku yang sengaja mereka bunuh, sudah halal bagiku untuk bertindak menumpas habis gerombolan bersenjata itu! Apalagi karena ternyata mereka itu telah membunuh banyak kaum muslimin. Tetapi, Allah s.w.t. sudah membalas perbuatan mereka, dan sekarang binasalah sudah kaum yang zalim itu."

"Kemudian aku melihat kepada orang-orang Syam. Mereka itu adalah orang-orang Arab yang berperangai kasar, terdiri dari macam-macam golongan yang serakah dan liar, datang dari berbagai pelosok. Mereka itu adalah orang-orang yang masih perlu diajar, dipimpin dan dibimbing. Mereka bukan kaum Muhajirin atau Anshar, dan bukan pula orang-orang yang memasuki agama dengan itikad baik. Mereka kudatangi, kuajak supaya mau bersatu dan bersedia taat, tetapi mereka menolak. Mereka menginginkan perpecahan, permusuhan dan kemunafikan."

"Mereka bergerak melawan kaum Muhajirin, kaum Ansor dan orang-orang yang masuk agama Islam dengan niat ikhlas dan jujur. Mereka melepaskan anak-panah dan melempar tombak. Di saat itulah aku bangkit dan bergerak melawan mereka. Mereka kuperangi."

"Setelah mereka kekurangan senjata dan merasakan sakitnya luka, mereka kibarkan lembaran-lembaran Al-Qur'an dan berseru kepada kalian supaya berpegang teguh kepadanya. Waktu itu kalian sudah kuberi tahu, bahwa mereka itu bukan orang-orang yang patuh kepada ajaran agama dan Al-Qur'an. Mereka mengibarkan lembaran-lembaran Al-Qur'an hanya sekadar tipudaya dan muslihat. Kalian sudah kuperintahkan supaya terus memerangi mereka, tetapi kalian menuduh diriku dan kalian berkata kepadaku:

"Terimalah apa yang mereka usulkan. Kalau mereka benar-benar mau melaksanakan apa yang ada dalam Al-Qur'an dan sunnah, pasti mereka akan bersatu dengan kita dalam kebenaran yang selama ini kita pertahankan. Jika mereka tidak mau, kita mempunyai alasan kuat untuk terus berlawan terhadap mereka."

"Keinginan kalian itu kusetujui, aku lalu mundur, tidak menyerang mereka lagi. Kemudian terjadilah persetujuan antara kalian dengan mereka untuk mengangkat dua orang perunding guna mencari penyelesaian damai berdasar Kitab Allah. Dua orang itu diharuskan patuh menjunjung tinggi perintah Al Qur'an dan menjauhkan apa yang dilarangnya. Tetapi dua orang itu berselisih pendapat, dan hukum yang diambil ternyata berlain-lainan."

"Dua orang itu mengabaikan Al Qur'an dan menyalahi isinya. Dua-duanya tanpa hidayat Allah terjerumus mengikuti hawa nafsu sendiri-sendiri. Oleh Allah dua orang itu dijauhkan dari kebajikan dan diperosokkan dalam kesesatan. Dua-duanya memang pantas menjadi orang seperti itu."

"Setelah semua itu terjadi, ada sekelompok orang meninggalkan kami. Mereka pun kami tinggalkan. Kami bersikap sama seperti mereka. Tetapi kemudian mereka berkeliaran di bumi membuat kerusakan.Orang-orang muslimin mereka bunuh tanpa dosa. Mereka kami datangi, lalu kami katakan kepada mereka: 'Serahkan kepada kami orang-orang yang membunuh saudara-saudara kami'. Mereka menjawab: 'Kami semua inilah yang membunuh. Kami halal menumpahkan darah mereka dan darah kalian'…"

"Mereka lalu pergerak mengerahkan pasukan berkuda dan pejalan kaki untuk menyerang kami. Tetapi akhirnya mereka dihancurkan oleh Allah, nasibnya sama seperti orang-orang zalim lainnya."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1217 seconds (0.1#10.140)