Pernyataan Pilu Ali bin Abu Thalib Setelah Pengikutnya Tinggal 50 Orang

Rabu, 10 Februari 2021 - 15:50 WIB
loading...
A A A
Apa yang terjadi?

Ternyata hanya beberapa hari saja mereka tinggal bersama Ali bin Abu Thalib r.a. di Nakhilah. Banyak sekali yang tanpa izin menyelinap pergi ke Kufah untuk bersenang-senang dengan anak isteri mereka. Tidak sedikit yang bertebaran ke daerah-daerah sekitar Nakhilah untuk mencari hiburan dan kesenangan.

Ali bin Abu Thalib r.a. ditinggal bersama beberapa orang sahabat terdekat dan sejumlah pengikut. Akhirnya Ali bin Abu Thalib r.a. dan para sahabat terdekat itu terpaksa meninggalkan Nakhilah dalam keadaan kosong.

Sejak saat itu perlawanan terhadap Muawiyah praktis terhenti. Kesetiaan pendukungnya sudah tak dapat diandalkan lagi. Banyak di antara mereka yang mulai terpikat hatinya oleh kepentingan duniawi yang dinikmati oleh kaum muslimin di Syam.

Selain itu banyak juga yang patah semangat dan kejangkitan penyakit putus asa.

Terhentinya perlawanan menumpas pemberontakan Muawiyah bukan disebabkan ketidak mampuan Ali bin Abu Thalib r.a., melainkan karena sikap massa yang dipimpinnya sudah goyah dan tidak mantap, terutama mereka yang berasal dari Kufah.

Tanda-tanda akan terjadinya hal yang harus disayangkan itu, sudah nampak sejak Ali bin Abu Thalib r.a. memasuki kota tersebut. Bahkan beberapa bulan sebelum itu pun di Madinah Ali bin Abu Thalib r.a. sudah menghadapi bermacam-macam kesulitan, yaitu sejak pembai'atannya sebagai Khalifah.



Ajakan ke Medan Juang
Setelah ditinggal oleh banyak pengikutnya dan hanya tingal para sahabat yang setia saja, melalui Hujur bin Addiy, Amr bin Al Humuq dan sejumlah sahabat lainnya, Ali bin Abu Thalib r.a. mengeluarkan sebuah pernyataan tertulis untuk disampaikan kepada kaum muslimin Kufah, terutama bekas pendukungnya.

Dalam pernyataan tertulis itu Ali bin Abu Thalib r.a. membeberkan semua persoalan dan mengungkapkan latar belakang sejarahnya.

"Bahwasanya Allah s.w.t. telah mengutus Muhammad, Rasulullah SAW untuk mengingatkan ummat manusia di seluruh dunia. Beliau menerima wahyu dan mengemban amanat yang diturunkan kepadanya, dan menjadi saksi bagi ummat ini. Hai orang-orang Arab, kalian pada masa itu dalam keadaan tidak mempunyai agama. Satu sama lain saling memakan harta secara bathil. Kemudian Allah melimpahkan kurnia-Nya kepada kalian dengan mengutus Muhammad SAW datang ke tengah-tengah kalian dan berbicara dengan bahasa kalian. Kalian mengenal wajah beliau dan mengetahui benar asal-usul keturunannya."

"Beliau telah mengajarkan hikmah, sunnah dan fara'idh kepada kalian. Beliau menyuruh kalian supaya selalu menjaga baik-baik hubungan silaturrahmi, memelihara kerukunan dan saling memperbaiki keadaannya masing-masing. Kalian juga diperintahkan supaya menunaikan amanat kepada pihak yang berhak, memenuhi janji, saling bercinta-kasih dan sayang menyayangi. Beliau pun memerintahkan kalian supaya berlaku jujur, dan jangan sampai mencatut timbangan atau takaran. Beliau datang kepada kalian juga antara lain untuk melarang kalian jangan sampai berbuat zina dan jangan makan harta milik anak yatim secara dzalim."

"Kebajikan akan menghindarkan kalian dari siksa neraka. Dan beliau mendorong kalian supaya senantiasa berbuat kebajikan. Tiap perbuatan buruk dan jahat akan menjauhkan kalian dari surga, dan beliau mencegah supaya kalian jangan sampai berbuat seperti itu."

"Setelah Allah s.w.t. memandang masa hidupnya sudah cukup, beliau dipanggil pulang ke sisi-Nya, dalam keadaan beliau patut menerima pujian dan memperoleh keridhoan-Nya. Beliau s.a.w. telah memperoleh pengampunan atas segala kekhilafannya dan benar-benar telah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah s.w.t."

"Tetapi alangkah besarnya musibah yang terjadi sepeninggal beliau, terutama yang menimpa kaum kerabatnya dan kaum mukminin pada umumnya. Setelah beliau tidak ada lagi kaum muslimin mempertengkarkan pimpinan dan kekuasaan. Demi Allah, aku tidak pernah merasa khawatir dan tidak pernah membayangkan bahwa orang-orang Arab akan menggeser kepemimpinan dari tanganku. Tetapi waktu itu ternyata orang-orang Arab mengangkat Abu Bakar."

"Mereka datang berbondong-bondong kepadanya. Aku diam tidak mengulurkan tangan, sebab aku yakin bahwa akulah yang sebenarnya lebih berhak meneruskan kepemimpinan Rasulullah SAW daripada orang lain yang akan memimpin aku. Beberapa waktu lamanya aku tetap bersikap seperti itu."

"Kemudian aku melihat banyak orang meninggalkan agama Islam, kembali kepada kepercayaan mereka semula, bahkan berani berseru kepada orang-orang lain supaya menghapuskan agama yang dibawakan oleh Muhammad SAW dan Ibrahim AS. Aku menjadi sangat khawatir, kalau aku tidak membela Islam dan kaum muslimin, aku bakal menyaksikan kerusakan dan keruntuhan Islam."

"Bagiku, itu merupakan bencana yang jauh lebih besar daripada lepasnya kepemimpinan dari tanganku. Sebab masalah kepemimpinan hanyalah suatu hiasan hidup belaka yang tidak kekal dan tidak lama, yang akhirnya akan lenyap seperti fatamorgana."

"Aku lalu pergi menjumpai Abu Bakar . Ia kubai'at, kemudian bersama dia aku bergerak menanggulangi kejadian tersebut di atas tadi, sampai kebathilan itu musnah dan kalimat Allah tetap unggul dan mulia walau orang-orang kafir tidak menyukai."

"Abu Bakar tetap memegang pimpinan pemerintahan. Ia berlaku adil, baik, benar, rendah hati dan hidup sederhana. Aku mendampingi dia sebagai penasehat. Ia kutaati sungguh-sungguh selama ia taat kepada Allah s.w.t."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3046 seconds (0.1#10.140)