Kisah Palsu? Bersembunyi Bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar Tersengat Kalajengking
loading...
A
A
A
Kisahnya persis seperti buatan orang-orang thariqat”. [lihat Mizanul I’tidal (2/545)].
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan adz-Dzahabi tentang kisah gua di atas yaitu persis seperti buatan orang-orang thariqat.
Begitu juga Furat bin Saib Imam Dzahabi berkata: “Furat bin Saib dari Maimun bin Mihran: Bukhari berkata: Munkarul hadits. Ibnu Ma’in berkata: Lemah. Daruqutni berkata: Matruk (ditinggalkan)”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan Dzahabi di atas lalu menambahkan: Abu Hatim berkata: Lemah haditsnya, munkarul hadits.
As-Saji berkata: Para ulama meninggalkannya. Nasa’i berkata: Matrukul Hadits”.
Setelah kita mengetahui keadaan Furat bin Saib di atas maka semakin gamblang bagi kita perkataan Imam Ibnu Hibban: “Furat bin Saib Al-Jazary meriwayatkan dari Maimun bin Mihran, dia meriwayatkan hadis-hadis maudhu’ (palsu) dari orang-orang tsiqah (terpercaya), tidak boleh berhujjah dengannya, meriwayat kan darinya dan menulis haditsnya melainkan hanya untuk me ngetes saja”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan adz-Dzahabi tentang kisah gua di atas yaitu persis seperti buatan orang-orang thariqat.
Begitu juga Furat bin Saib Imam Dzahabi berkata: “Furat bin Saib dari Maimun bin Mihran: Bukhari berkata: Munkarul hadits. Ibnu Ma’in berkata: Lemah. Daruqutni berkata: Matruk (ditinggalkan)”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan Dzahabi di atas lalu menambahkan: Abu Hatim berkata: Lemah haditsnya, munkarul hadits.
As-Saji berkata: Para ulama meninggalkannya. Nasa’i berkata: Matrukul Hadits”.
Setelah kita mengetahui keadaan Furat bin Saib di atas maka semakin gamblang bagi kita perkataan Imam Ibnu Hibban: “Furat bin Saib Al-Jazary meriwayatkan dari Maimun bin Mihran, dia meriwayatkan hadis-hadis maudhu’ (palsu) dari orang-orang tsiqah (terpercaya), tidak boleh berhujjah dengannya, meriwayat kan darinya dan menulis haditsnya melainkan hanya untuk me ngetes saja”.
(mhy)