Kisah Palsu? Bersembunyi Bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar Tersengat Kalajengking

Jum'at, 26 Februari 2021 - 19:09 WIB
loading...
Kisah Palsu? Bersembunyi Bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar Tersengat Kalajengking
Gua Tsur. Benarkan Abu Bakar tersengat kalajengking di sini?/Foto/Ilustasi/Ist
A A A
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul " Waspada Terhadap Kisah-Kisah Tak Nyata " mengatakan pengetahuan tentang kisah memang asyik lagi menarik. Tetapi sayang, pengetahuan yang mulia ini telah ternodai oleh goresan tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dengan memutarbalikkan fakta sejarah yang sebenarnya, lalu menebarkan kisah-kisah yang tidak shahih.



Salah satu kisah itu yang dimaksud adalah kisah Abu Bakar al-Shiddiq tersengat kalajengking dalam peristiwa hijrah bersama Rasulullah SAW . Untuk menghindari kaum Quraish, Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur.

Sebelum Nabi memasuki gua, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan gua itu, apakah aman untuk bersembunyi atau tidak. Dalam gua itu biasanya ditempati oleh binatang-binatang buas dan serangga berbisa.

Setelah Abu Bakar memeriksanya dan dianggap aman, baru memberitahu Nabi agar beliau masuk ke dalamnya. Dalam gua itu, karena sangat lelah, suatu saat Nabi tertidur, meletakkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar.

Kaki Nabi terlihat melepuh bengkak, karena beliau berjalan tanpa alas kaki. Waktu memangku Nabi yang sedang tidur itu, tiba-tiba Abu Bakar melihat di dekat jempol kakinya ada lubang yang luput dari pengamatannya.

Dari lubang itu akan keluar kalajengking besar yang siap menyengat. Abu Bakar segera menutup lubang itu dengan ibu jari kakinya.

Segera setelah itu dirasakan olehnya sengatan kalajengking yang sangat menyakitkan, sehingga sengatan itu seolah-olah dirasakan sampai keulu hati. Menahan sakit yang luar biasa itu mengakibatkan badan Abu Bakar menggigil dan seluruh tubuhnya gemetar, sehingga Nabi terjaga dari tidurnya.

Baru Nabi mengetahui apa yang terjadi. Dengan cepat beliau berusaha mengeluarkan bisa dari ibu jari kaki Abu Bakar serta kemudian mengobatinya dan berdo’a, sehingga Abu Bakar sembuh.

Syaikh Shafiyurr Rohman Al-Mubarokfury dalam kitabnya “Ar-Rahiqul Mahtum” menceritakan sesampai di mulut gua, Abu Bakar berkata: “Demi Allah, janganlah engkau masuk ke dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau”.

Lalu Abu Bakar memasuki gua dengan menyisih kan kotoran yang menghalangi. Di sebelahnya dia mendapatkan lubang. Dia merobek mantelnya menjadi dua bagian dan mengikatnya ke lubang itu. Sobekan satunya lagi dia balutkan ke kakinya.

Setelah itu Abu Bakar berkata kepada beliau: “Masuklah!”

Maka beliaupun masuk ke dalam gua. Setelah mengambil tempat di dalam gua, beliau merebahkan kepala di atas pangkuan Abu Bakar dan tertidur. Tiba-tiba Abu Bakar disengat hewan dari lubangnya. Namun dia tidak berani bergerak, karena takut mengganggu tidur Rasulullah.

Dengan menahan rasa sakit, air matanya menetes ke wajah beliau.”Apa yang terjadi denganmu wahai Abu Bakar?“ tanya beliau.

Abu Bakar menjawab, “Demi ayah dan ibuku menjadi jaminanmu, aku digigit binatang.”

Rasulullah meludahi bagian yang digigit sehingga hilang rasa sakitnya”.



Takhrij Kisah
Kisah ini sangat masyhur sekali dalam buku-buku siroh. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah (2/476-477) dari jalan Abu Husain Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Bisyran dari Ahmad bin Salman An-Najjar dari Yahya bin Ja’far dari Abdur Rahman bin Ibrahim Ar-Rasiby dari Furat bin Saib dari Maimun bin Mihran dari Dhabbah bin Mihshan Al-‘Anazy dari Umar bin Khattab.

Kisah ini juga dicantumkan oleh At-Tibrizy dalam Misykah Mashabih (3/1700) tahqiq Syaikh Al-Albani.

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya Waspada Terhadap Kisah-Kisah tak Nyata menyebut derajat kisah ini maudhu.

Imam adz-Dzahabi berkata: “Abdur Rahman bin Ibrahim Ar Rasiby dari Malik. Dia tertuduh dalam kasus meriwayatkan khabar batil yang panjang. Dia juga meriwayatkan dari Furat bin Saib dari Maimun bin Mihran dari Dhabbah bin Mihshan dari Abu Musa tentang kisah di gua.

Kisahnya persis seperti buatan orang-orang thariqat”. [lihat Mizanul I’tidal (2/545)].

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan adz-Dzahabi tentang kisah gua di atas yaitu persis seperti buatan orang-orang thariqat.

Begitu juga Furat bin Saib Imam Dzahabi berkata: “Furat bin Saib dari Maimun bin Mihran: Bukhari berkata: Munkarul hadits. Ibnu Ma’in berkata: Lemah. Daruqutni berkata: Matruk (ditinggalkan)”.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyetujui perkataan Dzahabi di atas lalu menambahkan: Abu Hatim berkata: Lemah haditsnya, munkarul hadits.

As-Saji berkata: Para ulama meninggalkannya. Nasa’i berkata: Matrukul Hadits”.

Setelah kita mengetahui keadaan Furat bin Saib di atas maka semakin gamblang bagi kita perkataan Imam Ibnu Hibban: “Furat bin Saib Al-Jazary meriwayatkan dari Maimun bin Mihran, dia meriwayatkan hadis-hadis maudhu’ (palsu) dari orang-orang tsiqah (terpercaya), tidak boleh berhujjah dengannya, meriwayat kan darinya dan menulis haditsnya melainkan hanya untuk me ngetes saja”.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5925 seconds (0.1#10.140)