Puasa Tapi Tidak Sholat, Bagaimana Hukumnya?

Rabu, 14 April 2021 - 13:32 WIB
loading...
Puasa Tapi Tidak Sholat, Bagaimana Hukumnya?
Secara urutan dalam rukun Islam, sholat sebenarnya di atas puasa. Sehingga tidak masuk akal, seseorang tidak menempatkan sesuatu sesuai yang dengan prioritasnya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Puasa adalah menahan haus, lapar, dan seluruh hal-hal yang dapat membatalkan dari terbit fajar hingga matahari terbenam . Definisi ini, semua umat muslim pasti mengetahuinya meski awam sekalipun. Namun ada satu hal yang seringkali luput dari perhatian, yakni melaksanakan puasa tetapi tidak menjalankan sholat . Bagaimana syariat menghukuminya perihal tersebut?



Dinukil dari tausiyah Ustadz Hadrami, dai yang aktif di yayasan Hisbah ini menjelaskannya sebagai berikut, secara urutan dalam rukun Islam , shalat sebenarnya di atas puasa. Sehingga tidak masuk akal, seseorang tidak menempatkan sesuatu sesuai yang dengan prioritasnya. Sebuah hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan”. (HR Bukhari)



Untuk itu, menurut Ustadz Hadrami, maka sebab besarnya perkara shalat ini, jika ada seseorang yang berpuasa namun tidak shalat, maka sejatinya dia hanya sedang tidak makan dan minum, jadinya tidak bernilai ibadah sama sekali.

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ ».



“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berapa banyak seorang yang berpuasa tidak ada bagian dari puasanya melainkan lapar dan berapa banyak seorang yang bangun beribadah pada malam hari tidak ada bagiannya dari bangun malamnya kecuali begadang.” (HR. Ibnu Majah)

Maka, apakah kemungkaran dan kebatilan terbesar selain meninggalkan kewajiban, apalagi shalat? Oleh karena itu, Umar Bin Khattab berkata: “Bukanlah berpuasa dari makan dan minum saja, akan tetapi (berpuasa juga-pen) dari dusta, kebatilan dan perbuatan sia-sia.” (Al Muhalla)



Jadi, hendaklah kedatangan bulan suci ini tidak disia-siakan begitu saja. Ustadz Hadrami mengingatkan, mereka yang mengakui bahwa dirinya sepanjang tahun telah lalai dan ingin lebih baik di bulan ini, maka berhati-hatilah! Jangan sampai bulan ini habis namun ternyata kita tidak termasuk yang mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala.



Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki mimbar, lalu beliau bersabda: “Amin, amin, amin,” lalau beliau ditanya: “Sesungguhnya engkau ketika naik ke atas mimbar, mengucapkan: “Amin, amin, amin?”, beliau menjawab: “Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam telah mendatangiku, ia berkata: “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan dan tidak diampuni dosanya, akhirnya ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkanAllah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin”, Ia berkata: “Barangsiapa yang mendapati kedua orangtunya atau salah satunya tetapi ia tidak berbakti kepada keduanya, maka tidak diampuni dosanya, dan ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkan Allah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin”, ia berkata: “Barangsiapa yang disebutkan namamu didepanya dan ia tidak bershalawat atasmu lalu ia meninggal dan masuk ke dalam neraka dan dijauhkan Allah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)



Semoga Allah Ta’ala memberikan pahala yang besar atas puasa kita, dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik ke depannya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4512 seconds (0.1#10.140)