Abu Thalhah, Si Tajir yang Menikah dengan Mahar Dua Kalimat Syahadat

Selasa, 27 April 2021 - 17:21 WIB
loading...
A A A
"Anakmu adalah titipan Allah kepada kita. Allah SWT telah mengambilnya," kata Ummu Sulaim.

Dengan berlinang air mata, Abu Thalhah mengungkapkan rasa marah kepada istrinya. Usai menenangkan diri, Abu Thalhah menceritakan apa yang dialaminya kepada Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW terharu dengan apa yang dilakukan Ummu Sulaim.

Nabi pun berdoa untuk keduanya, "Semoga Allah memberkati kalian pada malam kalian yang telah berlalu."

Menurut riwayat Anas bin Malik, "Ummu Sulaim kemudian hamil sejak malam itu dan ia mempunyai sepuluh anak yang semuanya pandai membaca Al-Quran."



Mencintai Nabi
Abu Thalhah amat hormat dan cinta Rasulullah SAW. Kecintaanya terhadap Rasulullah SAW tidak dapat dibandingkan dengan kecintaan terhadap yang lainya. Abu Thalhah tidak pernah merasa puas memandang wajah junjungannya, dan tidak pernah kenyang mendengarkan nasihat beliau.

Setiap bertemu Rasulullah, ia selalu menyatakan bahwa jiwanya menjadi tebusan bagi Rasul dan wajahnya juga akan menjadi pelindung wajah Rasul. Ucapannya itu, ia buktikan dalam Perang Uhud. Seperti yang tertulis dalam sejarah, perang itu menjadi pukulan tersendiri bagi umat Islam.

Kala itu, Rasulullah Muhammad mendapatkan luka yang cukup parah, beliau terkena panah musuh hingga gigi gerahamnya tanggal dan kulit di dahinya terkoyak. Hal ini membuat pasukan kafir mengira bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh sehingga membuat semangat tempur pasukan Islam kendur dan meninggalkan medan pertempuran.

Lain dengan Abu Thalhah, ia tetap bersama Rasulullah. Dengan segenap hati ia melindungi sahabatnya itu menggunakan tameng miliknya. Ia gunakan panah untuk melindungi diri dan sahabatnya itu. Pada saat Nabi berusaha melihat keadaan pasukannya yang tercerai berai dan tak terlindungi tameng, Abu Thalhah pun berseru kepada Nabi.

"Wahai Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, jangan engkau lakukan itu. Saya tidak ingin engkau menjadi sasaran anak panah musuh, biar leher saya saja yang terkena, asal jangan leher engkau," kata Abu Thalhah.

Selain pemberani, Abu Thalhah dikenal sebagai sahabat yang paling banyak hartanya di kalangan penduduk Madinah. Ia memiliki kebun kurma dan anggur yang sangat subur. Seringkali ia pun membelanjakan hartanya untuk kepentingan umat Islam.

Hartanya yang paling dia senangi adalah taman Bairuha' yang letaknya menghadap ke masjid. Suatu saat ia pun membagikan harta kesayangannya itu kepada kaum kerabatnya, atas saran Nabi SAW.

Abu Thalhah dikaruniai umur yang panjang. Namun kerentaannya, tak membuat ia berhenti berjuang di jalan Allah. Misalnya, pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Dia bergabung dalam pasukan Islam dalam melakukan jihad melalui laut.

Sebenarnya, anak-anaknya mencoba membujuknya untuk urung bergabung. Sebab, usianya memang sudah tua renta. Mereka menyatakan, kedudukannya bisa digantikan oleh siapapun dari anak-anaknya yang gagah perkasa.

Namun, Abu Thalhah tetap dalam pendiriannya, hingga ia diizinkan bergabung dalam pasukan tersebut.

Allah berkehendak atas segala. Dalam perjalanan, Abu Thalhah terserang penyakit, sehingga akhirnya wafat. Dia dijemput ajal pada usia 75 tahun.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2401 seconds (0.1#10.140)