Abbad bin Bisyir: Ada Cahaya Allah yang Selalu Menyertainya
loading...
A
A
A
Ia selalu tampil di arena pengurbanan dan di medan laga sebagai orang pertama. Sebaliknya di waktu pembagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk ditemuinya.
Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun. Seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang. Seorang dermawan yang rela berkurban. Dan seorang mukmin sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya.
Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Dan Aisyah radhiallahu anha Ummul Mu'minin pernah mengatakan tentang dirinya: Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasi oleh seorang pun juga yaitu: Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan Abbad bin Bisyir.”
Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan kepercayaan sahabat-sahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakan benda yang dapat terlihat. Mereka sama sekata bahwa bila Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah daripadanya berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh.
Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah SAW, Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara yang
paling kejam dan paling berpengalaman di bawah pimpinan Musailamah. Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengurbanan dan teras kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya, dan meningkat ke taraf yang sejajar dengan kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagai prajurit yang berani mati, yang tak menginginkan kecuali mati syahid di jalan Ilahi.
Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai, Abbad mengalami suatu mimpi yang tak lama antaranya diketahui ta'birnya secara gamblang dan terjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin.
Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu anhu menceritakan mimpi yang dilihat oleh Abbad tersebut begitu pun ta'birnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya.
Berikut cerita Abu Sa'id:
Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: "Hai Abu Sa'id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Saya yakin bahwa ta'birnya insya Allah saya akan menemui syahid.”
“Demi Allah!" ujarku, "itu adalah mimpi yang baik ... !"
Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar: "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian …!"
Maka segeralah menyerbu mengiringkannya sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu 'Abbad wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya.
Demikianlah Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang mukmin dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai'at kepada Rasul untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalan-Nya.
Dan tatkala pada permulaannya dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah terhadap Kaumnya golongan Anshar:
"Kalian adalah inti ... ! Maka tak mungkin saya dicederai oleh pihak kalian!"
Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanya itu.
Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata atau di atas bahu mereka sebelum golongan lainnya.
Maka ketika itu naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru:
"Hai golongan Anshar ... ! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain!"
Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun. Seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang. Seorang dermawan yang rela berkurban. Dan seorang mukmin sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya.
Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Dan Aisyah radhiallahu anha Ummul Mu'minin pernah mengatakan tentang dirinya: Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasi oleh seorang pun juga yaitu: Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan Abbad bin Bisyir.”
Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan kepercayaan sahabat-sahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakan benda yang dapat terlihat. Mereka sama sekata bahwa bila Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah daripadanya berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh.
Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah SAW, Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara yang
paling kejam dan paling berpengalaman di bawah pimpinan Musailamah. Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengurbanan dan teras kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya, dan meningkat ke taraf yang sejajar dengan kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagai prajurit yang berani mati, yang tak menginginkan kecuali mati syahid di jalan Ilahi.
Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai, Abbad mengalami suatu mimpi yang tak lama antaranya diketahui ta'birnya secara gamblang dan terjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin.
Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu anhu menceritakan mimpi yang dilihat oleh Abbad tersebut begitu pun ta'birnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya.
Berikut cerita Abu Sa'id:
Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: "Hai Abu Sa'id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Saya yakin bahwa ta'birnya insya Allah saya akan menemui syahid.”
“Demi Allah!" ujarku, "itu adalah mimpi yang baik ... !"
Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar: "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian …!"
Maka segeralah menyerbu mengiringkannya sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu 'Abbad wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya.
Demikianlah Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang mukmin dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai'at kepada Rasul untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalan-Nya.
Dan tatkala pada permulaannya dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah terhadap Kaumnya golongan Anshar:
"Kalian adalah inti ... ! Maka tak mungkin saya dicederai oleh pihak kalian!"
Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanya itu.
Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata atau di atas bahu mereka sebelum golongan lainnya.
Maka ketika itu naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru:
"Hai golongan Anshar ... ! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain!"