Ammar bin Yasir: Penghuni Surga yang Sempat Menyangka Dirinya Murtad

Kamis, 06 Mei 2021 - 15:05 WIB
loading...
A A A
"Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim..!"

Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa Ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. la baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kezaliman dan kekejamannya.

Semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka.

Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: "Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!" Maka Ammar mengikuti kata-kata pujaan itu, tanpa menyadari apa yang diucapkannya.

Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya. Maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi hingga beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan suatu kenikmatan juga.

Dan seandainya ia dibiarkan dalam perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa ajalnya.

Ammar dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan atas tubuhnya. Namun ia menyesal telah menyerah kalah. Kini giliran dukacita dan sesal kecewa hampir saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya.

Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur. Dan tangan wahyu yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan Ammar, sambil menyampaikan ucapan selamat kepadanya: "Bangunlah hai pahlawan! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat"

Ketika Rasulullah SAW menemui sahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:

"Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu."

"Benar, wahai Rasulullah,” ujar Ammar sambil meratap.

Maka sabda Rasulullah sambil tersenyum: "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi”.

Lalu dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini:

"Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan" (QS 16 an-Nahl: 106 )

Kembalilah Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya: bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi, terjadilah dan ia tidak akan peduli. Jiwanya berbahagia, keimanannya di pihak yang menang! Ucapannya yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh al-Quran, maka apa lagi yang akan dirisaukannya?

Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha kukuh.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1549 seconds (0.1#10.140)