Kisah Hikmah : Pesan dari Kuburan
loading...
A
A
A
Cinta seorang muslim kepada Allah Subhanahu wa ta'ala mengharuskan ia mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Kenapa demikian? Sebab, Rasulullah merupakan kekasih Allah . Rasulullah SAW pun sangat mencintai umatnya. Mencintai Rasulullah merupakan tanda mencintai Allah dan mencintai Rasulullah termasuk kunci meraih cinta Allah SWT. Orang yang mencintai Rasulullah SAW akan dicintai Allah Ta'ala.
Itulah hikmah dalam kisah disampaikan oleh Abu Ali Al Maghribi dalam kitab ‘Uyun Al Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu Jauzi. Dalam riwayatnya, Abu Ali menceritakan bahwa suatu ketika Yusuf Al Ghasuli sedang berada di Syam bersama Ibrahim.
“Wahai Ghasuli, hari ini aku baru saja melihat sebuah kejadian aneh bin ajaib!” ujar Ibrahim pada Ghasuli.
“Kejadiab ajaib apa itu?” tanya Ghasuli.
Maka berceritalah Ibrahim kejadian yang baru saja disaksikannya. Rupanya ada sebuah kuburan yang terbuka kembali dan iikuti seorang kakek tua yang bangkit dari kuburnya.
“Tadi aku berdiri di sebuah kuburan. Tiba-tiba kuburan itu merekah, lalu diikuti dengan keluarnya seorang kakek yang rambutnya sudah mulai berubah,” tutur Ibrahim.
“Kakek tersebut kemudian berkata, ‘Wahai Ibraihm, bertanyalah. Karena sesungguhnya Allah menghidupkanku kembali dari kubur demi engkau,’
Kemudian Ibrahim bertanya, ‘Apa yang telah Allah perbuat terhadap dirimu?’
‘Aku menghadap kepada Allah dengan membawa amal perbuatan buruk. Lalu Allah berkata kepadaku, ‘Aku telah mengampuni karena tiga hal. Pertama, engkau menghadap kepadaku, sementara engkau mencintai orang yang Aku cintai. Kedua, engkau menghadap kepadaku, sementara di dadamu tidak terdapat suatu pun keharaman. Ketiga, engkau menghadap kepadaku, sementara warna rambutmu sudah mulai berubah memutih, dan aku malu untuk mengazab seorang kakek yang warna rambutnya sudah mulai berubah memutih.’
Setelah mengatakan hal tersebut, tiba-tiba kuburan yang tadinya terbuka kembali menutup,” tutup Ibrahim.
Usai Ibrahim bercerita, Ghasuli penasaran dan meminta kawannya itu untuk menunjukkan kubur yang dikisahkan.
“Wahai Abu Ishaq, maukah engkau tunjukkan kepadaku di mana kuburan itu?” tanya Ghasuli.
“Wahai Ghasuli, bermuamalah engkau kepada Allah, niscaya Dia akan memperlihatkan kepadamu berbagai keajaiban dan keanehan,” sahut Ibrahim.
Maksud dari perkataan Ibrahim adalah ketika kita mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mungkin saja akan menghadirkan kuasa-Nya, hal-hal yang jauh di luar dari akal nalar seorang manusia itu sendiri. Kemudian salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mencintai kekasih-Nya, yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mereka yang mencintai Tuhan-Nya.
Tentang kecintaan kepada Allah ini, dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Allah berfirman, ‘CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mencintaiKu. CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mencintaiKu. CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mengunjungiKu.” (HR. Ahmad).
Sementara hadis lain menyebutkan bahwa mencintai Allah merupakan tanda seseorang merasakan manisnya iman.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman, satu, ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya. Dua, ia mencintai seseorang hanya karena Allah. Tiga, ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila dilemparkan dalam neraka.”
Wallahu A'lam
Baca Juga
Itulah hikmah dalam kisah disampaikan oleh Abu Ali Al Maghribi dalam kitab ‘Uyun Al Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu Jauzi. Dalam riwayatnya, Abu Ali menceritakan bahwa suatu ketika Yusuf Al Ghasuli sedang berada di Syam bersama Ibrahim.
“Wahai Ghasuli, hari ini aku baru saja melihat sebuah kejadian aneh bin ajaib!” ujar Ibrahim pada Ghasuli.
“Kejadiab ajaib apa itu?” tanya Ghasuli.
Maka berceritalah Ibrahim kejadian yang baru saja disaksikannya. Rupanya ada sebuah kuburan yang terbuka kembali dan iikuti seorang kakek tua yang bangkit dari kuburnya.
“Tadi aku berdiri di sebuah kuburan. Tiba-tiba kuburan itu merekah, lalu diikuti dengan keluarnya seorang kakek yang rambutnya sudah mulai berubah,” tutur Ibrahim.
“Kakek tersebut kemudian berkata, ‘Wahai Ibraihm, bertanyalah. Karena sesungguhnya Allah menghidupkanku kembali dari kubur demi engkau,’
Kemudian Ibrahim bertanya, ‘Apa yang telah Allah perbuat terhadap dirimu?’
‘Aku menghadap kepada Allah dengan membawa amal perbuatan buruk. Lalu Allah berkata kepadaku, ‘Aku telah mengampuni karena tiga hal. Pertama, engkau menghadap kepadaku, sementara engkau mencintai orang yang Aku cintai. Kedua, engkau menghadap kepadaku, sementara di dadamu tidak terdapat suatu pun keharaman. Ketiga, engkau menghadap kepadaku, sementara warna rambutmu sudah mulai berubah memutih, dan aku malu untuk mengazab seorang kakek yang warna rambutnya sudah mulai berubah memutih.’
Setelah mengatakan hal tersebut, tiba-tiba kuburan yang tadinya terbuka kembali menutup,” tutup Ibrahim.
Usai Ibrahim bercerita, Ghasuli penasaran dan meminta kawannya itu untuk menunjukkan kubur yang dikisahkan.
“Wahai Abu Ishaq, maukah engkau tunjukkan kepadaku di mana kuburan itu?” tanya Ghasuli.
“Wahai Ghasuli, bermuamalah engkau kepada Allah, niscaya Dia akan memperlihatkan kepadamu berbagai keajaiban dan keanehan,” sahut Ibrahim.
Maksud dari perkataan Ibrahim adalah ketika kita mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mungkin saja akan menghadirkan kuasa-Nya, hal-hal yang jauh di luar dari akal nalar seorang manusia itu sendiri. Kemudian salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mencintai kekasih-Nya, yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mereka yang mencintai Tuhan-Nya.
Tentang kecintaan kepada Allah ini, dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Allah berfirman, ‘CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mencintaiKu. CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mencintaiKu. CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mengunjungiKu.” (HR. Ahmad).
Sementara hadis lain menyebutkan bahwa mencintai Allah merupakan tanda seseorang merasakan manisnya iman.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman, satu, ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya. Dua, ia mencintai seseorang hanya karena Allah. Tiga, ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila dilemparkan dalam neraka.”
Wallahu A'lam
(wid)