Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya
loading...
A
A
A
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kamu sekalian," kata dukun itu. "Sediakanlah tebusan sepuluh ekor unta. Kemudian keduanya itu diundi dengan anak panah. Kalau yang keluar itu atas nama anak kamu, ditambahlah jumlah unta itu sampai dewa berkenan."
Merekapun menyetujui. Setelah yang demikian ini dilakukan ternyata anak panah itu keluar tetap atas nama Abdullah juga. Ditambahnya jumlah unta itu sampai mencapai jumlah seratus ekor. Ketika itulah anak panah keluar atas nama unta itu. Sementara itu orang-orang Quraisy berkata kepada Abd'l-Muttalib - yang sedang berdoa kepada tuhannya: "Tuhan sudah berkenan."
"Tidak," kata Abd'l-Muttalib. "Harus kulakukan sampai tiga kali." Tetapi sampai tiga kali dikocok anak panah itupun tetap keluar atas nama unta itu juga. Barulah Abd'l-Muttalib merasa puas setelah ternyata sang dewa berkenan. Disembelihnya unta itu dan dibiarkannya begitu tanpa dijamah manusia atau binatang.
Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad", menjelaskan begitulah buku-buku biografi melukiskan. Digambarkannya beberapa macam adat-istiadat orang Arab, kepercayaan serta cara-cara mereka melakukan upacara kepercayaan itu. Hal ini menunjukkan sekaligus betapa mulianya kedudukan Makkah dengan Rumah Sucinya itu di tengah-tengah tanah Arab.
At-Tabari menceritakan - sehubungan dengan kisah penebusan ini - bahwa pernah ada seorang wanita Islam bernazar bahwa bila maksudnya terlaksana dalam melakukan sesuatu, ia akan menyembelih anaknya.
Ternyata kemudian maksudnya terkabul. Ia pergi kepada Abdullah bin Umar. Orang ini tidak memberikan pendapat. Kemudian ia pergi kepada Abdullah bin Abbas yang ternyata memberikan fatwa supaya ia menyembelih
seratus ekor unta, seperti halnya dengan penebusan Abdullah anak Abd'l-Muttalib. Tetapi Marwan - penguasa Medinah ketika itu - merasa heran sekali setelah mengetahui hal itu. "Nazar tidak berlaku dalam suatu perbuatan dosa," katanya.
"Kembalilah ke negeri kamu sekalian," kata dukun itu. "Sediakanlah tebusan sepuluh ekor unta. Kemudian keduanya itu diundi dengan anak panah. Kalau yang keluar itu atas nama anak kamu, ditambahlah jumlah unta itu sampai dewa berkenan."
Merekapun menyetujui. Setelah yang demikian ini dilakukan ternyata anak panah itu keluar tetap atas nama Abdullah juga. Ditambahnya jumlah unta itu sampai mencapai jumlah seratus ekor. Ketika itulah anak panah keluar atas nama unta itu. Sementara itu orang-orang Quraisy berkata kepada Abd'l-Muttalib - yang sedang berdoa kepada tuhannya: "Tuhan sudah berkenan."
"Tidak," kata Abd'l-Muttalib. "Harus kulakukan sampai tiga kali." Tetapi sampai tiga kali dikocok anak panah itupun tetap keluar atas nama unta itu juga. Barulah Abd'l-Muttalib merasa puas setelah ternyata sang dewa berkenan. Disembelihnya unta itu dan dibiarkannya begitu tanpa dijamah manusia atau binatang.
Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad", menjelaskan begitulah buku-buku biografi melukiskan. Digambarkannya beberapa macam adat-istiadat orang Arab, kepercayaan serta cara-cara mereka melakukan upacara kepercayaan itu. Hal ini menunjukkan sekaligus betapa mulianya kedudukan Makkah dengan Rumah Sucinya itu di tengah-tengah tanah Arab.
At-Tabari menceritakan - sehubungan dengan kisah penebusan ini - bahwa pernah ada seorang wanita Islam bernazar bahwa bila maksudnya terlaksana dalam melakukan sesuatu, ia akan menyembelih anaknya.
Ternyata kemudian maksudnya terkabul. Ia pergi kepada Abdullah bin Umar. Orang ini tidak memberikan pendapat. Kemudian ia pergi kepada Abdullah bin Abbas yang ternyata memberikan fatwa supaya ia menyembelih
seratus ekor unta, seperti halnya dengan penebusan Abdullah anak Abd'l-Muttalib. Tetapi Marwan - penguasa Medinah ketika itu - merasa heran sekali setelah mengetahui hal itu. "Nazar tidak berlaku dalam suatu perbuatan dosa," katanya.
(mhy)