Belajar dari Atsar Sa’ad bin Waqqash: Jangan Mengadu Domba Ustaz
loading...
A
A
A
Al-Kisah, disebutkan bahwa hubungan antara Sa’ad bin Waqqash dan Khalid bin Walid kurang bagus. Suatu ketika, ada seorang yang mencela Khalid di depan Sa’ad, maka beliaupun (Sa’ad) marah dan menegur orang tersebut seraya mengatakan:
“Diamlah kamu, sesungguhnya permasalahan di antara kami tidak sampai pada taraf agama kami”. (Ash-Shomtu wa Hifdzu Lisan hlm. 137 Ibnu Abi Dunya dan Shifat Shofwah 1/135).
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi dalam bukunya berjudul Cambuk Hati Sahabat Nabi mengomentari ini mengatakan Atsar ini memberikan kita ibroh yang berharga sekali:
Pertama, teguran dan peringatan tentang akhlak buruk sebagian kalangan yang punya hobi adu domba dan tukang sabung antara ustadz dengan ucapan, informasi dan pertanyaan jebakan yg menjurus kepada renggangnya hubungan antara ustaz, memercikkan api pertikaian di antara mereka.
Hendaknya mereka ingat betapa besarnya dosa “Namimah” apalagi korbannya adalah ustaz yang berpengaruh pada dakwah dan umat.
Kedua, hendaknya para ustaz berjiwa besar, berlapang dada, tidak terpancing oleh jebakan namimah, bahkan hendaknya mereka menutup celah tersebut dengan memberikan nasehat dan teguran kepada pelakunya.
Mari kita cermati atsar di atas, tatkala orang tersebut melemparkan celaan kepada Khalid di sisi Sa’ad karena tahu adanya perselisihan, namun Sa’ad justru memarahinya, menegurnya serta menjelaskan bahwa perbedaan di antara mereka tidak sampai kepada menghina dan mencemar kan kehormatan saudaranya.
Tentang Sa'ad
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.
Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman Rasulullah SAW . Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.
Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah SAW. Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Di samping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.
Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.
Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
“Diamlah kamu, sesungguhnya permasalahan di antara kami tidak sampai pada taraf agama kami”. (Ash-Shomtu wa Hifdzu Lisan hlm. 137 Ibnu Abi Dunya dan Shifat Shofwah 1/135).
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi dalam bukunya berjudul Cambuk Hati Sahabat Nabi mengomentari ini mengatakan Atsar ini memberikan kita ibroh yang berharga sekali:
Pertama, teguran dan peringatan tentang akhlak buruk sebagian kalangan yang punya hobi adu domba dan tukang sabung antara ustadz dengan ucapan, informasi dan pertanyaan jebakan yg menjurus kepada renggangnya hubungan antara ustaz, memercikkan api pertikaian di antara mereka.
Hendaknya mereka ingat betapa besarnya dosa “Namimah” apalagi korbannya adalah ustaz yang berpengaruh pada dakwah dan umat.
Kedua, hendaknya para ustaz berjiwa besar, berlapang dada, tidak terpancing oleh jebakan namimah, bahkan hendaknya mereka menutup celah tersebut dengan memberikan nasehat dan teguran kepada pelakunya.
Mari kita cermati atsar di atas, tatkala orang tersebut melemparkan celaan kepada Khalid di sisi Sa’ad karena tahu adanya perselisihan, namun Sa’ad justru memarahinya, menegurnya serta menjelaskan bahwa perbedaan di antara mereka tidak sampai kepada menghina dan mencemar kan kehormatan saudaranya.
Tentang Sa'ad
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.
Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman Rasulullah SAW . Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.
Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah SAW. Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Di samping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.
Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.
Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
(mhy)