Tatkala Suami Masih Kafir, Kisah Mengharukan Zainab Putri Rasulullah

Jum'at, 29 Mei 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Hindun berkata, "Wahai putri Muhammad, benarkan bahwa engkau hendak menyusul ayahmu?" Dengan hati-hati, Zainab menjawab, "Aku tidak menginginkan itu."

Hindun kembali berkata, "Wahai saudariku, janganlah engkau lakukan itu. Jika engkau membutuhkan kesenangan atau sesuatu yang bisa menemanimu dalam perjalanan, atau uang untuk bekalmu hingga di tempat ayahmu, aku bisa memenuhinya. Janganlah engkau malu karena tidak akan terjadi di antara wanita apa yang terjadi antara sesama laki-laki."

Zainab terus berkemas hingga selesai. la segera dibawa oleh saudara iparnya, Kinanah ibn Rabi', yang telah mempersiapkan seekor unta untuknya.

Kinanah membawa busur panah beserta tempat anak panahnya. Ia pergi membawa pergi Zainab pada siang hari. la berjalan menuntun unta sementara Zainab berada di dalam sekedup yang ada di atas punggung unta tersebut.

Para laki-laki dan wanita Quraisy ramai membicarakan kepergian Zainab. Mereka saling mencela dan keberatan jika putri Muhammad pergi dalam keadaan demikian.

Putri orang yang telah membunuh ayah dan anak-anak mereka. Karena itu, mereka pergi untuk mengejar hingga menemukan Zainab di daerah Dzu Thuwa. Orang pertama yang mengejarnya adalah Hubar ibn Aswad ibn Abdul Muththalib dan Nafi' ibn Abdul Qais al-Fahari.

Hubar meneror Zainab yang berada dalam sekedup dengan sebuah tombak. Darah pun mengalir dari tubuhnya karena pada saat itu Zainab sedang mengandung.

Kinanah ibn Rabi', yang saat itu bertugas menjaga Zainab, berdiri sambil membuka wadah anak panahnya. la ambil satu anak panah dan meletakkannya pada busurnya. la berkata, "Demi Allah, tidak seorang pun hari ini mendekati Zainab, kecuali aku tembus tubuhnya dengan anak panahku." Akhirnya, mereka pun mundur dan menjauh dari Kinanah.

Dalam kumpulan kaum Quraisy yang datang saat itu, majulah Abu Sufyan dan berteriak, "Wahai kawan, tahanlah anak panahmu! Kami ingin bicara denganmu!" Kinanah menahan anak panahnya.

Abu Sufyan mendekat dan berdiri di hadapannya. Ia berbicara, "Sungguh engkau telah melakukan kesalahan besar. Engkau pergi membawa perempuan ini secara terang-terangan dan di depan orang banyak sementara engkau tahu bagaimana musibah dan malapetaka yang telah kita alami karena Muhammad, ayah perempuan yang engkau bawa itu. Karena itu, jika engkau membawa pergi putri Muhammad ini untuk menemuinya secara terang-terangan, hal itu akan menunjukkan kerendahan yang kita alami dan kelemahan yang terjadi. Demi Allah, kita tidak perlu menahannya untuk menyusul ayahnya karena ia tidak bersalah, tetapi bawalah kembali perempuan ini sampal keadaan menjadi tenang dan orang-orang menyetujui untuk memulangkannya secara damai dan diam-diam. Setelah itu, bawalah ia untuk menyusul ayahnya."

Dengan perasaan takut, Zainab memandangi darah yang mengalir dari tubuhnya. Kinanah ibn Rabi' segera berpikir untuk membawa Zainab kembali, memenuhi saran Abu Sufyan, dan menyelamatkan nyawa istri saudaranya itu.

Saat orang-orang yang mengejar Zainab itu kembali, Hindun menyaksikan kedatangan mereka. Ia berkata kepada mereka, "Apakah dalam damai para laki-laki menjadi kasar dan kejam, sedangkan dalam perang mereka laksana wanita yang datang bulan?"

Terpaksa mereka kembali ke Makkah, tiba-tiba Zainab mengalami keguguran dan tubuhnya menjadi lemah. Setibanya di rumah suaminya, Abu al-' Ash, semua orang menghambur dan menggotong Zainab yang berlumuran darah.

Abu al-'Ash ibn Rabi' berusaha membalut derita sang istri yang telah dipisahkan darinya karena Islam.

Beberapa hari kemudian, Zainab berhasil memulihkan sedikit tenaganya. Pembicaraan tentang dirinya telah mereda. Karena itu, Kinanah ibn Rabi' segera mengajaknya untuk kembali menaiki unta sementara air mata Zainab bercucuran karena hendak berpisah dengan suaminya, Abu al-Ash.

Kali ini Kinanah membawa Zainab pada malam hari secara diam-diam. la pergi dengan sangat waspada karena takut akan dikejar kembali. Akhirnya, Kinanah ibn Rabi' berhasil membawa Zainab ke tempat yang di situ kedua utusan Rasulullah telah menanti, yaitu di daerah Dzu Thuwa.

la segera menyerahkan Zainab kepada mereka sambil berkata, "Aku heran terhadap Hubar dan kaumnya yang rendah. Mereka menginginkan agar aku berkhianat atas putri Muhammad. Namun, aku tidak peduli berapa pun banyaknya mereka selagi aku hidup, aku tidak akan menyerahkannya (Zainab) kepada mereka."

Kedua laki-laki itu pun membawa Zainab hingga menghadap Rasulullah. Ketika mereka tiba, hati Rasulullah berdebar saat menyambut kedatangan putri tercintanya itu dari negeri yang penuh dengan kesyirikan memasuki negeri lslam yang penuh dengan keimanan.

Beliau melihat bekas darah sang putri yarng telah mengering. Beliau juga mendengar kekejaman yang dilakukan oleh Hubar ibn Aswad terhadap Zainab hingga keguguran.

Memberi Perlindungan
Waktu terus berjalan. Enam tahun telah berlalu sejak Zainab hijrah ke Madinah. Selama itu pula Zainab hidup di bawah naungan sang ayah, Muhammad SAW. Zainab tidak pernah putus asa untuk berharap agar cahaya Islam menembus ke dalam hati suaminya, Abu al-'Ash.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)