Khabbab bin Arats (4): Gudang Hartanya Terbuka untuk Siapa Saja

Rabu, 01 September 2021 - 06:57 WIB
loading...
Khabbab bin Arats (4): Gudang Hartanya Terbuka untuk Siapa Saja
Khabbab adalah pande besi pembuat pedang di zaman jahiliyah. Ilustrasi/Ist
A A A
Khabbab bin Arats ra adalah sahabat Nabi SAW yang mula-mula masuk Islam. Ia menyertai Rasulullah SAW dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya. Ketika ia kaya, hartanya disimpan di sebuah gudang. Gudang itu terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan.



Ketika Baitulmal melimpah ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertama masuk Islam.

Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah. Harta kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu. Para sahabat dan tamu-tamu yang memerlukan dapat mengambil uang yang diperlukannya dari tempat itu.

Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi kaum muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke tangan mereka.

Dengarkanlah pembicaraannya dengan para pengunjung yang datang menjenguknya ketika ia dalam sakit yang membawa ajalnya. Kata mereka kepadanya: "Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat anda..!"

Maka ujarnya sambil menangis: "Sungguh, saya tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebelum mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga. Sedang kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."



Kemudian ditunjuknya rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh harta kekayaan, serta katanya: "Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya halanginya terhadap yang meminta.... "

Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya mewah dan berlebih-lebihan, katanya sambil mengalir air matanya: "Lihatlah ini kain kafanku! Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah SAW ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya, sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya...?"

Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriah. Ahli membuat pedang di masa jahiliyah telah tiada. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengurbanan dalam Islam telah berpulang.

Laki-laki yang termasuk dalam jamaah yang diturunkan al-Quran untuk membelanya, dan yang dilindungi sewaktu sebagian para bangsawan Quraisy menuntut agar Rasulullah SAW menyediakan untuk menerima mereka pada suatu hari tertentu, sedang bagi orang-orang miskin seperti Khabbab, Shuhaib dan Bilal suatu hari tertentu pula.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1681 seconds (0.1#10.140)