Hukum Mencukur Jenggot: Haram, Makruh, Apa Mubah?

Senin, 06 September 2021 - 11:46 WIB
loading...
Hukum Mencukur Jenggot: Haram, Makruh, Apa Mubah?
Hukum mencukup jenggot oleh ulama masa kini dianggap mubah. (Foto/Ilustrasi/Ist)
A A A
Hukum mencukur jenggot tetap menjadi perdebatan di tengah-tengah umat Islam. Sebagianulama mengharamkan, sebagian lagi menganggap makruh, dan sebagian ulama lagi berpendapat mubah, alias boleh dicukur, boleh tidak..

Tokoh yang berendapat bahwa mencukur jenggot adalah haram antara lain Ibnu Taimiyah . Sedangkan Iyadh, sebagaimana tersebut dalam Fathul Bari, berpendapat mencukup jenggot adalah makruh . Pendapat ketiga, adalah mubah. Yang berpendapat demikian, kebanyakan adalah ulama masa kini.



Jenggot (lihyah) adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. Jadi, semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot) kecuali kumis.

Hadis Tentang Jenggot

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma telah meriwayatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى

“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)

Setidaknya ada lima hadis yang sejenis dan diriwayatkan Ibu Umar. Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,

أَعْفُوا وَأَوْفُوا وَأَرْخُوا وَأَرْجُوا وَوَفِّرُوا

Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)

Buku Halal dan Haram dalam Islam karya Syaikh Muhammad Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan hadis ini menerangkan alasan diperintahkannya untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis, yaitu supaya berbeda dengan orang-orang musyrik.

Sedang yang dimaksud orang-orang musyrik di sini ialah orang-orang Majusi penyembah api, di mana mereka itu biasa menggunting jenggotnya, bahkan ada yang mencukurnya.

Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan untuk umat Islam supaya mereka mempunyai kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir lahir dan batin, yang tersembunyi maupun yang tampak. Lebih-lebih dalam hal mencukur jenggot ini ada unsur-unsur menentang fitrah dan menyerupai orang perempuan. Sebab jenggot adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda-tanda yang membedakan dengan jenis lain.

Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِا

“Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim no. 627)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat tidak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur.

Ketika Kisra (penguasa Persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan jenggot yang tercukur dan kumis yang lebat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya.

Beliau bertanya,”Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti ini?”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2953 seconds (0.1#10.140)