Said bin Amir: Gajinya sebagai Gubernur Dibagikan untuk Rakyat Miskin

Rabu, 08 September 2021 - 17:45 WIB
loading...
A A A
Demikianlah akhirnya Sa'id berangkat ke Homs. Ikut bersamanya isterinya; dan sebetulnya kedua mereka adalah pengantin baru. Semenjak kecil isterinya adalah seorang wanita yang amat cantik berseri-seri. Mereka dibekali Umar secukupnya.

Ketika kedudukan mereka di Homs telah mantap, sang isteri bermaksud meggunakan haknya sebagai isteri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Diusulkannya kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumaih tangga, lalu menyimpan sisanya.

Jawab Sa'id kepada isterinya: "Maukah kamu saya tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu? Kita berada di suatu negeri yang amat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Maka lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan memperkembangkannya.”

"Bagaimana jika perdagangannya rugi?" tanya isterinya.

"Saya akan sediakan borg atau jaminan " ujar Sa'id.

"Baiklah kalau begitu" kata isterinya pula.

Kemudian Sa'id pergi keluar, lalu membeli sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat bersahaja, dan sisanya yang tentu masih banyak itu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin dan orang-orang membutuhkan.

Hari-hari pun berlalu, dan dari waktu ke waktu isteri Sa'id menanyakan kepada suaminya soal perdagangan mereka dan bilakah keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Sa'id bahwa perdagangan mereka berjalan lancar, sedang keuntungan bertambah banyak dan kian meningkat.

Pada suatu hari isterinya memajukan lagi pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Sa'id pun tersenyum, lalu tertawa yang menyebabkan timbulnya keraguan dan kecurigaan sang isteri.

Didesaknyalah suaminya agar menceritakannya secara terus terang. Maka disampaikannya bahwa harta itu telah disedekahkannya dari semula.

Wanita itu pun menangis dan menyesali dirinya karena harta itu tak ada manfaatnya sedikit pun, karena tidak jadi dibelikan untuk keperluan hidup dirinya, dan sekarang tak sedikit pun tinggal sisanya

Sa'id memandangi isterinya, sementara air mata penyesalan dan kesedihan telah menambah kecantikan dan kemolekannya. Dan sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi dirinya, Sa'id menujukan penglihatan batinnya ke surga, maka tampaklah di sana kawan-kawannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu katanya:

"Saya mempunyai kawan-kawan yang telah lebih dulu menemui Allah dan saya tak ingin menyimpang dari jalan mereka, walau ditebus dengan dunia dan segala isinya...!"

Dan karena ia takut akan tergoda oleh kecantikan isterinya itu, maka katanya pula yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama isterinya: "Bukankah kamu tahu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jeli, hingga seandainya seorang saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan.”

“Maka mengurbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengurbankan mereka demi karena dirimu ...! " diakhirinya ucapan itu sebagaimana dimulainya tadi, dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah.

Isterinya diam dan maklum bahwa tak ada yang lebih utama baginya daripada mengikuti jalan yang telah ditempuh suaminya, dan mengendalikan diri untuk mencontoh sifat zuhud dan ketakwaannya.

Kala itu Homs digambarkan sebagai Kufah kedua. Hal itu disebabkan sering terjadinya pembangkangan dan pendurhakaan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Dan karena kota Kufah dianggap sebagai pelopor dalam soal pembangkangan ini, maka kota Homs diberi julukan sebagai kota kedua. Tetapi bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs ini menentang pemimpin-pemimpin mereka, terhadap hamba yang saleh sebagai Sa'id, hati mereka dibukakan Allah, hingga mereka cinta dan taat kepadanya.

Pada suatu hari Umar menyampaikan berita kepada Sa'id: "Orang-orang Syria mencintaimu .. .!"

"Mungkin sebabnya karena saya suka menolong dan membantu mereka," balas Sa'id.

Hanya bagaimana juga cintanya warga kota Homs terhadap Sa'id, namun adanya keluhan dan pengaduan tak dapat dielakkan. Sekurang-kurangnya untuk membuktikan bahwa Homs masih tetap menjadi saingan berat bagi kota Kufah di Irak.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1240 seconds (0.1#10.140)