Said bin Amir: Gajinya sebagai Gubernur Dibagikan untuk Rakyat Miskin

Rabu, 08 September 2021 - 17:45 WIB
loading...
A A A
Suatu ketika, tatkala Amirul Mu'minin Umar bin Khattab berkunjung ke Homs, ditanyakannya kepada penduduk yang sedang berkumpul lengkap: "Bagaimana pendapat kalian tentang Sa'id?"

Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi rupanya pengaduan itu mengandung berkah, karena dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang amat menakjubkan serta mengesankan.

Dari kelompok yang mengadukan itu Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu demi satu. Maka atas nama kelompok tersebut majulah pembicara yang mengatakan:

"Ada empat hal yang hendak kami kemukakan: Pertama, ia baru keluar mendapatkan kami setelah siang hari. Kedua, tak hendak melayani seseorang di waktu malam hari. Ketiga, setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menemuinya. Keempat, dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan."

Umar bin Khattab tunduk sebentar dan berbisik memohon kepada Allah, katanya: "Ya Allah, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu terbaik, maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset.”

Selanjutnya Khalifah Umar, mempersilakan Said membela diri. Said pun tampil dan berkata: "Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum siang hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat dhuha. Setelah itu barulah saya keluar untuk mendapatkan mereka.!"

Wajah Umar bersei-seri, dan katanya: "Alhamdulillah , dan mengenai yang kedua?"

Maka Sa'id pun melanjutkan pembicaraannya: "Adapun tuduhan mereka bahwa saya tidak mau melayani mereka di waktu malam, maka demi Allah saya benci menyebutkan penyebabnya. Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta'ala!”

“Sedangkan ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka , maka sebabnya sebagaimana saya katakan tadi, saya tidak mempunyai khadam untuk mencuci pakaian, sedangkan pakaianku tidaklah banya untuk dipergantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggunya sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang.”

“Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: ‘Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal'afiat? Jawab Khubaib: Demi Allah saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh kesenangan dan keselamatan dunia, sementara Rasullullah ditimpa bencana, walau hanya oleh tusukan duri sekalipun."

“Maka setiap terkenang akan peristiwa yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa saya berpangku tangan dan tak hendak mengulurkan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu."

Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa'id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang saleh

Mendengar itu Umar tak dapat lagi menahan diri dan rasa harunya, maka berseru karena amat gembira: "Alhamdulillah, karena dengan taufiq-Nya firasatku tidak meleset adanya!"

Lalu dirangkul dan dipeluknya Sa'id, serta diciumlah keningnya yang mulia dan bersinar cahaya.

Gaji dan tunjangan Sa'id bin 'Amir tentu saja lumayan besar. Tetapi yang diambilnya hanyalah sekadar keperluan diri dan isterinya, sedang selebihnya dibagi-bagikan kepada rumah-rumah dan keluarga-keluarga lain yang membutuhkannya.

Suatu ketika ada yang menasihatkan kepadanya: “Berikanlah kelebihan harta ini untuk melapangkan keluarga dan famili isteri anda!”

Maka ujarnya: "Kenapa keluarga dan ipar besanku saja yang harus lebih kuperhatikan? Demi Allah, tidak! Saya tak hendak menjual keridlaan Allah dengan kaum kerabatku!"

Memang telah lama dianjurkan orang kepadanya: "Janganlah ditahan-tahan nafkah untuk diri pribadi dan keluarga Anda, dan ambillah kesempatan untuk menikmati hidup!"

Tetapi jawaban yang keluar hanyalah kata-kata yang senantiasa diulang-ulangnya: "Saya tak hendak ketinggalan dari rombongan pertama, yakni setelah saya dengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Allah Azza wa Jalla akan menghimpun manusia untuk dihadaphan ke pengadilan, maha datanglah orang-orang miskin yang beriman, berdesak-desakan maju ke depan tak ubahnya bagai kawanan burung merpati. Lalu ada yang berseru kepada mereka: Berhentilah kalian untuk menghadapi perhitungan! Ujar mereka: Kami tak punya apa-apa untuh dihisab. Maka Allah pun berfirman: Benarlah hamba-hamba-Ku itu! Lalu masuklah mereka ke dalam surga sebelum orang-orang lain masuk."

Dan pada tahun 20 Hijriyah dengan lembaran yang paling bersih, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang paling cemerlang, Sa'id bin Amir pun menemui Allah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6888 seconds (0.1#10.140)