Ramadhan: 6 Tips Meniti Jalan Menuju Kesabaran di Tengah Covid-19

Selasa, 21 April 2020 - 19:11 WIB
loading...
Ramadhan: 6 Tips Meniti Jalan Menuju Kesabaran di Tengah Covid-19
Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. llustrasi/Ist
A A A
SABAR bukanlah perkara yang mudah, terlebih dalam menghadapi musibah pada benturan pertama. seperti musibah serangan wabah covid-19 di saat menghadapi bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa salam (SAW) mengingatkan:

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى / رواه البخاى

“Hanyasannya kesabaran adalah pada saat pertama benturan di awal terjadi musibah”. (H.R Al-Bukhari)

Hadis yang bersumber dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu (RA) ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dengan asbabul wurudnya sebagai berikut: Nabi Shallallahu alaihi wa salam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan, lalu beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah”.

Kemudian wanita itu berkata: “Menjauhlah dariku, sesungguhnya Engkau tidak pernah merasakan musibahku”.

Ia tidak mengetahui bahwa yang mengatakan itu adalah Nabi. Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kepada wanita itu bahwa yang barusan berbicara kepadanya adalah Nabi Muhammad SAW. Kemudian wanita itu datang ke rumah Nabi.

Ia tidak mendapati di rumah Nabi Muhammad SAW terdapat penjaga (pengawal pribadi) sehingga ia langsung bisa bertemu dengan Nabi. Kemudian wanita itu berkata: “Maaf, saya tadi tidak mengetahui kalau yang berbicara denganku adalah Engkau wahai Rasulullah”.

Lalu beliau SAW bersabda,”Hanyasanya kesabaran adalah pada waktu pertama benturan”.

Artinya, yang dinamakan sabar adalah sikap ikhlas kita menerima musibah itu pada saat pertama. Jika kita menerima ketentuan musibah setelah berlakunya waktu musibah itu datang, maka itu bukanlah sebenar-benar kesabaran.

Walaupun kesabaran itu tidak mudah, tetapi ada beberapa jalan yang dapat kita lakukan untuk menggapainya, antara lain:

Pertama, mohon pertolongan kepada Allah

Di dalam Al-Quran paling tidak terdapat dua ayat yang mengajarkan manusia agar diberikan kesabaran oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ /البقرة :٢٥٠

Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS Al-Baqarah [2]: 250).

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ /الاعراف:١٢٦

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”. (QS. Al-A’raf[7]: 126)

Kedua, mengetahui watak kehidupan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ /البلد: ٤

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS. Al-Balad[90]: 4)

Ayat ini memberitahukan bahwa kehidupan manusia itu selalu diliputi permasalahan, penderitaan dan cobaan. Untuk menghadapinya, diperlukan kesabaran.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu mengingatkan betapa pentingnya sikap sabar dalam menghadapi permasalah kehidupan, melalui ucapannya: “Ketahuilah bahwa sabar, jika dilihat dalam permasalahan seseorang, ibarat kepala dengan tubuh. Jika kepalanya hilang, maka seluruh bagian tubuh akan membusuk. Sama halnya dengan kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rumit dan sulit diselesaikan”.

Ketiga, optimistis akan adanya jalan keluar

Sikap optimistis akan menguatkan kesabaran, menghalau kecemasan dan keputusasaan ketika menghadapi musibah.

Optimisme inilah yang membuat Nabi Ya’qub Alaihi Salam tetap sabar setelah kehilangan putra yang sangat ia sayangi, Yusuf Alaihi Salam dan Benyamin.

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا ۚ/ يوسف:٨٣

Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku”. (QS. Yusuf [12]: 83).

Keempat, meyakini bahwa kesabaran adalah kunci kesuksesan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ /ال عمران:٢٠٠

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran [3]: 200).

Pada ayat ini, Allah menginformasikan kepada orang-orang beriman bahwa kunci keberhasilan itu terletak pada empat hal, yaitu sabar, menguatkan kesabaran, bersiap siaga dan bertaqwa.

Said Hawa mengatakan bahwa sabar adalah sikap yang sangat penting yang harus dimiliki manusia. Manusia dilahirkan untuk diuji kualitas diri dan jiwanya. Sifat sabar adalah cara terbaik untuk menghadapi berbagai ujian hidup. Begitu pentingnya sifat sabar ini, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut tidak kurang dari 90 ayat dalam Al-Quran. Kesabaran akan menjadi jalan untuk meraih kemuliaan hidup.

Kelima, beriman kepada takdir Allah

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ /الحديد: ٢٢

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid [57]: 22).

Keenam, meneladani orang-orang yang bersabar. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ /الانعام:٣٤


“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu
”. (QS. Al-An’am [6]: 34)

Ayat ini merupakan sebagian ayat untuk menghibur Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman bahwa pendustaan dan gangguan itu bukan hal yang baru dalam sejarah para Rasul dan penegak kebenaran. Dengan meneladani mereka yang bersabar, maka musibah yang menimpa akan terasa ringan dan kesabaran makin tertanam dalam jiwa.

Ketujuh, menjauhi perilaku yang merusak kesabaran. Di antara perilaku yang merusak kesabaran antara lain ketergesaan.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ ۚ / الاحقاف :٣٥

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka”. (QS. Al-Ahqaf [46]: 35)

Ayat ini secara tekstual ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, tetapi secara kontekstual ditujukan juga kepada ummatnya agar tidak meminta disegerakan siksa bagi orang-orang kafir karena siksaan itu telah ditentukan waktunya. Kadang-kadang, manusia lupa terhadap ketentuan waktu dan tergesa-gesa agar ketentuan waktu itu disegerakan.

Padahal dalam penciptaan Allah SWT ada sunnah yang tidak berubah yaitu bahwa segala sesuatu itu ada masanya (waktunya) yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak dapat dipengaruhi oleh ketergesaan manusia.

Selanjutnya kemarahan. Firman Allah Ta’ala berfirman:

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ / الفتح: ٢٦

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin”. (QS. Al-Fath [48]: 26)

Pada ayat ini, Allah SWT mencela orang kafir yang menampakkan kesombongan yang timbul karena kemarahan membela kebatilan. Sementara Allah SWT memuji Rasulullah SAW dan orang-orang beriman sebab ketenangan yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Sebagian sahabat Rasulullah SAW berkata: “Pokok pangkal kebodohan adalah sifat kasar dan pembimbingnya adalah kemarahan. Barang siapa ingin tetap bodoh, maka tidak perlu mempunyai sifat sabar. Kesabaran adalah bagaikan hiasan dan banyak manfaatnya. Sedangkan kebodohan adalah cela yang banyak bahayanya”.

Ja’far bin Muhammad berkata,: “Marah adalah kunci segala keburukan”.

Putus Asa

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ / يوسف:٨٧

Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf [12]: 87)

Orang yang berputus asa biasanya disebabkan dua hal pokok:

Ketika ditimpa musibah dan berbagai cobaan lainnya, seperti sakit, gagal dalam pekerjaan, problema rumah tangga yang berkepanjangan dan sebagainya.

Ketika terjerumus ke dalam dosa besar yang sulit diampuni oleh Allah SWT. Padahal Allah Maha Pengampun. Sebesar atau seberat apapun dosa kita, selama kita berusaha bertaubat, apalagi atubatan nasuha, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan mengampuni dosa-dosa tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ /الزمر:٥٣

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar [39]: 53).

Wallahu A’lam bis Shawab.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4402 seconds (0.1#10.140)