Kisah Penggali Kubur Menyetubuhi Mayat yang Membuat Rasulullah SAW Marah
loading...
A
A
A
Alkisah, ada seorang pemuda Madinah yang pekerjaannya sebagai penggali kubur. Pemuda ini gemar mencuri barang-barang berharga yang dikuburkan bersama mayat. Tindakan ini dilakukan ketika keluarga jenazah meninggalkan kuburan.
Dia gali kuburan itu kembali untuk mengambil barang-barang berharga yang ikut dikuburkan bersama mayat. Dia akan mengambil kain kafan mayat jika kain itu dianggap berharga.
Pada suatu hari, dia menggali kubur untuk jenazah seorang gadis nan cantik jelita. Begitu suasana sepi, ia menggali kembali kuburan gadis itu. Ia ambil kain kafannya. Matanya nanar melihat indahnya tubuh sang gadis. Ia pun melampiaskan syahwatnya kepada mayat tersebut.
Usai menggauli mayat itu, pemuda ini sangat gelisah. Ia merasa dikejar-kejar dosa. Ia pun datang ke masjid Rasulullah di Madinah. Di sana ia ketemu Umar bin Khattab . Setelah mengucapkan salam kepada Umar, ia bertanya dengan cemas dan hati-hati. “Apa pendapat Anda jika ada seseorang yang berzina?” tanya pemuda itu.
“Jika dia sudah menikah, ia dihukum rajam sampai mati. Jika ia belum pernah menikah, maka akan dicambuk seratus kali dan diusir dari kampung selama satu tahun,” jawab umar tegas.
“Lalu, bagaimana jika seseorang itu menzinai mayat dan ia belum menikah?” tanya pemuda itu sejurus kemudian
Umar terdiam. Bulu kuduknya berdiri mendengar pertanyaan pemuda tersebut. ”Sungguh keterlaluan, saya tidak bisa membayangkan sebesar apa dosanya. Siapa gerangan orang yang melakukan perbuatan keji seperti itu?” tanya Umar gusar.
“Saya sendiri wahai Umar! Apakah Allah masih mau mengampuni perbuatanku?” sang pemuda mulai bimbang.
Umar terdiam. Ia masuk ke dalam masjid dan ia menangis. Rasulullah yang berada di masjid heran melihat kondisi Umar yang demikian itu. Setelah mengucap salam, Rasulullah SAW bertanya kepada Umar apa yang membuat dirinya bersedih seperti itu.
“Di luar saya menjumpai seorang pemuda yang membuat bulu kuduk saya berdiri, dan ia ingin bertobat dari dosanya,” jawab Umar.
Usman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al-Kahaubawiyyi dalam kitabnya berjudul "Durratun Nasihin" menceritakan selanjutnya Rasulullah memerintahkan Umar bin Khattab untuk mengajak masuk pemuda tadi. Sang pemuda menangis tersedu-sedu sehingga membuat Rasulullah penasaran. “Mengapa engkau menangis wahai anak muda?” tanya Rasul.
“Aku terlalu banyak dosa. Aku takut jika Allah akan marah kepadaku ya, Rasul,” jawab pemuda itu.
“Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu atau engkau membunuh orang yang tidak bersalah?” tanya Rasulullah
“Tidak, ya Rasul. Saya tidak pernah melakukan kedua perbuatan itu,” jawab sang pemuda.
Rasulullah SAW berusaha menghibur anak muda itu. ”Ketahuilah olehmu anak muda, Allah akan mengampuni dosamu sekalipun dosamu sebesar 7 kali lipat langit dan bumi. Apakah dosamu sebesar umul kursi?” tanya Rasulullah.
“Lebih besar dari itu ya Rasul,” jawab pemuda itu.
“Apakah sebesar Arsy,” tanya Rasulullah penasaran.
“Saya kira lebih besar dari itu ya, Rasul,” jawab sang pemuda di tengah isak tangisnya
“Sebenarnya dosa apa yang kau lakukan, coba kau katakan kepadaku?” pinta Rasul.
“Sungguh saya malu untuk mengatakannya," jawab pemuda itu.
“Jika tidak kamu katakan maka dosa itu akan tetap membebani jiwamu,” bujuk Rasulullah.
Pemuda itu terdiam. Kepalanya menunduk melihat lantai masjid. Ia mulai memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang telah ia perbuat.
“Tujuh tahun saya bekerja sebagai penggali kubur. Suatu ketika ada mayat kaum Anshar. Ia masih gadis dan sangat cantik. Secara diam-diam saya menggali kuburannya lalu kubuka kain kafannya. Awalnya saya ingin meninggalkannya tetapi syahwat saya bergelora. Maka kulampiaskan syahwatku dengan menzinahi mayat itu sampai puas. Setelah itu saya tinggalkan begitu saja.
Beberapa langkah saya hendak pergi meninggalkan kuburan itu tiba tiba mayat itu bangkit dan berkata: 'Sungguh celaka engkau wahai pemuda. Apakah engkau tidak malu kepada tuhan yang kelak membalasmu di hari kiamat? Pada saat semua orang dituntut balas, engkau membiarkan aku dalam keadaan telanjang dan berhadas besar di hadapan tuhanku'.”
Mendengar pengakuan pemuda ini, Rasulullah SAW sangat marah dan seketika itu berdiri dan berkata: ”Wahai pemuda fasik tempatmu memang pantas di neraka. Keluarlah dari tempat ini.”
Sang pemuda keluar dangan hati yang hancur dan jiwa tak bersemangat. Tak ada harapan baginya untuk mendapatkan pengampunan dari dosanya. Sebenarnya ia ingin bertobat dengan sebenar-benarnya kepada Allah. Dia terus melangkah tanpa tau arah dan tujuannya.
Nabi ingin mendengar petunjuk langsung dari Allah tentang peristiwa yang baru saja beliau dengarkan. Di sisi lain, pemuda itu kemudian pergi menyendiri dalam sebuah gua di gunung. Di sana dia menangis, meminta ampun kepada Allah.
Dia bersumpah tak akan keluar dari gua sebelum Allah memaafkannya dan menyampaikan ampunannya itu lewat Rasulullah SAW. Setelah 40 hari, tubuh dan wajah pemuda itu berubah drastis. Selama di dalam gua, dia hanya bertahan hidup dengan makanan yang dia temukan dalam gua.
Ia berdoa: ”Oh tuhannya Nabi Muhammad, Tuhan Nabi Adam dan Hawa jika aku telah engkau ampuni sampaikanlah kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Namun jika kau menolak tobatku ini, bakarlah aku di dunia dan bebaskan aku dari siksa di akhirat. Sungguh saya tidak akan sanggup menerima siksamu di akhirat kelak.”
Bersamaan dengan itu Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemui Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu, dan Allah bertanya: Apakah engkau yang menciptakan makhluk?” tanya Malaikat Jibril.
“Allah yang menciptakan diriku dan semua makhluk” jawab Rasulullah
“Apakah engkau yang memberikan rezeki kepada mereka?” tanya Jibril
“Tidak. Hanya Allah yang mampu memberikan rezeki kepada makhluknya,” jawab Rasulullah
“Apakah engkau yang menerima tobat mereka atau engkau yang menghukum mereka atas dosa-dosa mereka?” tanya malaikat Jibril.
“Maha suci Allah yang maha memberi pengampunan,” jawab Rasulullah
“Wahai Muhammad, Allah berfirman: Maafkanlah hambaku, karena aku telah mengampuninya,” kata malaikat Jibril.
Lalu turunlah ayat:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran [3]: 135)
Selanjutnya, Rasulullah SAW memanggil pemuda tersebut dan memberitahukan bahwa Allah telah mengampuni dosanya dan menerima tobatnya. Tak lama kemudian pemuda ini meninggal dunia.
Dia gali kuburan itu kembali untuk mengambil barang-barang berharga yang ikut dikuburkan bersama mayat. Dia akan mengambil kain kafan mayat jika kain itu dianggap berharga.
Baca Juga
Pada suatu hari, dia menggali kubur untuk jenazah seorang gadis nan cantik jelita. Begitu suasana sepi, ia menggali kembali kuburan gadis itu. Ia ambil kain kafannya. Matanya nanar melihat indahnya tubuh sang gadis. Ia pun melampiaskan syahwatnya kepada mayat tersebut.
Usai menggauli mayat itu, pemuda ini sangat gelisah. Ia merasa dikejar-kejar dosa. Ia pun datang ke masjid Rasulullah di Madinah. Di sana ia ketemu Umar bin Khattab . Setelah mengucapkan salam kepada Umar, ia bertanya dengan cemas dan hati-hati. “Apa pendapat Anda jika ada seseorang yang berzina?” tanya pemuda itu.
“Jika dia sudah menikah, ia dihukum rajam sampai mati. Jika ia belum pernah menikah, maka akan dicambuk seratus kali dan diusir dari kampung selama satu tahun,” jawab umar tegas.
“Lalu, bagaimana jika seseorang itu menzinai mayat dan ia belum menikah?” tanya pemuda itu sejurus kemudian
Umar terdiam. Bulu kuduknya berdiri mendengar pertanyaan pemuda tersebut. ”Sungguh keterlaluan, saya tidak bisa membayangkan sebesar apa dosanya. Siapa gerangan orang yang melakukan perbuatan keji seperti itu?” tanya Umar gusar.
“Saya sendiri wahai Umar! Apakah Allah masih mau mengampuni perbuatanku?” sang pemuda mulai bimbang.
Umar terdiam. Ia masuk ke dalam masjid dan ia menangis. Rasulullah yang berada di masjid heran melihat kondisi Umar yang demikian itu. Setelah mengucap salam, Rasulullah SAW bertanya kepada Umar apa yang membuat dirinya bersedih seperti itu.
“Di luar saya menjumpai seorang pemuda yang membuat bulu kuduk saya berdiri, dan ia ingin bertobat dari dosanya,” jawab Umar.
Usman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al-Kahaubawiyyi dalam kitabnya berjudul "Durratun Nasihin" menceritakan selanjutnya Rasulullah memerintahkan Umar bin Khattab untuk mengajak masuk pemuda tadi. Sang pemuda menangis tersedu-sedu sehingga membuat Rasulullah penasaran. “Mengapa engkau menangis wahai anak muda?” tanya Rasul.
“Aku terlalu banyak dosa. Aku takut jika Allah akan marah kepadaku ya, Rasul,” jawab pemuda itu.
“Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu atau engkau membunuh orang yang tidak bersalah?” tanya Rasulullah
“Tidak, ya Rasul. Saya tidak pernah melakukan kedua perbuatan itu,” jawab sang pemuda.
Rasulullah SAW berusaha menghibur anak muda itu. ”Ketahuilah olehmu anak muda, Allah akan mengampuni dosamu sekalipun dosamu sebesar 7 kali lipat langit dan bumi. Apakah dosamu sebesar umul kursi?” tanya Rasulullah.
“Lebih besar dari itu ya Rasul,” jawab pemuda itu.
“Apakah sebesar Arsy,” tanya Rasulullah penasaran.
“Saya kira lebih besar dari itu ya, Rasul,” jawab sang pemuda di tengah isak tangisnya
“Sebenarnya dosa apa yang kau lakukan, coba kau katakan kepadaku?” pinta Rasul.
“Sungguh saya malu untuk mengatakannya," jawab pemuda itu.
“Jika tidak kamu katakan maka dosa itu akan tetap membebani jiwamu,” bujuk Rasulullah.
Pemuda itu terdiam. Kepalanya menunduk melihat lantai masjid. Ia mulai memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang telah ia perbuat.
“Tujuh tahun saya bekerja sebagai penggali kubur. Suatu ketika ada mayat kaum Anshar. Ia masih gadis dan sangat cantik. Secara diam-diam saya menggali kuburannya lalu kubuka kain kafannya. Awalnya saya ingin meninggalkannya tetapi syahwat saya bergelora. Maka kulampiaskan syahwatku dengan menzinahi mayat itu sampai puas. Setelah itu saya tinggalkan begitu saja.
Beberapa langkah saya hendak pergi meninggalkan kuburan itu tiba tiba mayat itu bangkit dan berkata: 'Sungguh celaka engkau wahai pemuda. Apakah engkau tidak malu kepada tuhan yang kelak membalasmu di hari kiamat? Pada saat semua orang dituntut balas, engkau membiarkan aku dalam keadaan telanjang dan berhadas besar di hadapan tuhanku'.”
Mendengar pengakuan pemuda ini, Rasulullah SAW sangat marah dan seketika itu berdiri dan berkata: ”Wahai pemuda fasik tempatmu memang pantas di neraka. Keluarlah dari tempat ini.”
Sang pemuda keluar dangan hati yang hancur dan jiwa tak bersemangat. Tak ada harapan baginya untuk mendapatkan pengampunan dari dosanya. Sebenarnya ia ingin bertobat dengan sebenar-benarnya kepada Allah. Dia terus melangkah tanpa tau arah dan tujuannya.
Nabi ingin mendengar petunjuk langsung dari Allah tentang peristiwa yang baru saja beliau dengarkan. Di sisi lain, pemuda itu kemudian pergi menyendiri dalam sebuah gua di gunung. Di sana dia menangis, meminta ampun kepada Allah.
Dia bersumpah tak akan keluar dari gua sebelum Allah memaafkannya dan menyampaikan ampunannya itu lewat Rasulullah SAW. Setelah 40 hari, tubuh dan wajah pemuda itu berubah drastis. Selama di dalam gua, dia hanya bertahan hidup dengan makanan yang dia temukan dalam gua.
Ia berdoa: ”Oh tuhannya Nabi Muhammad, Tuhan Nabi Adam dan Hawa jika aku telah engkau ampuni sampaikanlah kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Namun jika kau menolak tobatku ini, bakarlah aku di dunia dan bebaskan aku dari siksa di akhirat. Sungguh saya tidak akan sanggup menerima siksamu di akhirat kelak.”
Bersamaan dengan itu Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemui Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu, dan Allah bertanya: Apakah engkau yang menciptakan makhluk?” tanya Malaikat Jibril.
“Allah yang menciptakan diriku dan semua makhluk” jawab Rasulullah
“Apakah engkau yang memberikan rezeki kepada mereka?” tanya Jibril
“Tidak. Hanya Allah yang mampu memberikan rezeki kepada makhluknya,” jawab Rasulullah
“Apakah engkau yang menerima tobat mereka atau engkau yang menghukum mereka atas dosa-dosa mereka?” tanya malaikat Jibril.
“Maha suci Allah yang maha memberi pengampunan,” jawab Rasulullah
“Wahai Muhammad, Allah berfirman: Maafkanlah hambaku, karena aku telah mengampuninya,” kata malaikat Jibril.
Lalu turunlah ayat:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran [3]: 135)
Selanjutnya, Rasulullah SAW memanggil pemuda tersebut dan memberitahukan bahwa Allah telah mengampuni dosanya dan menerima tobatnya. Tak lama kemudian pemuda ini meninggal dunia.
(mhy)