Ikrar Aqaba: Peristiwa di Musim Haji yang Menegangkan

Rabu, 03 Juni 2020 - 15:47 WIB
loading...
A A A
Tahun berikutnya, yakni tahun 622 M, Mush’ab bin Umair pulang ke Makkah diiringi jemaah haji dari Yathrib terdiri dari tujuhpuluh lima orang, tujuhpuluh tiga pria dan dua wanita.

Mengetahui kedatangan mereka ini, menurut Haekal, terpikir oleh Rasulullah akan mengadakan suatu ikrar lagi, tidak terbatas hanya pada seruan kepada Islam seperti selama ini, yang selama tigabelas tahun ini terus-menerus dilakukannya, dengan lemah-lembut, dengan segala kesabaran menanggung pelbagai macam pengorbanan dan kesakitan - melainkan kini lebih jauh lagi dari itu.

Ikrar itu hendaknya menjadi suatu pakta persekutuan, yang dengan demikian kaum Muslimin dapat mempertahankan diri: pukulan dibalas dengan pukulan, serangan dengan serangan. Rasulullah lalu mengadakan pertemuan rahasia dengan pemimpin-pemimpin mereka.

Ketika waktu yang dijanjikan tiba, di ujung malam sekelompok muslim Yatsrib keluar dari tendanya diam-diam. Berjalan mengendap-endap menuju bukit Aqabah sehingga berkumpul 73 laki-laki dan dua perempuan.

Dengan hati berdebar-debar mereka menunggu kedatangan Rasulullah di malam gelap itu. Tak lama kemudian Rasulullah muncul ditemani pamannya, Abbas bin Abdul Muththalib, pemimpin Bani Hasyim setelah kematian Abu Thalib.



Rasulullah duduk dan orang muslim Yatsrib mengelilinginya. Abbas bin Abdul Muththalib yang pertama membuka kata. ”Hai orang-orang Khazraj, sesungguhnya Muhammad adalah bagian dari kami. Kami telah melindunginya dari kaum kami, dari orang-orang yang pendiriannya seperti saya. Dia berada dalam perlindungan dari kaumnya dan jaminan keamanan di negerinya. Tapi dia lebih suka bergabung dengan kalian dan menyatu dengan kalian.”

”Bila kalian yakin mampu memenuhi apa yang dia serukan kepada kalian dan bisa melindunginya dari orang-orang yang menentangnya, kalian berhak melakukannya dan menanggungnya. Tapi jika kalian menyerahkan kepada musuhnya dan menelantarkannya setelah dia bergabung kepada kalian maka sejak sekarang biarkan dia, karena dia sudah berada dalam perlindungan dan jaminan keamanan dari kaumnya.”

Orang-orang Yatsrib berkata,”Kami telah mendengar apa yang kamu sampaikan. Silakan bicara, ya Rasulullah. Ambillah untuk dirimu dan untuk Tuhanmu apa saja yang engkau sukai.”

Rasulullah diam sejenak. Lalu membaca ayat al-Quran. Setelah itu berpesan agar muslim Yatsrib terus berpegang kepada agama Allah. Sambil menatap tajam satu persatu orang-orang di sekelilingnya, Rasulullah berkata,”Aku membaiat kalian agar kalian melindungiku sebagaimana kalian melindungi anak istri kalian.”

Spontan Barra bin Ma’rur, salah satu tetua orang Yatsrib, mendekati Rasulullah dan langsung memegang tangannya dengan tegas berkata,”Ya. Demi zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, kami pasti melindungimu seperti kami melindungi anak istri kami. Baiatlah kami ya Rasulullah. Demi Allah, kami ahli perang dan ahli senjata. Itu kami wariskan dari satu generasi kepada generasi lainnya.”



Kemudian Abu Al Haitsam bin At Tayyahan langsung menukas. ”Wahai Rasulullah, sebenarnya kami mempunyai hubungan perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan kami akan memutuskannya. Jika kami telah melakukannya kemudian Allah memenangkanmu, apakah engkau akan kembali kepada kaummu dan meninggalkan kami?”

Rasulullah tersenyum lantas berkata meyakinkan, ”Tidak. Darah kalian adalah darahku. Kehormatan kalian adalah kehormatanku. Aku bagian dari kalian dan kalian bagian dari diriku. Aku memerangi siapa saja yang kalian perangi dan berdamai dengan orang-orang yang kalian berdamai dengannya.”

Baiat Kedua
Kemudian Rasulullah meminta orang-orang Yatsrib itu dibagi menjadi dua belas kelompok. Masing-masing dipimpin oleh seorang naqib atau pimpinan. Jumlah orang yang terpilih sebagai naqib adalah sembilan orang dari suku Khazraj dan tiga dari Aus.

Kepada para naqib, Rasulullah berkata,”Kalian bertanggung jawab atas apa saja yang terjadi di atas kaum kalian seperti halnya pertanggungjawaban Hawariyun kepada Isa bin Maryam dan aku bertanggung jawab atas kaumku.”

”Ya,” jawab mereka serempak.

Setelah itu Abbas bin Ubadah bin Nadhlah, salah satu orang Yatsrib, ganti berkata lantang,”Hai orang-orang Khazraj, tahukah kalian untuk apa kalian membaiat orang ini?”

”Ya, kami tahu,” jawab teman-temannya.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1433 seconds (0.1#10.140)