Ikrar Aqaba: Peristiwa di Musim Haji yang Menegangkan
loading...
A
A
A
Rasululullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memutuskan hijrah ke Madinah , bukan ke tempat lain, dimulai dari sini. Yakni, setelah 75 orang Madinah mengikrarkan diri memeluk Islam dan akan saling menjaga. Ikrar mereka itu disebut Baiat Aqaba. Hanya saja, jauh sebelum itu, Madinah sejatinya adalah kota yang memiliki hubungan sejarah dengan leluhur Rasulullah.
Muhammad Husain Haekal dalam “Sejarah Hidup Muhammad” memaparkan apabila musim ziarah ( haji ) tiba, orang-orang dari segenap jazirah Arab datang ke Makkah . Rasululullah menemui kabilah-kabilah itu. Diajaknya mereka memahami kebenaran agama. Beliau memperkenalkan Al-Qur’an . Tidak peduli, apakah kabilah-kabilah tersebut mau menerima ajakannya atau tidak. Di antara mereka bahkan ada yang mengusir secara kasar.
Beberapa orang pandir dari Quraisy juga berusaha menghasut. Semua itu tidak mengubah ketenangan jiwa beliau. Rasulullah yakin sekali akan hari esok. Allah Maha Agung telah mengutusnya demi kebenaran. Sudah tentu Dialah Pembela dan Pendukung kebenaran itu. Tuhan juga Yang telah mewahyukan kepadanya, supaya dalam berdebat hendaknya dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya.
"Sehingga permusuhan antara engkau dengan dia itu sudah seperti persahabatan yang erat sekali. (Qur'an, 41: 34) Dan supaya bicara dengan mereka dengan lemah-lembut, kalau-kalau mereka mau sadar dan merasa gentar. Jadi, tabahkanlah hati menghadapi siksaan mereka. Tuhan bersama mereka yang tabah hati.
Hubungan Dekat
Selang berapa tahun kemudian, tampak tanda permulaan kemenangan datang dari arah Yastrib atau Madinah. Bagi Rasulullah, Madinah mempunyai arti hubungan bukan hubungan dagang, tetapi suatu hubungan yang dekat sekali. Di tempat itu ada sebuah kuburan, dan sebelum wafat, sekali setahun ibunya berziarah ke tempat itu. Sedang famili-familinya, dari pihak Banu Najjar, ialah keluarga kakeknya Abd'l-Muttalib dari pihak ibu. Kuburan itu ialah makam ayahnya, Abdullah bin Abd'l-Muttalib. Ke makam inilah Aminah sebagai isteri yang setia berziarah. ( )
Dulu Abd'l-Muttalib juga sebagai ayah yang kehilangan anak yang sedang muda belia dan tegap, pernah berziarah. Ketika berusia enam tahun, Nabi Muhammad juga pernah ke Yathrib menemani ibunya. Jadi bersama ibunya ia juga ziarah ke makam ayahnya itu. ( )
Kemudian mereka berdua kembali pulang. Aminah jatuh sakit di tengah perjalanan, sampai wafat. Lalu dikuburkan di Abwa' -pertengahan jalan antara Yathrib dengan Makkah.
Jadi tidak heranlah apabila tanda-tanda kemenangan bagi Rasulullah itu dimulai dari jurusan sebuah kota yang mempunyai hubungan sedemikian rupa. Ke arah ini jugalah dulu beliau menghadap, tatkala dalam sembahyang itu al-Masjid'l-Aqsha di Bait'l-Maqdis dijadikan kiblatnya, tempat sesepuhnya Musa dan Isa.
Tidak heran apabila nasib baik itu akan jatuh di Yastrib. Di tempat ini Rasulullah akan beroleh kemenangan, di tempat ini Islam akan beroleh kemenangan, di tempat ini pula Islam akan memperoleh sukses dan berkembang.
Nasib baik telah jatuh di Yathrib, suatu hal yang tidak terjadi pada kota yang lain. Waktu itu dua kabilah Aus dan Khazraj adalah penyembah berhala di Yasrib Mereka saling bertetangga dengan orang-orang Yahudi. Sering pula timbul kebencian antara mereka itu dan dari kebencian ini sampai timbul pula peperangan.
Sejarah memperlihatkan bahwa orang-orang Masehi di Syam, yang berada di bawah pengaruh Romawi Timur (Bizantium) sangat membenci orang-orang Yahudi, sebab mereka percaya bahwa mereka inilah yang telah menyiksa dan menyalib Isa al-Masih. Mereka menyerbu Yathrib guna memerangi orang-orang Yahudi.
Akan tetapi karena tidak berhasil mereka lalu membujuk dan meminta bantuan Aus dan Khazraj. Tidak sedikit jumlah orang-orang Yahudi itu kemudian yang mereka bunuh. Dengan demikian kedudukan orang-orang Yahudi sebagai yang dipertuan dijatuhkan, dan orang-orang Arab kabilah Aus dan Khazraj yang tadinya terbatas hanya sebagai kuli telah dinaikkan. Sesudah itu orang-orang Arab itu berusaha lagi akan menghantam orang-orang Yahudi supaya kekuasaan mereka atas kota yang makmur dan subur dengan pertanian dan air itu lebih besar lagi. Siasat mereka ini berhasil baik sekali.
Tetapi pihak Yahudi sendiri kemudian menyadari akan bencana yang menimpa diri mereka itu. Permusuhan dan kebencian pihak Yahudi Yathrib terhadap Aus dan Khazraj makin mendalam, Aus dan Khazraj pun demikian juga terhadap Yahudi.
Sekarang pengikut-pengikut Musa ini melihat, bahwa pertempuran yang dilawan dengan pertempuran berarti akan menghabiskan mereka sama sekali, apalagi kalau Aus dan Khazraj sampai bersahabat baik dengan orang-orang Arab, yang seagama dengan Ahli Kitab. Maka dalam siasat mereka, mereka menempuh suatu cara bukan mencari kemenangan dalam pertempuran, melainkan dengan menggunakan siasat memecah-belah. Mereka melakukan intrik di kalangan Aus dengan Khazraj, menyebarkan provokasi permusuhan dan kebencian di kalangan mereka, supaya masing-masing pihak selalu bersiap-siap akan saling bertempur.
Dengan demikian selamatlah propaganda mereka itu. Mereka sekarang dapat memperbesar perdagangan dan kekayaan mereka. Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali, termasuk rumah-rumah dan harta tidak bergerak lainnya.
Muhammad Husain Haekal dalam “Sejarah Hidup Muhammad” memaparkan apabila musim ziarah ( haji ) tiba, orang-orang dari segenap jazirah Arab datang ke Makkah . Rasululullah menemui kabilah-kabilah itu. Diajaknya mereka memahami kebenaran agama. Beliau memperkenalkan Al-Qur’an . Tidak peduli, apakah kabilah-kabilah tersebut mau menerima ajakannya atau tidak. Di antara mereka bahkan ada yang mengusir secara kasar.
Beberapa orang pandir dari Quraisy juga berusaha menghasut. Semua itu tidak mengubah ketenangan jiwa beliau. Rasulullah yakin sekali akan hari esok. Allah Maha Agung telah mengutusnya demi kebenaran. Sudah tentu Dialah Pembela dan Pendukung kebenaran itu. Tuhan juga Yang telah mewahyukan kepadanya, supaya dalam berdebat hendaknya dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya.
"Sehingga permusuhan antara engkau dengan dia itu sudah seperti persahabatan yang erat sekali. (Qur'an, 41: 34) Dan supaya bicara dengan mereka dengan lemah-lembut, kalau-kalau mereka mau sadar dan merasa gentar. Jadi, tabahkanlah hati menghadapi siksaan mereka. Tuhan bersama mereka yang tabah hati.
Hubungan Dekat
Selang berapa tahun kemudian, tampak tanda permulaan kemenangan datang dari arah Yastrib atau Madinah. Bagi Rasulullah, Madinah mempunyai arti hubungan bukan hubungan dagang, tetapi suatu hubungan yang dekat sekali. Di tempat itu ada sebuah kuburan, dan sebelum wafat, sekali setahun ibunya berziarah ke tempat itu. Sedang famili-familinya, dari pihak Banu Najjar, ialah keluarga kakeknya Abd'l-Muttalib dari pihak ibu. Kuburan itu ialah makam ayahnya, Abdullah bin Abd'l-Muttalib. Ke makam inilah Aminah sebagai isteri yang setia berziarah. ( )
Dulu Abd'l-Muttalib juga sebagai ayah yang kehilangan anak yang sedang muda belia dan tegap, pernah berziarah. Ketika berusia enam tahun, Nabi Muhammad juga pernah ke Yathrib menemani ibunya. Jadi bersama ibunya ia juga ziarah ke makam ayahnya itu. ( )
Kemudian mereka berdua kembali pulang. Aminah jatuh sakit di tengah perjalanan, sampai wafat. Lalu dikuburkan di Abwa' -pertengahan jalan antara Yathrib dengan Makkah.
Jadi tidak heranlah apabila tanda-tanda kemenangan bagi Rasulullah itu dimulai dari jurusan sebuah kota yang mempunyai hubungan sedemikian rupa. Ke arah ini jugalah dulu beliau menghadap, tatkala dalam sembahyang itu al-Masjid'l-Aqsha di Bait'l-Maqdis dijadikan kiblatnya, tempat sesepuhnya Musa dan Isa.
Tidak heran apabila nasib baik itu akan jatuh di Yastrib. Di tempat ini Rasulullah akan beroleh kemenangan, di tempat ini Islam akan beroleh kemenangan, di tempat ini pula Islam akan memperoleh sukses dan berkembang.
Baca Juga
Nasib baik telah jatuh di Yathrib, suatu hal yang tidak terjadi pada kota yang lain. Waktu itu dua kabilah Aus dan Khazraj adalah penyembah berhala di Yasrib Mereka saling bertetangga dengan orang-orang Yahudi. Sering pula timbul kebencian antara mereka itu dan dari kebencian ini sampai timbul pula peperangan.
Sejarah memperlihatkan bahwa orang-orang Masehi di Syam, yang berada di bawah pengaruh Romawi Timur (Bizantium) sangat membenci orang-orang Yahudi, sebab mereka percaya bahwa mereka inilah yang telah menyiksa dan menyalib Isa al-Masih. Mereka menyerbu Yathrib guna memerangi orang-orang Yahudi.
Akan tetapi karena tidak berhasil mereka lalu membujuk dan meminta bantuan Aus dan Khazraj. Tidak sedikit jumlah orang-orang Yahudi itu kemudian yang mereka bunuh. Dengan demikian kedudukan orang-orang Yahudi sebagai yang dipertuan dijatuhkan, dan orang-orang Arab kabilah Aus dan Khazraj yang tadinya terbatas hanya sebagai kuli telah dinaikkan. Sesudah itu orang-orang Arab itu berusaha lagi akan menghantam orang-orang Yahudi supaya kekuasaan mereka atas kota yang makmur dan subur dengan pertanian dan air itu lebih besar lagi. Siasat mereka ini berhasil baik sekali.
Tetapi pihak Yahudi sendiri kemudian menyadari akan bencana yang menimpa diri mereka itu. Permusuhan dan kebencian pihak Yahudi Yathrib terhadap Aus dan Khazraj makin mendalam, Aus dan Khazraj pun demikian juga terhadap Yahudi.
Sekarang pengikut-pengikut Musa ini melihat, bahwa pertempuran yang dilawan dengan pertempuran berarti akan menghabiskan mereka sama sekali, apalagi kalau Aus dan Khazraj sampai bersahabat baik dengan orang-orang Arab, yang seagama dengan Ahli Kitab. Maka dalam siasat mereka, mereka menempuh suatu cara bukan mencari kemenangan dalam pertempuran, melainkan dengan menggunakan siasat memecah-belah. Mereka melakukan intrik di kalangan Aus dengan Khazraj, menyebarkan provokasi permusuhan dan kebencian di kalangan mereka, supaya masing-masing pihak selalu bersiap-siap akan saling bertempur.
Dengan demikian selamatlah propaganda mereka itu. Mereka sekarang dapat memperbesar perdagangan dan kekayaan mereka. Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali, termasuk rumah-rumah dan harta tidak bergerak lainnya.