Abu Dzar al-Ghifari (4): Ketika Suriah Berubah Jadi Sel-Sel Lebah yang Temukan Ratunya

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 15:07 WIB
loading...
A A A
Abu Dzar kembali bertanya, tidakkah tuan-tuan jumpai dalam Al-Quran ayat ini?:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (Q.S at-Taubah ayat 34-35)

Muawiyah kemudian memotong jalannya pembicaraan, “ayat ini diturunkan kepada Ahlul Kitab!”

“Tidak!” seru Abu Dzar. “Bahkan dia diturunkan kepada kita dan kepada mereka!”

Abu Dzar melanjutkan kata-katanya, dia menasihati Muawiyah dan para pengikutnya agar segera melepaskan bangunan-bangunan mewah, tanah, serta harta kekayaan mereka; dan tidak menyimpan untuk diri sendiri kecuali untuk sekadar keperluan sesehari.



Setrika Api Neraka
Berita mengenai tanya jawab Abu Dzar dengan Muawiyah ini segera tersebar dari mulut ke mulut, dan menyebar luas ke masyarakat banyak. Semboyannya semakin nyaring terdengar di rumah-rumah dan di jalan-jalan, “sampaikanlah kepada para penumpuk harta akan setrika-setrika api neraka!” Revolusi seolah terasa semakin dekat.

Muawiyah sadar akan adanya bahaya ini, dia cemas akan akibat ucapan dari tokoh ulung ini. Tetapi dia pun paham akan pengaruh dan kedudukan yang dimiliki Abu Dzar, sehingga itu mencegahnya untuk berbuat sesuatu yang dapat menyakiti Abu Dzar. Dengan segera dia menulis surat kepada Khalifah Ustman bin Affan , dalam suratnya dia berkata, “Abu Dzar telah merusak orang-orang di Suriah!”

Sebagai respons terhadap surat pengaduan tersebut, Ustman mengirim surat meminta Abu Dzar agar menghadapnya di Madinah. Abu Dzar menurut, dia berkemas dan menyingsingkan kaki celananya dan berangkat ke Madinah.

Pada hari keberangkatannya dia diantar oleh khalayak ramai yang mengucapkan selamat jalan. Ini merupakan suatu peristiwa yang belum pernah disaksikan sebelumnya.



Keputusan Khalifah Utsman
Tibalah Abu Dzar di Madinah atas panggilan Utsman bin Affan. Sebelumnya Utsman telah mendapatkan informasi bahwa Abu Dzar mendapat dukungan dari masyarakat banyak. Utsman berpendapat bahwa apa yang dilakukan Abu Dzar berbahaya dan dapat menimbulkan gejolak politik yang tidak menentu. Terhadap hal tersebut, Utsman memiliki caranya sendiri untuk menyelesaikannya.

Di depan sahabat-sahabatnya Utsman berkata kepada Abu Dzar, “tinggallah di sini di sampingku, disediakan bagimu unta yang gemuk, yang akan mengantarkan susu pagi dan sore.”

“Aku tak perlu akan dunia tuan-tuan!” jawab Abu Dzar.

Selanjutnya Abu Dzar bertanya kepada Ustman: “Katakan kepadaku ke mana aku harus pergi. Apakah aku harus pergi ke hutan?”

“Tidak,” jawab Utsman. “Baiklah, aku memberimu perintah untuk pergi ke Rabzah.”

“Allah Maha Besar! Nabi suci telah mengatakan dengan benar bahwa semua ini akan terjadi,” jawab Abu Dzar.

“Apa yang Nabi katakan?” tanya Utsman.

“Beliau mengatakan bahwa aku akan disuruh pergi dari Madinah….Tinggal di tempat sunyi di Rabzah, di mana aku akan mati dan akan dikubur oleh sekelompok orang Irak yang menuju Hijaz.”

Setelah percakapan tersebut, sebagaimana dikisahkan oleh A’tham Kufi, Utsman berkata, “bangkit dan pergilah ke Rabzah. Tinggallah di sana dan jangan pergi ke mana pun.”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2102 seconds (0.1#10.140)