6 Terapi Penyakit Cinta Menurut Ibnu Qayyim

Rabu, 20 Oktober 2021 - 16:30 WIB
loading...
A A A
Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya. orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.

Keempat, jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berpikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemaslahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab, mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.

Kelima, jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya, dan hal-hal yang membuatnya dampat menjauh darinya. Jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya. Hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya.

Sebab, sebagaimana kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya.

Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelekan sikap dan perilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.

Keenam, jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya di hadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri.

Jika dia dapat melaksanakan terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah).

Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya. Jangan sampai dia menjelek-jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya di hadapan manusia, ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2634 seconds (0.1#10.140)