Hudzaifah bin al-Yaman (3): Ketika Sang Ayah Syahid oleh Pedang Pasukan Muslim

Selasa, 26 Oktober 2021 - 16:14 WIB
loading...
Hudzaifah bin al-Yaman (3): Ketika Sang Ayah Syahid oleh Pedang Pasukan Muslim
Hudzaifah bin al-Yaman ra menjadi mata-mata dalam perang Khandaq (Ilustrasi: Ist)
A A A
Sejarah mendokumentasikan bahwa Hudzaifah bin al-Yaman ikut andil dalam perang Uhud , dan dalam perang inilah ayah beliau, al-Yaman bin Jabir mati syahid secara tidak sengaja oleh pasukan Muslim. Hal ini karena al-Yaman dalam peperangan ini memakai penutup kepala, sehingga para sahabat mengira ia adalah kelompok musyrikin.



Peristiwa syahidnya ayah beliau ini disaksikan sendiri oleh Hudzaifah bin Al-Yaman dari kejauhan, beliau melihat pedang sedang terhujam kepada ayahnya, dan beliau berteriak, “Ayahku…! Ayahku…! Jangan, dia ayahku.!”

Namun, ketetapan Allah telah terjadi. Tatkala para pelaku, mengetahui bahwa mereka telah membunuh al-Yaman bin Jabir, yang juga seorang Muslim, dengan sungguh-sungguh berkata kepada Hudzaifah, “Kami bersumpah demi Allah bahwa kami tidak mengenalnya!”

Dengan sikap kasih sayang dan pemaafan, Hudzaifah memandangi para sahabat, karena ia tahu bahwa kejadian itu merupakan kekhilafan. Hudzaifah kemudian berucap, “Semoga Allah mengampuni kalian, sungguh ayahku ini adalah sebaik-baik penyayang.”

Kemudian, dengan pedang terhunus, Hudzaifah bin Al-Yaman maju menuju medan perang yang sedang berkecamuk untuk menumpas kaum musyrikin. Berita ketabahan dan keheroikan Hudzaifah ini akhirnya sampai ke telinga Rasulullah SAW .

Pada saat itu Rasul memerintahkan para sahabat yang tanpa sengaja membunuh ayah Hudzaifah untuk membayar diyat atas kekhilafan mereka. Namun Hudzaifah menolak untuk menerima diyat tersebut, dan beliau justru meminta diyat tersebut untuk dibagikan kepada kaum muslimin.

Setelah peristiwa itu, Rasulullah SAW semakin kagum dan sayang kepada Hudzaifah bin Al-Yaman. Sebelum perang Uhud terjadi, Hudzaifah bersama ayahnya juga hendak bergabung dengan barisan kaum muslimin dalam perang Badar, namun dalam perjalanan mereka ditahan oleh musuh dan tidak bisa ikut perang.

Imam Adz Dzahabi menyebut Hudzaifah bin Al-Yaman dalam kitabnya Siyar A’lam An Nubala dengan sebutan “Shahibus Sirri” (pemilik rahasia).

Sebutan ini tidaklah berlebihan, karena Hudzaifah adalah salah satu sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah SAW untuk menyimpan beberapa informasi penting dan rahasia, dan para sahabat pun mengakui akan hal ini.



Adz Dzahabi menulis, bahwa Rasulullah SAW memberikan informasi rahasia kepada Hudzaifah tentang data orang-orang munafik di sekitar Rasul, juga beberapa konspirasi yang mereka rencanakan atas kaum muslimin.

Mengenai kelebihan yang dimiliki oleh Hudzaifah ini, beberapa sahabat senior pun memberikan pengakuan dan apresiasi. Sahabat Ali bin Abu Thalib pernah ditanya mengenai Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau menjawab, “Ia mengetahui data tentang orang-orang munafik di sekitar Rasul, dan andai kalian bertanya tentang konspirasi-konspirasi yang mereka rencanakan, niscaya ia (juga) mengetahuinya.”

Menjadi Mata-mata
Hudzaifah bin Al-Yaman pernah diutus oleh Rasulullah SAW untuk menjadi mata-mata guna mencari informasi dari musuh pada saat terjadi perang Khandaq yang juga dikenal sebagai Pertempuran Al-Ahzab. Perang ini terjadi pada bulan Sya’ban (ada yang berpendapat bulan Syawal) tahun 5 H atau pada tahun 627 M.

Penunjukan Hudzaifah untuk menjadi mata-mata bukan keputusan yang tiba-tiba dan langsung atau spontan, karena sebelum menunjuk Hudzaifah, Rasulullah menawarkan kepada para sahabat, siapa yang bersedia menyusup ke wilayah musuh dalam rangka memastikan apakah pasukan Ahzab masih melakukan pengepungan atau sudah mundur.

Setelah menawarkan tiga kali namun tidak ada sahabat yang menjawab, akhirnya Rasulullah SAW menunjuk Hudzaifah untuk menjadi mata-mata. Kepadanya Rasulullah SAW berpesan agar jangan sampai membuat kegaduhan.

Hudzaifah menceritakan ketika tiba di area pasukan musuh, “Aku melihat Abu Sufyan menghangatkan dirinya dekat api. Kuambil panahku dan hendak aku bidikkan, tetapi aku teringat pesan Rasul SAW, maka aku membatalkan niatku.

Lalu aku kembali dan melaporkan kepada Rasul bahwa pasukan musuh sudah kembali ke Makkah. Saat itu aku dalam kondisi kedinginan, lalu Rasul memberiku sehelai kain penghangat yang biasa beliau gunakan dalam sholat. Aku pun tertidur hingga pagi. Ketika itu, Rasul menyapaku: “qum ya nauman” (bangunlah wahai yang banyak tidur).



Gubernur Nahawand
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab , Hudzaifah bin Al-Yaman ditugaskan untuk menjadi Gubernur di Nahawand, dan beliau menetap di sana sampai wafatnya. Tatkala beliau sakit keras yang menyebabkan wafatnya, beberapa sahabat datang mengunjunginya tengah malam. Hudzaifah bertanya, “Jam berapa sekarang?”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5806 seconds (0.1#10.140)