Menjawab Potensi Konflik dengan Pendidikan Berbasis Hati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa waktu belakangan ini, kehidupan di lintas kawasan regional, nasional, bahkan internasional seringkali dipenuhi berbagai kabar bertema konflik antarmanusia. Mulai dari peperangan, kekerasan, intoleransi, sampai diskriminasi pendapat turut mewarnai perjalanan sejarah global sampai saat ini. Terlebih, akar dari peristiwa-peristiwa konflik tersebut banyak tumbuh dari persoalan keyakinan atau agama.
Perbedaan penafsiran nilai-nilai yang dimuat dalam keyakinan beragama seringkali tumbuh menjadi pendangan yang saling bergesekan, dan bahkan terus berkembang menjadi pemicu fitnah dan konflik berkepanjangan. Seperti di Timur Tengah dan marak tumbuhnya potensi serupa di kawasan-kawasan lainnya.
Menanggapi problematika serius di era penuh konflik tersebut, salah satu tokoh sentral, ulama besar umat Islam saat ini, Habib Umar bin Hafidz Yaman menghimpun ceramah-ceramah dan pandangan keilmuannya dalam sebuah buku yang terkini menjadi salah satu best-seller internasional.
Baca juga: Iran: Senjata Nuklir Israel Adalah Ancaman Nyata di Timur Tengah!
Buku tersebut mulai beredar dan ramai diminati oleh banyak kalangan di Indonesia. Berjudul "Petunjuk Nabawi Menghadapi Fitnah dan Mengatasi Konflik", buku tersebut merupakan hasil kolaboratif ARLIC Indonesia dan Nurani Publishing dalam menghimpun khazanah keilmuan dari Habib Umar bin Hafidz yang bersumber langsung secara komperhensif kepada teks-teks pokok dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Melalui buku ini, pembaca disajikan berbagai uraian dengan sumber-sumber yang membawa kontruksi pandangan agama Islam yang inklusif dan kontekstual. Terutama menekankan dalam bidang pendidikan berbasis hati, buku ini merupakan salah satu referensi yang strategis untuk menjawab problematika kehidupan di zaman yang dipenuhi konflik.
"Pendidikan itu bukan hanya membentuk orang menjadi alim, tapi juga membentuk orang menjadi arif. Karena banyak masalah yang lahir jika ilmu tidak dibarengi dengan kearifan, diakibatkan arogansi keilmuan. Oleh karenanya, pendidikan itu harusnya pendidik yang melembutkan hati," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti ketika bedah buku di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (27/10/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Mu'ti juga menekankan pentingnya umat Islam Indonesia memiliki dan membaca buku yang baru saja diluncurkan ini. Menurutnya, buku ini merupakan referensi yang cocok dan mudah dipahami untuk menciptakan pandangan dan lingkungan beragama yang jauh dari potensi saling memfitnah dan melahirkan konflik antarsesama.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Perlu Pendekatan Kultur dan Diplomasi Terkait Konflik Papua
"Buku ini mengajarkan kita menjadi lebih baik tanpa merasa paling baik. Serta berada di jalan yang benar, fii dinil haq, tanpa merasa paling benar," katanya.
Buku ini juga mendapatkan banyak respons positif. Terutama karena pengaruh Habib Umar bin Hafidz yang sangat besar di Indonesia, baik secara keilmuan maupun komunitas jama'ah, buku ini menjadi sangat penting sebagai medium untuk terus merawat ajaran-ajaran yang dikembangkan Habib Umar bin Hafidz yang terkenal mengedepankan perdamaian dan sesuai dengan konteks keberagaman di Indonesia.
"Buku ini berisi pesan-pesan perdamaian ajaran beliau (Habib Umar bin Hafidz). Baca dengan utuh, supaya kita memahami Manhaj (metode) keilmuan beliau, agar mampu mengontekstualisasikan keilmuan sesuai dengan kebutuhan," kata TGB Muhammad Zainul Majdi, ulama asal NTB yang hadir di kesempatan yang sama.
Selain Abdul Mu'ti dan TGB Muhammad Zainul Majdi, bedah buku internasional ini juga menghadirkan Al-Habib Jindan bin Nauval bin Salim bin Ahmad bin Jindan dan Prof KH Nasaruddin Umar.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
Perbedaan penafsiran nilai-nilai yang dimuat dalam keyakinan beragama seringkali tumbuh menjadi pendangan yang saling bergesekan, dan bahkan terus berkembang menjadi pemicu fitnah dan konflik berkepanjangan. Seperti di Timur Tengah dan marak tumbuhnya potensi serupa di kawasan-kawasan lainnya.
Menanggapi problematika serius di era penuh konflik tersebut, salah satu tokoh sentral, ulama besar umat Islam saat ini, Habib Umar bin Hafidz Yaman menghimpun ceramah-ceramah dan pandangan keilmuannya dalam sebuah buku yang terkini menjadi salah satu best-seller internasional.
Baca juga: Iran: Senjata Nuklir Israel Adalah Ancaman Nyata di Timur Tengah!
Buku tersebut mulai beredar dan ramai diminati oleh banyak kalangan di Indonesia. Berjudul "Petunjuk Nabawi Menghadapi Fitnah dan Mengatasi Konflik", buku tersebut merupakan hasil kolaboratif ARLIC Indonesia dan Nurani Publishing dalam menghimpun khazanah keilmuan dari Habib Umar bin Hafidz yang bersumber langsung secara komperhensif kepada teks-teks pokok dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Melalui buku ini, pembaca disajikan berbagai uraian dengan sumber-sumber yang membawa kontruksi pandangan agama Islam yang inklusif dan kontekstual. Terutama menekankan dalam bidang pendidikan berbasis hati, buku ini merupakan salah satu referensi yang strategis untuk menjawab problematika kehidupan di zaman yang dipenuhi konflik.
"Pendidikan itu bukan hanya membentuk orang menjadi alim, tapi juga membentuk orang menjadi arif. Karena banyak masalah yang lahir jika ilmu tidak dibarengi dengan kearifan, diakibatkan arogansi keilmuan. Oleh karenanya, pendidikan itu harusnya pendidik yang melembutkan hati," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti ketika bedah buku di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (27/10/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Mu'ti juga menekankan pentingnya umat Islam Indonesia memiliki dan membaca buku yang baru saja diluncurkan ini. Menurutnya, buku ini merupakan referensi yang cocok dan mudah dipahami untuk menciptakan pandangan dan lingkungan beragama yang jauh dari potensi saling memfitnah dan melahirkan konflik antarsesama.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Perlu Pendekatan Kultur dan Diplomasi Terkait Konflik Papua
"Buku ini mengajarkan kita menjadi lebih baik tanpa merasa paling baik. Serta berada di jalan yang benar, fii dinil haq, tanpa merasa paling benar," katanya.
Buku ini juga mendapatkan banyak respons positif. Terutama karena pengaruh Habib Umar bin Hafidz yang sangat besar di Indonesia, baik secara keilmuan maupun komunitas jama'ah, buku ini menjadi sangat penting sebagai medium untuk terus merawat ajaran-ajaran yang dikembangkan Habib Umar bin Hafidz yang terkenal mengedepankan perdamaian dan sesuai dengan konteks keberagaman di Indonesia.
"Buku ini berisi pesan-pesan perdamaian ajaran beliau (Habib Umar bin Hafidz). Baca dengan utuh, supaya kita memahami Manhaj (metode) keilmuan beliau, agar mampu mengontekstualisasikan keilmuan sesuai dengan kebutuhan," kata TGB Muhammad Zainul Majdi, ulama asal NTB yang hadir di kesempatan yang sama.
Selain Abdul Mu'ti dan TGB Muhammad Zainul Majdi, bedah buku internasional ini juga menghadirkan Al-Habib Jindan bin Nauval bin Salim bin Ahmad bin Jindan dan Prof KH Nasaruddin Umar.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
(abd)