Al-Qur'an Menjawab Para Pengingkar Hari Kiamat
loading...
A
A
A
Quraish Shihab dalam Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat menyebut ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam ayat-ayat Al-Quran . Pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah Swt .; dan kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir .
Al-Quran dan hadis Nabi saw tidak jarang menyebut kedua hal itu saja untuk "mewakili" rukun-rukun iman lainnya. Perhatikan misalnya:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Dan ada orang-orang yang berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal (sebenarnya) mereka bukan orang-orang mukmin (QS Al-Baqarah [2]: 8).
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS Al-Tawbah [9]: 18).
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلصَّٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al-Ma'idah [5]: 69).
Perhatikan juga sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah yang menyatakan: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah dia berkata benar atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menghormati tamunya".
Quraish Shihab menjelaskan bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari kemudian. Memang keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir.
"Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan , sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan keyakinan tentang adanya hari kemudian. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di hari kemudian nanti," tuturnya.
Menurut Quraish, banyak redaksi yang digunakan Al-Quran untuk menguraikan hari akhir, misalnya yaum Al-Ba'ts (hari kebangkitan) yaum Al-Qiyamah (hari kiamat),' yaum Al-Fashl (hari pemisah antara pelaku kebaikan dan kejahatan), dan masih banyak lainnya.
Al-Quran Al-Karim menguraikan masalah kebangkitan secara panjang lebar dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Kata "Al-Yaum Al-Akhir" saja terulang sebanyak 24 kali, di samping kata "akhirat" yang terulang sebanyak 115 kali. Belum lagi kata-kata padanannya. "Ini menunjukkan betapa besar perhatian Al-Quran dan betapa penting permasalahan ini," jelas Quraish.
Banyak juga sisi dari "hari" tersebut yang diuraikan Al-Quran, dan uraian itu -yang tidak jarang berbeda informasinya; bahkan berlawanan- diletakkan dalam berbagai surat. Seakan-akan Al-Quran bermaksud untuk memantapkan keyakinan tersebut-bagian demi bagian serta fasal demi fasal- dalam jiwa pemeluknya. Di sisi lain, banyak pula cara yang ditempuh Al-Quran ketika menguraikan masalah tersebut serta banyak pula pembuktiannya.
Penafsir besar Al-Biqa'i (809-885 H) mengamati bahwa "kebiasaan Allah Swt adalah bahwa Dia tidak menyebut keadaan hari kebangkitan, kecuali Dia menetapkan dua dasar pokok, yaitu qudrat (kemampuan) terhadap segala yang sifatnya mungkin dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat diketahui baik yang bersifat kulli (umum) maupun juz'i (rinci). Karena, siapa pun tidak dapat melakukan kebangkitan kecuali yang menghimpun kedua sifat tersebut." Untuk membuktikan hipotesisnya, Al-Biqa'i mengutip surat Al-An'am (6): 72-73.
Al-Quran dan hadis Nabi saw tidak jarang menyebut kedua hal itu saja untuk "mewakili" rukun-rukun iman lainnya. Perhatikan misalnya:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Dan ada orang-orang yang berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal (sebenarnya) mereka bukan orang-orang mukmin (QS Al-Baqarah [2]: 8).
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS Al-Tawbah [9]: 18).
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلصَّٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al-Ma'idah [5]: 69).
Perhatikan juga sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah yang menyatakan: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah dia berkata benar atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menghormati tamunya".
Quraish Shihab menjelaskan bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari kemudian. Memang keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir.
"Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan , sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan keyakinan tentang adanya hari kemudian. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di hari kemudian nanti," tuturnya.
Menurut Quraish, banyak redaksi yang digunakan Al-Quran untuk menguraikan hari akhir, misalnya yaum Al-Ba'ts (hari kebangkitan) yaum Al-Qiyamah (hari kiamat),' yaum Al-Fashl (hari pemisah antara pelaku kebaikan dan kejahatan), dan masih banyak lainnya.
Al-Quran Al-Karim menguraikan masalah kebangkitan secara panjang lebar dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Kata "Al-Yaum Al-Akhir" saja terulang sebanyak 24 kali, di samping kata "akhirat" yang terulang sebanyak 115 kali. Belum lagi kata-kata padanannya. "Ini menunjukkan betapa besar perhatian Al-Quran dan betapa penting permasalahan ini," jelas Quraish.
Banyak juga sisi dari "hari" tersebut yang diuraikan Al-Quran, dan uraian itu -yang tidak jarang berbeda informasinya; bahkan berlawanan- diletakkan dalam berbagai surat. Seakan-akan Al-Quran bermaksud untuk memantapkan keyakinan tersebut-bagian demi bagian serta fasal demi fasal- dalam jiwa pemeluknya. Di sisi lain, banyak pula cara yang ditempuh Al-Quran ketika menguraikan masalah tersebut serta banyak pula pembuktiannya.
Penafsir besar Al-Biqa'i (809-885 H) mengamati bahwa "kebiasaan Allah Swt adalah bahwa Dia tidak menyebut keadaan hari kebangkitan, kecuali Dia menetapkan dua dasar pokok, yaitu qudrat (kemampuan) terhadap segala yang sifatnya mungkin dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat diketahui baik yang bersifat kulli (umum) maupun juz'i (rinci). Karena, siapa pun tidak dapat melakukan kebangkitan kecuali yang menghimpun kedua sifat tersebut." Untuk membuktikan hipotesisnya, Al-Biqa'i mengutip surat Al-An'am (6): 72-73.