Kisah Umar Bin Al-Khattab Menyelidiki Gubernurnya yang Tak Pernah Setor Pajak

Senin, 13 Desember 2021 - 13:09 WIB
loading...
Kisah Umar Bin Al-Khattab Menyelidiki Gubernurnya yang Tak Pernah Setor Pajak
Umair bin Saad mendatangi Khalifah Umar dari Homs ke Madinah. (Foto/Ilustrasi : Pinterest)
A A A
Khalifah Umar bin Khattab terkenal tegas dalam menindak pejabat yang korup. Tak sedikit sahabat Nabi Muhammad SAW , yang diangkat menjadi gubernur di era Umar, karena diduga korupsi dipecat dan hartanya disita negara. Suatu kali, Umar membidik Umair bin Saad Al-Anshari yang dianggap menyalahi aturan.



Dalam buku "Uyun Al-Hikayat Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawodir Az-Zahidin" karya Imam Ibnul Jauzi dikisahkan kala itu, Umair bin Saad Al-Anshari diutus Khalifah Umar bin Khattab menjadi gubernur Homs. Sudah setahun ia menjabat namun tak mengirim berita kepadanya.

“Kirimlah surat kepada Umair, karena demi Allah, saya lihat dia sudah menyalahi aturan. Isinya: Jika surat ini sampai kepadamu, maka datanglah kemari. Sambil engkau bawa harta hasil pengumpulan fai' dari kaum muslimin," perintah Khalifah Umar kepada sekretarisnya.

Usai membaca surat itu, Umair bergegas mengambil tasnya, kemudian di dalamnya dia masukkan bekalnya, dan piringnya, dan menggantungkan perlengkapan pribadinya. Kemudian dia mengambil tongkatnya. Setelah itu, dia segera berangkat berjalan kaki dari Homs ke Madinah.

Begitu sampai Madinah, kondisi warna tubuhnya sudah pucat, dan wajahnya kusut penuh debu, sedangkan bulu-bulu di wajahnya sudah memanjang. Kemudian dia masuk menemui Khalifah Umar, dan memberi salam, “Assalamualaikum, wahai Amirul Mukminin, warahmatullahi wabarakatuh.”

Umar bertanya, “Bagaimana kabarmu?”

Umair menjawab, “Bagaimana menurutmu kondisiku? Bukankah engkau lihat diriku berbadan sehat!? Dan saya membawa dunia yang saya tarik tali-tali kekangnya?"

“Apa yang engkau bawa?” tanya Umar yang menyangka dia membawa banyak harta.

“Saya membawa tasku, yang di dalamnya saya letakkan bekalku, dan piringku untuk makan, dan saya jadikan tempat air untuk mencuci kepala dan bajuku, juga tempat airku untuk wudhu dan minum, dan tongkat yang saya gunakan menopang tubuh, serta menjadi senjataku jika ada orang jahat yang menyerangku. Demi Allah, dunia hanyalah seperti itu.”

“Engkau datang ke sini berjalan kaki?”

“Iya.”

“Tidak adakah seorang muslim yang memberikan seekor kuda yang bisa engkau naiki ke sini?”

“Mereka tidak memberikannya, dan saya pun tidak memintanya kepada mereka."

“Sangat buruk sekali sikap orang-orang muslim di tempat tugasmu itu.”

“Bertakwalah kepada Allah, hai Umar. Allah telah melarang kita berbuat ghibah. Sementara saya melihat mereka menunaikan sholat subuh.”

“Apa yang membuatmu tidak mengirim kabar sejak lama? Dan apa yang telah engkau lakukan?”

“Mengapa engkau tanyakan itu, wahai Amirul Mukminin?” ujar Umair balik bertanya. “Subhanallah!”



Umair berkata, “Seandainya saya tidak khawatir akan membuatmu sedih, niscaya saya tidak ingin memberitahukan tentang mengapa saya tidak mengirim berita selama setahun. Yang telah saya lakukan saat saya datang ke Homs adalah saya mengumpulkan orang-orang yang terpercaya di sana. Kemudian saya tugaskan mereka untuk mengumpulkan harta fai' mereka. Dan setelah harta itu terkumpul, saya salurkan kepada orang-orang yang berhak. Seandainya dalam harta tersebut ada hakmu, niscaya saya bawa hakmu itu ke sini.”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1697 seconds (0.1#10.140)