Peranan Islam Memerangi Rasisme
loading...
A
A
A
Dalam Surah An-Nahl ayat 93 misalnya Allah berfirman: "Dan kalau Allah menghendaki niscaya Dia menjadikanmu dalam satu Umat saja. Tapi Allah membiarkan sesat siapa yang dikehendakiNya, dan ditunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya apa Yang pernah kamu kerjakan".
Pada Surah Ar-Rum ditegaskan: "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan lisan (bahasa) dan warna kulit adalah tanda-tanda bagi orang yang berilmu".
Maka rasisme itu adalah kebodohan, kekufuran nyata, sekaligus keangkuhan manusia karena mengingkari kebesaran Allah dalam keragaman ciptaanNya.
Perubahan Revolusioner Rasulullah SAW
Semua alasan yang disebutkan di atas, dan banyak lagi yang lain, menyimpulkan bahwa ajaran Islam telah hadir untuk membangun kesetaraan manusia yang hakiki (genuine equality). Dan itu pulalah yang disampaikan dan diimplementasikan oleh baginda Rasulullah SAW di masyarakat yang dipimpinnya.
Bermula dari firman Allah yang tegas: "Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa" (Al-Hujurat:13). Rasulullah dengan tegas mengajarkan ini kepada umatnya.
Maka sejak awal perjalanan sejarahnya, umat ini telah ditakdirkan sangat ragam. Ragam ras, warna kulit, maupun latar belakang suku dan budaya. Bilal dari kalangan Afro, Salman dari kalangan Persia, Suhaeb dari kalangan warga kulit putih, dan seterusnya. Mereka semua hadir sejajar dengan sahabat lainnya dari kalangan Arab ketika itu.
Realita inilah yang kemudian dideklarasikan dalam pertemuan global manusia, di saat beliau menunaikan ibadah haji di Padang Arafah. Beliau menyampaikan dalam Khutbah beliau yang dikenal dengan khutbatul wada' sebagai berikut:
"Sesungguhnya ayahmu satu. Semua kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Tiada kelebihan orang Arab di atas non Arab, dan tiada kelebihan non Arab di atas orang Arab kecuali karena ketakwaan. Tiada pula kelebihan orang putih di atas orang hitam, dan tiada kelebihan orang hitam di atas orang putih kecuali karena ketakwaan".
Pernyataan di atas dapat dikatakan sebagai deklarasi kesetaraan ras pertama dalam sejarah manusia, jauh sebelum PBB mendeklaraskan apa yang dikenal dengan "Declaration of Universal Human Right" yang dibanggakan oleh dunia kita saat ini.
Saya ingin akhiri dengan sebuah kejadian yang melibatkan dua sahabat tercinta Rasulullah SAW . Antara Abu Zar Al-Ghifari, sahabat terhormat dari kalangan Arab, dan Bilal, seorang sahabat dari kalangan non Arab, berkulit hitam dan mantan budak pula.
Suatu ketika terjadi perselisihan di antara keduanya sahabat agung itu. Abu Zar merasa sebagai orang Arab merasa direndahkan kerena keberanian Bilal membantahnya. Maka beliaupun memanggil Bilal dengan sebutan: "Yaa ibna as-saudaa" (wahai anak seorang perempuan hitam).
Bilal merasa terhina dengan panggilan itu. Dan pastinya tanpa disadari Abu Zar telah bersikap rasis dengan penyebutan warna kulit Ibu seorang sahabatnya. Maka Rasulullah dengan tegas mengatakan kepada Abu Zar: "Sesungguhnya engkau adalah seorang yang masih berkarakter jahiliyah".
Teguran Rasulullah itu menjadi pukulan berat pagi Abu Zar. Sampai-sampai beliau meminta Bilal untuk menginjak kepalanya untuk menebus kejahilan itu. Begitulah kira-kira cara tegas dan revolusioner Rasulullah SAW dalam mengubah mentalitas dan mindset para sahabatnya. Dan dengan itu mereka yang selama masa jahiliyah angkuh dan rasis menjadi sadar dan rendah hati. Sebaliknya mereka yang di masa jahiliyah rendah diri dan direndahkan menemukan kehormatan dan percaya diri. (Baca Juga: Subhanallah, Beginilah Abu Dzar Menebus Kesalahannya kepada Bilal )
Tapi untuk untuk semua itu bisa terwujud diperlukan ketegasan dan ketauladanan seorang pemimpin. Dan itulah Rasulullah SAW . Jika dalam sebuah bangsa para penguasa tidak punya sikap dan integritas dalam memerangi rasisme, maka jangan berharap bangsa itu akan sadar. Apalagi kalau memang pemimpin bangsa itu memiliki kecenderungan dan karakter yang sama.
Atau jangan-jangan justru menjadi inspirasi bagi mereka yang memang rasis itu. Semoga tidak!
New York City, 8 Juni 2020
Pada Surah Ar-Rum ditegaskan: "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan lisan (bahasa) dan warna kulit adalah tanda-tanda bagi orang yang berilmu".
Maka rasisme itu adalah kebodohan, kekufuran nyata, sekaligus keangkuhan manusia karena mengingkari kebesaran Allah dalam keragaman ciptaanNya.
Perubahan Revolusioner Rasulullah SAW
Semua alasan yang disebutkan di atas, dan banyak lagi yang lain, menyimpulkan bahwa ajaran Islam telah hadir untuk membangun kesetaraan manusia yang hakiki (genuine equality). Dan itu pulalah yang disampaikan dan diimplementasikan oleh baginda Rasulullah SAW di masyarakat yang dipimpinnya.
Bermula dari firman Allah yang tegas: "Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa" (Al-Hujurat:13). Rasulullah dengan tegas mengajarkan ini kepada umatnya.
Maka sejak awal perjalanan sejarahnya, umat ini telah ditakdirkan sangat ragam. Ragam ras, warna kulit, maupun latar belakang suku dan budaya. Bilal dari kalangan Afro, Salman dari kalangan Persia, Suhaeb dari kalangan warga kulit putih, dan seterusnya. Mereka semua hadir sejajar dengan sahabat lainnya dari kalangan Arab ketika itu.
Realita inilah yang kemudian dideklarasikan dalam pertemuan global manusia, di saat beliau menunaikan ibadah haji di Padang Arafah. Beliau menyampaikan dalam Khutbah beliau yang dikenal dengan khutbatul wada' sebagai berikut:
"Sesungguhnya ayahmu satu. Semua kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Tiada kelebihan orang Arab di atas non Arab, dan tiada kelebihan non Arab di atas orang Arab kecuali karena ketakwaan. Tiada pula kelebihan orang putih di atas orang hitam, dan tiada kelebihan orang hitam di atas orang putih kecuali karena ketakwaan".
Pernyataan di atas dapat dikatakan sebagai deklarasi kesetaraan ras pertama dalam sejarah manusia, jauh sebelum PBB mendeklaraskan apa yang dikenal dengan "Declaration of Universal Human Right" yang dibanggakan oleh dunia kita saat ini.
Saya ingin akhiri dengan sebuah kejadian yang melibatkan dua sahabat tercinta Rasulullah SAW . Antara Abu Zar Al-Ghifari, sahabat terhormat dari kalangan Arab, dan Bilal, seorang sahabat dari kalangan non Arab, berkulit hitam dan mantan budak pula.
Suatu ketika terjadi perselisihan di antara keduanya sahabat agung itu. Abu Zar merasa sebagai orang Arab merasa direndahkan kerena keberanian Bilal membantahnya. Maka beliaupun memanggil Bilal dengan sebutan: "Yaa ibna as-saudaa" (wahai anak seorang perempuan hitam).
Bilal merasa terhina dengan panggilan itu. Dan pastinya tanpa disadari Abu Zar telah bersikap rasis dengan penyebutan warna kulit Ibu seorang sahabatnya. Maka Rasulullah dengan tegas mengatakan kepada Abu Zar: "Sesungguhnya engkau adalah seorang yang masih berkarakter jahiliyah".
Teguran Rasulullah itu menjadi pukulan berat pagi Abu Zar. Sampai-sampai beliau meminta Bilal untuk menginjak kepalanya untuk menebus kejahilan itu. Begitulah kira-kira cara tegas dan revolusioner Rasulullah SAW dalam mengubah mentalitas dan mindset para sahabatnya. Dan dengan itu mereka yang selama masa jahiliyah angkuh dan rasis menjadi sadar dan rendah hati. Sebaliknya mereka yang di masa jahiliyah rendah diri dan direndahkan menemukan kehormatan dan percaya diri. (Baca Juga: Subhanallah, Beginilah Abu Dzar Menebus Kesalahannya kepada Bilal )
Tapi untuk untuk semua itu bisa terwujud diperlukan ketegasan dan ketauladanan seorang pemimpin. Dan itulah Rasulullah SAW . Jika dalam sebuah bangsa para penguasa tidak punya sikap dan integritas dalam memerangi rasisme, maka jangan berharap bangsa itu akan sadar. Apalagi kalau memang pemimpin bangsa itu memiliki kecenderungan dan karakter yang sama.
Atau jangan-jangan justru menjadi inspirasi bagi mereka yang memang rasis itu. Semoga tidak!
New York City, 8 Juni 2020
(rhs)