Hukum Menikahi Janda, Bisa Lebih Mulia tapi Bukan yang Paling Utama

Selasa, 08 Februari 2022 - 09:30 WIB
loading...
A A A
السَّاعِى عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، أَوْ كَالَّذِى يَصُومُ النَّهَارَ وَيَقُومُ اللَّيْلَ

Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan janda dan orang miskin, pahalanya seperti mujahid fi Sabilillah atau seperti orang yang rajin puasa di siang hari dan rajin tahajud di malam hari. (HR. Bukhari 6006 & Muslim 7659)

Ibnu Batthal dalam syarh Shahih Bukhari mengatakan, siapa yang tidak mampu berjihad di jalan Allah, tidak mampu rajin tahajud atau puasa di siang hari, hendaknya dia praktikkan hadits ini. Berusaha memenuhi kebutuhan hidup janda dan orang miskin, agar kelak di hari kiamat dikumpulkan bersama para mujahidin fi Sabilillah. Tanpa harus melangkah di medan jihad atau mengeluarkan biaya, atau berhadapan dengan musuh. Atau agar dikumpulkan bersama orang yang rajin puasa dan tahajud. (Syarh Shahih Bukhari – Ibnu Batthal, )

Hadits tersebut memotivasi untuk menafkahi janda, bukan menikahi janda. Meskipun bisa juga amal baik seorang lelaki ditunjukkan dalam bentuk menikahi janda. Dan jika janda ini dinikahi maka statusnya bukan lagi janda.

Akan tetapi hadits ini menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan janda. Terutama janda tua yang tidak memiliki keluarga yang bisa memenuhi kebutuhannya.

An-Nawawi mengatakan, yang dimaksud “berusaha memenuhi nafkah” artinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah janda. (Syarh Shahih Muslim, 18/112)



Tidak Harus
Sementara itu, Yahya Zainul Ma'arif atau lebih sering disapa Buya Yahya berpendapat menikah tidak harus dengan janda dan tidak harus pula dengan perawan. "Pilih yang salehah, mungkin kecantikan kita bisa melihat, kekayaan (juga), tapi faktor agama urusannya," katanya, sebagaimana dilansir Al-Bahjah TV dalam jaringan YouTube.

Ia membenarkan bahwa Rasullullah SAW pernah mengimbau seseorang yang datang menikah dengan seorang gadis perawan karena mungkin Rasullullah melihat karakter orang itu membutuhkan istri yang demikian.

Suatu ketika juga pernah datang seseorang kepada Nabi dan berkata, "Saya ingin seseorang yang bisa menyisiri rambut anak-anak saya..."

Maka Nabi menyarankan dia menikahi seorang janda, karena ia membutuhkan yang demikian. "Jadi, tergantung apa yang Anda butuhkan," ujarnya.

Menurut Buya, menikahi janda akan lebih hebat dan mulia daripada menikahi perawan jika tujuannya ingin membantu kehidupan si janda, merawat anak-anak yatimnya. "Dan menikahlah karena Allah Taala," tandasnya.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1768 seconds (0.1#10.140)