Isra Miraj Berdasar Hadits: Sungai Nil dan Eufrat Jadi Gambaran Sungai di Surga
loading...
A
A
A
Banyak hadits yang meriwayatkan peristiwa Isra Miraj . Hadits-hadits tentang Isra Miraj adalah hadits mutawatir yang bermakna hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang pada setiap tingkat sanadnya, karena itu diyakini kebenarannya.
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam "Sirah Nabawiyah" menyebutkan hadits yang disampaikan ulama ahli hadis Ibnul Qayyim, yang berkata:
Menurut riwayat yang sahih, Rasulullah SAW di-Isra-kan dengan jasadnya, dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis , dengan menaiki Buraq, yang disertai Jibril, lalu turun di sana dan sholat mengimami para nabi yang lain. Sementara Buraq diikat pada tali pintu masjid.
“Pada malam itu juga, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia bersama Jibril….”
Dalam riwayat tambahan lainnya, Ibnul Qayyim menggambarkan banyak peristiwa lainnya dalam Isra dan Miraj. Di antaranya Rasulullah ditawari susu dan khamr (minuman keras), namun beliau memilih susu.
Lalu dikatakan kepada beliau, “Engkau telah dianugerahi fitrah atau engkau telah mendapat fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti engkau menyesatkan umatmu.”
Beliau juga melihat empat sungai di Surga. Dua sungai yang tampak dan dua sungai yang tidak tampak. Dua sungai yang tampak adalah Nil dan Eufrat. Dengan kata lain, risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara Nil dan Eufrat, yang akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke lain generasi. Bukan berarti dua sungai tersebut bersumber dari mata air di surga.
Beliau juga melihat malaikat penjaga Neraka, yang tidak pernah tersenyum dan di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat Surga dan Neraka.
Beliau melihat orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti unta. Mereka mengambil sepotong api neraka langsung dengan bibirnya itu, lalu api itu keluar lagi dari duburnya.
Beliau melihat orang-orang yang suka mengambil riba. Mereka mempunyai perut yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya yang membesar itu. Para pengikut Firaun melewati mereka tatkala digiring ke Neraka, lalu mereka melemparkan orang-orang pengambil riba ini ke Neraka.
Beliau melihat para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelahnya ada daging jelek dan busuk. Mereka mengambil daging yang busuk itu dan membiarkan daging yang baik.
Beliau melihat para wanita yang suka memasuki tempat tinggal kaum laki-laki yang bukan anak-anaknya. Beliau melihat para wanita itu bergelayutan payudaranya.
Beliau melihat kafilah dari penduduk Mekkah dalam kepergian dan kepulangannya. Beliau menunjukkan seekor unta milik mereka yang terlepas, dan beliau juga meminum air mereka di bejana yang tertutup selagi mereka sedang tidur, lalu meninggalkan bejana itu tetap dalam keadaan tertutup. Demikianlah pemaparan dari Ibnul Qayyim tetang Isra dan Miraj yang beliau sarikan dari berbagai hadis.
Adapun riwayat-riwayat yang dihimpun oleh an-Nawawi dalam Riyadhus Salihin di antaranya adalah sebagai berikut ini.
Dari Ibnu Masud, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Pada malam Isra aku bertemu dengan Nabi Ibrahim, dan dia bersabda, “Wahai Muhammad sampaikanlah salamku untuk umatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwa surga itu tanahnya subur dan airnya segar, serta merupakan suatu kebun dan tanamannya adalah: Subhaanallaahi wal Hamdulillaah walaa Ilaaha Illallaahu wallaahu Akbar.” (HR Turmudzi)
Dari al-Barra bin Azib, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Wattiini Wazzaituuni pada waktu Isra, aku belum pernah mendengar seorang pun yang suaranya lebih merdu daripada suara beliau.” (HR Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya, Ath-Thabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyampaikan sebuah riwayat dari Anas bin Malik mengenai bagaimana jalannya peristiwa Isra dan Miraj:
Pada saat Nabi diangkat menjadi nabi, dia biasa tidur di sekitar Kakbah seperti halnya orang-orang Quraisy. Pada satu kesempatan dua malaikat, Jibril dan Mikail, datang kepadanya dan berkata, “Kepada orang Quraisy yang mana kita diperintahkan untuk datang?”
Lalu mereka berkata, “Kita diperintahkan untuk datang kepada pimpinan mereka,” dan pergi.
Setelah ini, mereka datang dari arah Kiblat dan ada tiga dari mereka. Mereka mendatanginya ketika beliau sedang tertidur, membuatnya terlentang di atas punggungnya, dan membuka dadanya. Kemudian mereka membawa air dari Zamzam dan mencuci habis keraguan, atau kemusyrikan, atau kepercayaan-kepercayaan sebelum Islam, atau kesalahan, yang ada di dalam dadanya.
Kemudian mereka membawa wadah emas yang dipenuhi oleh iman dan kebijaksanaan, dan dada dan perutnya dipenuhi dengan iman dan kebijaksanaan.
Setelah Rasulullah dibuka dadanya dan dibersihkan, lalu dimasukkan iman dan kebijaksanaan oleh para malaikat, sekarang mari kita lanjutkan riwayat tersebut dari Anas bin Malik:
Kemudian beliau diangkat ke langit dunia. Jibril meminta izin masuk, dan mereka berkata, “Siapa itu?”
“Jibril,” katanya.
“Siapa yang bersamamu ?” mereka berkata.
“Muhammad,” jawabnya.
“Apakah misinya sudah dimulai?” mereka bertanya.
“Ya,” katanya.
“Selamat datang,” kata mereka, dan menyampaikan salam Allah kepadanya.
Ketika beliau masuk, beliau melihat di hadapannya seorang pria yang besar dan tampan.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
“Ini ayahmu, Adam,” jawabnya.
Kemudian mereka membawanya ke langit kedua. Jibril meminta izin masuk, dan mereka mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Memang, pertanyaan yang sama diajukan dan jawaban yang sama diberikan di semua langit.
Ketika Muhammad masuk ke langit kedua beliau melihat di hadapannya dua pria.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
“Yahya dan Isa, dua orang sepupu dari pihak ibu,” jawabnya.
Kemudian beliau dibawa ke langit ketiga, dan ketika beliau masuk beliau melihat di hadapannya seorang pria.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
Dia menjawab, “Saudaramu Yusuf yang diberi keunggulan dalam keindahan di atas orang-orang lainnya laksana bulan purnama di atas bintang-bintang di malam hari.”
Kemudian beliau dibawa ke langit keempat, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Idris,” katanya, dan membaca:
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Kemudian beliau dibawa ke langit kelima, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Harun,” katanya.
Kemudian beliau dibawa ke langit keenam, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Musa,” katanya.
Kemudian beliau dibawa ke langit ketujuh, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini ayahmu, Ibrahim,” katanya.
Kemudian dia membawanya ke Surga, dan di sana di hadapannya ada sungai yang lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, dengan kubah mutiara di kedua sisinya.
“Apa ini, Jibril?” beliau bertanya.
Jibril menjawab, “Ini adalah al-Kawthar, yang telah Tuhanmu berikan kepadamu, dan ini adalah tempat tinggalmu.”
Kemudian Jibril mengambil segenggam tanahnya dan lihat! Itu adalah kesturi harum. Kemudian beliau pergi ke Sidrat al-Muntaha, yang mana merupakan pohon Bidara yang menghasilkan buah-buahan terbesarnya yang seperti tempayan tembikar dan yang terkecilnya seperti telur.
Kemudian Tuhannya mendekat, “Sampai-sampai jarak Nabi dengan-Nya sejarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat lagi.”
Karena Tuhannya begitu dekat, pohon Bidara menjadi tertutup oleh sejenis batu mulia seperti mutiara, rubi, permata, dan mutiara berwarna. Allah menurunkan wahyu kepada hambanya, membuatnya mengerti dan mengetahui, dan menetapkan lima puluh salat (untuk setiap harinya).
Kemudian beliau kembali melewati Musa, yang berkata kepadanya, “Apa yang Dia tetapkan untuk umatmu?”
“Lima puluh sholat,” katanya.
“Kembalilah kepada Tuhanmu,” kata Musa, “dan mintalah Dia meringankan beban untuk umatmu, karena umatmu adalah yang paling lemah dalam kekuatan dan yang paling singkat hidupnya.” Lalu dia memberi tahu Muhammad apa yang telah dia sendiri derita di tangan Bani Israil.
Rasulullah kembali, dan Allah mengurangi jumlahnya menjadi sepuluh.
Kemudian dia melewati Musa lagi, yang berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan minta Dia meringankan bebannya menjadi lebih ringan lagi.”
Hal ini terus berlanjut sampai beliau kembali lima kali. Sekali lagi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah dia meringankan bebannya,” tetapi Rasulullah berkata, “Aku tidak akan kembali, walaupun aku tidak ingin tidak mematuhimu,” karena telah dimasukkan ke dalam hatinya bahwa beliau seharusnya tidak kembali.
Allah berfirman, “Ucapan-Ku tidak dapat diubah, dan keputusan dan ketetapan-Ku tidak boleh dibalik, tetapi dia (Muhammad) meringankan beban salat pada umat-Ku menjadi sepersepuluh dari apa yang (ditetapkan) pada awalnya.”
Anas bin Malik berkata, “Aku tidak pernah menemukan aroma apa pun, bahkan aroma pengantin wanita, yang lebih wangi dari kulit Rasulullah. Aku menempelkan kulitku padanya dan menciumnya.”
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam "Sirah Nabawiyah" menyebutkan hadits yang disampaikan ulama ahli hadis Ibnul Qayyim, yang berkata:
Menurut riwayat yang sahih, Rasulullah SAW di-Isra-kan dengan jasadnya, dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis , dengan menaiki Buraq, yang disertai Jibril, lalu turun di sana dan sholat mengimami para nabi yang lain. Sementara Buraq diikat pada tali pintu masjid.
“Pada malam itu juga, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia bersama Jibril….”
Dalam riwayat tambahan lainnya, Ibnul Qayyim menggambarkan banyak peristiwa lainnya dalam Isra dan Miraj. Di antaranya Rasulullah ditawari susu dan khamr (minuman keras), namun beliau memilih susu.
Lalu dikatakan kepada beliau, “Engkau telah dianugerahi fitrah atau engkau telah mendapat fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti engkau menyesatkan umatmu.”
Beliau juga melihat empat sungai di Surga. Dua sungai yang tampak dan dua sungai yang tidak tampak. Dua sungai yang tampak adalah Nil dan Eufrat. Dengan kata lain, risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara Nil dan Eufrat, yang akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke lain generasi. Bukan berarti dua sungai tersebut bersumber dari mata air di surga.
Beliau juga melihat malaikat penjaga Neraka, yang tidak pernah tersenyum dan di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat Surga dan Neraka.
Beliau melihat orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti unta. Mereka mengambil sepotong api neraka langsung dengan bibirnya itu, lalu api itu keluar lagi dari duburnya.
Beliau melihat orang-orang yang suka mengambil riba. Mereka mempunyai perut yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya yang membesar itu. Para pengikut Firaun melewati mereka tatkala digiring ke Neraka, lalu mereka melemparkan orang-orang pengambil riba ini ke Neraka.
Beliau melihat para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelahnya ada daging jelek dan busuk. Mereka mengambil daging yang busuk itu dan membiarkan daging yang baik.
Beliau melihat para wanita yang suka memasuki tempat tinggal kaum laki-laki yang bukan anak-anaknya. Beliau melihat para wanita itu bergelayutan payudaranya.
Baca Juga
Beliau melihat kafilah dari penduduk Mekkah dalam kepergian dan kepulangannya. Beliau menunjukkan seekor unta milik mereka yang terlepas, dan beliau juga meminum air mereka di bejana yang tertutup selagi mereka sedang tidur, lalu meninggalkan bejana itu tetap dalam keadaan tertutup. Demikianlah pemaparan dari Ibnul Qayyim tetang Isra dan Miraj yang beliau sarikan dari berbagai hadis.
Adapun riwayat-riwayat yang dihimpun oleh an-Nawawi dalam Riyadhus Salihin di antaranya adalah sebagai berikut ini.
Dari Ibnu Masud, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Pada malam Isra aku bertemu dengan Nabi Ibrahim, dan dia bersabda, “Wahai Muhammad sampaikanlah salamku untuk umatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwa surga itu tanahnya subur dan airnya segar, serta merupakan suatu kebun dan tanamannya adalah: Subhaanallaahi wal Hamdulillaah walaa Ilaaha Illallaahu wallaahu Akbar.” (HR Turmudzi)
Dari al-Barra bin Azib, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Wattiini Wazzaituuni pada waktu Isra, aku belum pernah mendengar seorang pun yang suaranya lebih merdu daripada suara beliau.” (HR Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya, Ath-Thabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyampaikan sebuah riwayat dari Anas bin Malik mengenai bagaimana jalannya peristiwa Isra dan Miraj:
Pada saat Nabi diangkat menjadi nabi, dia biasa tidur di sekitar Kakbah seperti halnya orang-orang Quraisy. Pada satu kesempatan dua malaikat, Jibril dan Mikail, datang kepadanya dan berkata, “Kepada orang Quraisy yang mana kita diperintahkan untuk datang?”
Lalu mereka berkata, “Kita diperintahkan untuk datang kepada pimpinan mereka,” dan pergi.
Setelah ini, mereka datang dari arah Kiblat dan ada tiga dari mereka. Mereka mendatanginya ketika beliau sedang tertidur, membuatnya terlentang di atas punggungnya, dan membuka dadanya. Kemudian mereka membawa air dari Zamzam dan mencuci habis keraguan, atau kemusyrikan, atau kepercayaan-kepercayaan sebelum Islam, atau kesalahan, yang ada di dalam dadanya.
Kemudian mereka membawa wadah emas yang dipenuhi oleh iman dan kebijaksanaan, dan dada dan perutnya dipenuhi dengan iman dan kebijaksanaan.
Setelah Rasulullah dibuka dadanya dan dibersihkan, lalu dimasukkan iman dan kebijaksanaan oleh para malaikat, sekarang mari kita lanjutkan riwayat tersebut dari Anas bin Malik:
Kemudian beliau diangkat ke langit dunia. Jibril meminta izin masuk, dan mereka berkata, “Siapa itu?”
“Jibril,” katanya.
“Siapa yang bersamamu ?” mereka berkata.
“Muhammad,” jawabnya.
“Apakah misinya sudah dimulai?” mereka bertanya.
“Ya,” katanya.
“Selamat datang,” kata mereka, dan menyampaikan salam Allah kepadanya.
Ketika beliau masuk, beliau melihat di hadapannya seorang pria yang besar dan tampan.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
“Ini ayahmu, Adam,” jawabnya.
Kemudian mereka membawanya ke langit kedua. Jibril meminta izin masuk, dan mereka mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Memang, pertanyaan yang sama diajukan dan jawaban yang sama diberikan di semua langit.
Ketika Muhammad masuk ke langit kedua beliau melihat di hadapannya dua pria.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
“Yahya dan Isa, dua orang sepupu dari pihak ibu,” jawabnya.
Kemudian beliau dibawa ke langit ketiga, dan ketika beliau masuk beliau melihat di hadapannya seorang pria.
“Siapa ini, Jibril?” beliau bertanya.
Dia menjawab, “Saudaramu Yusuf yang diberi keunggulan dalam keindahan di atas orang-orang lainnya laksana bulan purnama di atas bintang-bintang di malam hari.”
Kemudian beliau dibawa ke langit keempat, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Idris,” katanya, dan membaca:
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Kemudian beliau dibawa ke langit kelima, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Harun,” katanya.
Kemudian beliau dibawa ke langit keenam, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini Musa,” katanya.
Kemudian beliau dibawa ke langit ketujuh, dan beliau melihat di hadapannya seorang pria dan berkata, “Siapa ini, Jibril?”
“Ini ayahmu, Ibrahim,” katanya.
Kemudian dia membawanya ke Surga, dan di sana di hadapannya ada sungai yang lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, dengan kubah mutiara di kedua sisinya.
“Apa ini, Jibril?” beliau bertanya.
Jibril menjawab, “Ini adalah al-Kawthar, yang telah Tuhanmu berikan kepadamu, dan ini adalah tempat tinggalmu.”
Kemudian Jibril mengambil segenggam tanahnya dan lihat! Itu adalah kesturi harum. Kemudian beliau pergi ke Sidrat al-Muntaha, yang mana merupakan pohon Bidara yang menghasilkan buah-buahan terbesarnya yang seperti tempayan tembikar dan yang terkecilnya seperti telur.
Kemudian Tuhannya mendekat, “Sampai-sampai jarak Nabi dengan-Nya sejarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat lagi.”
Karena Tuhannya begitu dekat, pohon Bidara menjadi tertutup oleh sejenis batu mulia seperti mutiara, rubi, permata, dan mutiara berwarna. Allah menurunkan wahyu kepada hambanya, membuatnya mengerti dan mengetahui, dan menetapkan lima puluh salat (untuk setiap harinya).
Kemudian beliau kembali melewati Musa, yang berkata kepadanya, “Apa yang Dia tetapkan untuk umatmu?”
“Lima puluh sholat,” katanya.
“Kembalilah kepada Tuhanmu,” kata Musa, “dan mintalah Dia meringankan beban untuk umatmu, karena umatmu adalah yang paling lemah dalam kekuatan dan yang paling singkat hidupnya.” Lalu dia memberi tahu Muhammad apa yang telah dia sendiri derita di tangan Bani Israil.
Rasulullah kembali, dan Allah mengurangi jumlahnya menjadi sepuluh.
Kemudian dia melewati Musa lagi, yang berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan minta Dia meringankan bebannya menjadi lebih ringan lagi.”
Hal ini terus berlanjut sampai beliau kembali lima kali. Sekali lagi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah dia meringankan bebannya,” tetapi Rasulullah berkata, “Aku tidak akan kembali, walaupun aku tidak ingin tidak mematuhimu,” karena telah dimasukkan ke dalam hatinya bahwa beliau seharusnya tidak kembali.
Allah berfirman, “Ucapan-Ku tidak dapat diubah, dan keputusan dan ketetapan-Ku tidak boleh dibalik, tetapi dia (Muhammad) meringankan beban salat pada umat-Ku menjadi sepersepuluh dari apa yang (ditetapkan) pada awalnya.”
Anas bin Malik berkata, “Aku tidak pernah menemukan aroma apa pun, bahkan aroma pengantin wanita, yang lebih wangi dari kulit Rasulullah. Aku menempelkan kulitku padanya dan menciumnya.”
(mhy)