Kisah Nabi Musa, Sudah Berusia 120 Tahun Terkesan Enggan Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
Nabi Musa as berjuluk Kalimullah. Tatkala Allah Taala menugaskan malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya, sang Nabi terkesan enggan. Padahal Nabi Musa pada saat itu sudah berusia 120 tahun. Malaikat Izrail ditampar sehingga batal mencabut nyawa Nabi Musa.
Ada sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang wafatnya Nabi Musa. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa wafatnya Nabi Musa saat bersama dengan sahabatnya, Yusya bin Nun.
Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari berdasar hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim menceritakan wafatnya Nabi Musa. Dari Abu Hurairah ra, ia bercerita: "Telah bersabda Rasulullah SAW :
Nabi Musa 'alaihi sallam dulu pernah di datangi malaikat maut, lalu berkata kepadanya: "Penuhi panggilan Rabbmu".
Maka Musa 'alihi sallam memukul mata malaikat maut tadi, sampai terlepas. Akhirnya malaikat tersebut kembali menghadap Allah Azza wa jalla, lalu mengadu kepada -Nya, seraya mengatakan: "Sesungguhnya Engkau telah mengutus hamba kepada seseorang yang belum ingin meninggal, dan ia telah memukul mataku".
Kemudian Allah ta’alla mengembalikan matanya. Lalu berfirman kepadanya: "Kembalilah kamu kepada hamba -Ku, lantas katakan padanya, kamu ingin hidup? Kalau sekiranya kamu ingin tetap hidup maka letakkan kedua tanganmu di atas bulu sapi jantan, apa yang tertutupi oleh tanganmu, maka satu helai sama dengan hidupmu satu tahun".
Kemudian ia kembali kepada Musa, lalu mengatakan seperti yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla. Musa bertanya: "Setelah itu apa?
Malaikat tersebut menjawab: "Setelah itu kamu mati!"
Musa mengatakan: "Bahkan sekarang, Ya Allah, matikanlah diriku di tempat yang suci dekat dengan bebatuan".
Nabi Musa memohon kepada Allah agar nyawanya dicabut dekat Tanah Suci (Baitul Maqdis) hingga sedekat lemparan batu.
Permohonan itu menunjukkan betapa cintanya Sang Nabi kepada Tanah Suci. Bahkan, dikubur pun ingin di dekatnya. Tetapi, Nabi Musa tidak meminta Allah agar mencabut nyawanya tepat di dalam tanah suci itu, sebab dirinya tahu bahwa Allah mengharamkan tanah tersebut pada generasi yang dijatuhi balasan atas ketidaktaatan mereka kepada Allah saat diperintah untuk memasukinya.
Malahan mereka berkata, Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja, (QS al-Mâ’idah [5]: 24).
Akibatnya, Allah menetapkan, mereka tersesat di padang Sinai selama empat puluh tahun. Allah pun mengabulkan permohonan Nabi Musa ‘alaihissalam. Rasulullah shalallahu ‘alaihis wasallam mengabarkan bahwa kuburannya berada di Tanah Suci Baitul Maqdis, tepat di serambinya yang ada pada gundukan pasir. Ditambahkan dalam riwayat itu, andai berada di sana, beliau pasti telah memperlihatkannya kepada para sahabat.
Rasulullah SAW mengatakan: "Demi Allah, kalau sekiranya saya berada di sisinya, tentu akan saya beritahu kalian kuburannya yang berada di sisi jalan di tumpukan bukit berpasir yang berwarna merah".
Baca Juga
Ada sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang wafatnya Nabi Musa. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa wafatnya Nabi Musa saat bersama dengan sahabatnya, Yusya bin Nun.
Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari berdasar hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim menceritakan wafatnya Nabi Musa. Dari Abu Hurairah ra, ia bercerita: "Telah bersabda Rasulullah SAW :
Nabi Musa 'alaihi sallam dulu pernah di datangi malaikat maut, lalu berkata kepadanya: "Penuhi panggilan Rabbmu".
Maka Musa 'alihi sallam memukul mata malaikat maut tadi, sampai terlepas. Akhirnya malaikat tersebut kembali menghadap Allah Azza wa jalla, lalu mengadu kepada -Nya, seraya mengatakan: "Sesungguhnya Engkau telah mengutus hamba kepada seseorang yang belum ingin meninggal, dan ia telah memukul mataku".
Kemudian Allah ta’alla mengembalikan matanya. Lalu berfirman kepadanya: "Kembalilah kamu kepada hamba -Ku, lantas katakan padanya, kamu ingin hidup? Kalau sekiranya kamu ingin tetap hidup maka letakkan kedua tanganmu di atas bulu sapi jantan, apa yang tertutupi oleh tanganmu, maka satu helai sama dengan hidupmu satu tahun".
Kemudian ia kembali kepada Musa, lalu mengatakan seperti yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla. Musa bertanya: "Setelah itu apa?
Malaikat tersebut menjawab: "Setelah itu kamu mati!"
Musa mengatakan: "Bahkan sekarang, Ya Allah, matikanlah diriku di tempat yang suci dekat dengan bebatuan".
Nabi Musa memohon kepada Allah agar nyawanya dicabut dekat Tanah Suci (Baitul Maqdis) hingga sedekat lemparan batu.
Permohonan itu menunjukkan betapa cintanya Sang Nabi kepada Tanah Suci. Bahkan, dikubur pun ingin di dekatnya. Tetapi, Nabi Musa tidak meminta Allah agar mencabut nyawanya tepat di dalam tanah suci itu, sebab dirinya tahu bahwa Allah mengharamkan tanah tersebut pada generasi yang dijatuhi balasan atas ketidaktaatan mereka kepada Allah saat diperintah untuk memasukinya.
Malahan mereka berkata, Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja, (QS al-Mâ’idah [5]: 24).
Akibatnya, Allah menetapkan, mereka tersesat di padang Sinai selama empat puluh tahun. Allah pun mengabulkan permohonan Nabi Musa ‘alaihissalam. Rasulullah shalallahu ‘alaihis wasallam mengabarkan bahwa kuburannya berada di Tanah Suci Baitul Maqdis, tepat di serambinya yang ada pada gundukan pasir. Ditambahkan dalam riwayat itu, andai berada di sana, beliau pasti telah memperlihatkannya kepada para sahabat.
Rasulullah SAW mengatakan: "Demi Allah, kalau sekiranya saya berada di sisinya, tentu akan saya beritahu kalian kuburannya yang berada di sisi jalan di tumpukan bukit berpasir yang berwarna merah".
(mhy)