Sorban Kotor Abu Nawas yang Mendadak Menjadi Harum
loading...
A
A
A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
)
Pada suatu hari di kerajaan Raja Harun Ar-Rasyid telah terjadi huru hara. Rakyatnya tidak lagi mendapat ketenangan seperti biasanya karena telah terjadi penculikan dan pembunuhan yang misterius.
Raja dan para prajuritnya akhirnya mengetahui bahwa huru-hara tersebut bukan datang dari musuh, namun dari dalam istana sendiri yang diotaki oleh para menterinya.
( )
Namun, raja sangat kesulitan untuk mencari siap yang berseongkol terhadap tindakan penculikan dan pembunuhan tersebut karena dia melihat bahwa para menterinya semuanya taat kepadanya.
Dari itu, dipanggillah Abu Nawas yang dikenal memiliki otak yang cerdas.
"akhir-akhir ini aku gelisah, seolah ada seseorang yang hendak mengkudeta kerajaanku. Apa ada yang salah dengan kepemimpinanku?" tanya raja kepada Abu Nawas.
"Ampun beribu ampun baginda, apa yang bisa hamba lakukan untuk membantu?" kata Abu Nawas balik bertanya.
"Begini wahai Abu Nawas," ucap Baginda Raja. "Berilah cara kepadaku untuk menguji kesetiaan para menteriku," lanjutnya.
"Baiklah paduka, berilah hamba waktu sehari saja agar bisa memikirkan caranya," janji Abu Nawas sembari berpamitan.
Setibanya di rumah, Abu Nawas berpikir keras untuk menemukan cara yang terbaik dan jitu. Belum lagi ketemu jalan keluar, karena kelelahan, Abu Nawas tertidur. Tidur yang sungguh sangat lelap.
Pada keesokan harinya ketika ia hendak salat subuh, Abu Nawas tersadar masih punya pekerjaan rumah dari Baginda yang belum terjawab.
Terpenting salat dulu, urusan kerajaan biarlah nanti saja, pikir Abu Nawas. Ia pun mencari sorban. Secara tak sengaja ia menemukan sorban lawas. Sorban lusuh yang menebar aroma tidak sedap. Sorban itu memang telah lama tidak dicuci oleh sang istri.
Sorban bau ampek inilah yang membuat otak Abu Nawas mendapatkan jalan. Si cerdik ini menemukan cara jitu untuk menguji kesetiaan para menteri kerajaan.
Setelah salat subuh, Abu Nawas pun segera bergegas menuju istana menghadap Raja Harun Ar-Rasyid. Ia meminta Baginda Raja bersandiwara seolah telah memiliki sorban sakti.
Raja Harun Ar-Rasyid setuju dan melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Abu Nawas.
Setelah itu, maka dikumpulkanlah kelima menterinya untuk menghadap.
Di hadapan para menteri itu, Baginda Raja mengatakan bahwa ia telah mendapat hadiah berupa sorban sakti hasil pemberian dari kerajaan lain. Dan salah satu kesaktian sorban itu adalah bisa menentukan masa depan kerajaan di masa yang akan datang.
"Wahai para menteriku, bantulah aku untuk menentukan masa depan negeri ini," titah Baginda Raja.
"Bagaimana caranya wahai Baginda?" tanya salah seorang menteri.
"Masing-masing dari kalian, coba ciumlah sorban hadiah ini secara bergantian. Apabila berbau wangi, maka kerajaan ini akan abadi. Namun, billa baunya busuk, maka kerajaan ini tidak akan lama lagi akan segera runtuh," jelas raja.
Sesuai dengan perintah raja, para menteri satu persatu memasuki ruangan untuk mencium sorban sakti tersebut. Setelah semuanya telah mendapatkan giliran, maka dikumpulkanlah lagi menteri-menterinya.
"Bagaimana baunya," tanya Baginda Raja.
"Sorban ini baunya sangat harum, niscaya kerajaan ini akan abadi," jawab menteri pertama.
Menteri kedua dan ketiga menjawab sama dengan menteri pertama. Intinya adalah mereka berusaha untuk membuat Baginda Raja senang.
Giliran menteri keempat dan kelima angkat bicara. Di luar dugaan, menteri keempat dan kelima ini mengatakan bahwa sorban sakti tersebut baunya busuk dan menyengat hidung.
Mendengar penyataan menteri keempat dan kelima itu, Baginda Raja akhirnya membuka rahasia bahwa sorban yang dibilang sakti tersebut sejatinya milik Abu Nawas yang sudah usang dan tidak dicuci lama sekali.
Bergetarlah badan menteri pertama, kedua, dan ketiga. "Kini aku tahu siapa di antara kalian yang telah berkhianat kepadaku. Kalian telah terbukti berbohong dan kalian pantas untuk masuk penjara," ujar Baginda Raja.
Menteri pertama, kedua, dan ketiga langsung ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara pada hari itu juga.
Di sisi lain Baginda Raja memberi hadiah kepada menteri keempat dan kelima. Tentu saja, Abu Nawas juga mendapat bagian hadiah. ( )
Pada suatu hari di kerajaan Raja Harun Ar-Rasyid telah terjadi huru hara. Rakyatnya tidak lagi mendapat ketenangan seperti biasanya karena telah terjadi penculikan dan pembunuhan yang misterius.
Raja dan para prajuritnya akhirnya mengetahui bahwa huru-hara tersebut bukan datang dari musuh, namun dari dalam istana sendiri yang diotaki oleh para menterinya.
( )
Namun, raja sangat kesulitan untuk mencari siap yang berseongkol terhadap tindakan penculikan dan pembunuhan tersebut karena dia melihat bahwa para menterinya semuanya taat kepadanya.
Dari itu, dipanggillah Abu Nawas yang dikenal memiliki otak yang cerdas.
"akhir-akhir ini aku gelisah, seolah ada seseorang yang hendak mengkudeta kerajaanku. Apa ada yang salah dengan kepemimpinanku?" tanya raja kepada Abu Nawas.
"Ampun beribu ampun baginda, apa yang bisa hamba lakukan untuk membantu?" kata Abu Nawas balik bertanya.
"Begini wahai Abu Nawas," ucap Baginda Raja. "Berilah cara kepadaku untuk menguji kesetiaan para menteriku," lanjutnya.
"Baiklah paduka, berilah hamba waktu sehari saja agar bisa memikirkan caranya," janji Abu Nawas sembari berpamitan.
Setibanya di rumah, Abu Nawas berpikir keras untuk menemukan cara yang terbaik dan jitu. Belum lagi ketemu jalan keluar, karena kelelahan, Abu Nawas tertidur. Tidur yang sungguh sangat lelap.
Pada keesokan harinya ketika ia hendak salat subuh, Abu Nawas tersadar masih punya pekerjaan rumah dari Baginda yang belum terjawab.
Terpenting salat dulu, urusan kerajaan biarlah nanti saja, pikir Abu Nawas. Ia pun mencari sorban. Secara tak sengaja ia menemukan sorban lawas. Sorban lusuh yang menebar aroma tidak sedap. Sorban itu memang telah lama tidak dicuci oleh sang istri.
Sorban bau ampek inilah yang membuat otak Abu Nawas mendapatkan jalan. Si cerdik ini menemukan cara jitu untuk menguji kesetiaan para menteri kerajaan.
Setelah salat subuh, Abu Nawas pun segera bergegas menuju istana menghadap Raja Harun Ar-Rasyid. Ia meminta Baginda Raja bersandiwara seolah telah memiliki sorban sakti.
Raja Harun Ar-Rasyid setuju dan melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Abu Nawas.
Setelah itu, maka dikumpulkanlah kelima menterinya untuk menghadap.
Di hadapan para menteri itu, Baginda Raja mengatakan bahwa ia telah mendapat hadiah berupa sorban sakti hasil pemberian dari kerajaan lain. Dan salah satu kesaktian sorban itu adalah bisa menentukan masa depan kerajaan di masa yang akan datang.
"Wahai para menteriku, bantulah aku untuk menentukan masa depan negeri ini," titah Baginda Raja.
"Bagaimana caranya wahai Baginda?" tanya salah seorang menteri.
"Masing-masing dari kalian, coba ciumlah sorban hadiah ini secara bergantian. Apabila berbau wangi, maka kerajaan ini akan abadi. Namun, billa baunya busuk, maka kerajaan ini tidak akan lama lagi akan segera runtuh," jelas raja.
Sesuai dengan perintah raja, para menteri satu persatu memasuki ruangan untuk mencium sorban sakti tersebut. Setelah semuanya telah mendapatkan giliran, maka dikumpulkanlah lagi menteri-menterinya.
"Bagaimana baunya," tanya Baginda Raja.
"Sorban ini baunya sangat harum, niscaya kerajaan ini akan abadi," jawab menteri pertama.
Menteri kedua dan ketiga menjawab sama dengan menteri pertama. Intinya adalah mereka berusaha untuk membuat Baginda Raja senang.
Giliran menteri keempat dan kelima angkat bicara. Di luar dugaan, menteri keempat dan kelima ini mengatakan bahwa sorban sakti tersebut baunya busuk dan menyengat hidung.
Mendengar penyataan menteri keempat dan kelima itu, Baginda Raja akhirnya membuka rahasia bahwa sorban yang dibilang sakti tersebut sejatinya milik Abu Nawas yang sudah usang dan tidak dicuci lama sekali.
Bergetarlah badan menteri pertama, kedua, dan ketiga. "Kini aku tahu siapa di antara kalian yang telah berkhianat kepadaku. Kalian telah terbukti berbohong dan kalian pantas untuk masuk penjara," ujar Baginda Raja.
Menteri pertama, kedua, dan ketiga langsung ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara pada hari itu juga.
Di sisi lain Baginda Raja memberi hadiah kepada menteri keempat dan kelima. Tentu saja, Abu Nawas juga mendapat bagian hadiah. ( )
(mhy)