Azyumardi Azra Sebut Wakaf Berperan Besar terhadap Kelembagaan Islam

Jum'at, 08 April 2022 - 19:47 WIB
loading...
Azyumardi Azra Sebut Wakaf Berperan Besar terhadap Kelembagaan Islam
Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh membuka Workshop Jurnalis Wakaf 2022 bertema Penguatan Literasi dan Jaringan Jurnalis Wakaf di Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/4/2022). Foto/SINDOnews/Abdul Malik Mubarok
A A A
JAKARTA - Tradisi wakaf di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Dimulai wakaf tanah untuk kepentingan masjid hingga saat ini berkembang wakaf uang dengan manfaat yang lebih luas.

Hal ini disampaikan cendekiawan muslim, Azyumardi Azra dalam sambutan virtual pembukaan Workshop Jurnalis Wakaf 2022 bertema 'Penguatan Literasi dan Jaringan Jurnalis Wakaf' di Bogor, Jawa Barat, Jumat-Minggu (8-10/4/2022). Ikut hadir secara virtual Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh, pengurus BWI, dan jurnalis dari puluhan media.

Azyumardi menjelaskan, di masa sebelum penjajahan, tradisi wakaf di Indonesia adalah berupa tanah untuk kepentingan pendirian masjid. Wakaf ini kemudian berkembang di masa penjajahan, tidak lagi sebatas untuk pendirian masjid tapi juga untuk pendidikan.



"Misalnya pesantren dan lahan-lahan pertanian. Lahan wakaf yang diberdayakan untuk pertanian kemudian membuat pesantren mandiri," kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998-2006 ini.

Azyumardi Azra mengatakan, Indonesia cukup ketinggalan dalam hal pengelolaan wakaf dibanding negara-negara lain. Sebab, Badan Wakaf Indonesia (BWI) baru dibentuk pada 2007. Pembentukan BWI didasarkan pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.



Menurutnya, wakaf ada yang dikelola sepenuhnya oleh negara seperti Timur Tengah dan Malaysia dan ada pula yang seminegara semisal Turki. Sementara BWI sendiri dinilai Azyumardi Azra lebih condong ke organisasi kelompok masyarakat meski disahkan oleh pemerintah.

"Peran wakaf terhadap kelembagaan Islam sangat besar. Karena itu kita harapkan wakaf semakin luas dengan pertumbuhan kelas menengah muslim," katanya.

Sementara itu, Mohammad Nuh menyoroti minimnya literasi wakaf masyarakat yang baru 50%. Karena itu dengan bantuan para jurnalis, maka literasi wakaf bisa naik menjadi pemahaman, dan naik lagi menjadi ke kesadaran. "Informasi yang baik akan berdampak positif, sehingga wakaf terus meningkat," kata M Nuh.

Saat ini BWI juga tengah berusaha menggeser paradigma bagaimana agar para mauquf atau penerima manfaat wakaf berubah menjadi wakif atau pemberi wakaf. Menurut Mohammad Nuh, kuncinya ada di nazir atau pengelola wakaf. "Kami sedang melakukan mobilisasi sertifikasi kompetensi nazir. Mereka tidak hanya menjadi pengelola tapi juga penggerak," katanya.

(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2546 seconds (0.1#10.140)