Tragedi Karbala: Detik-Detik Syahidnya Sayyidina Husein bin Ali Cucu Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
Dalam kondisi kritis ini, Husein berkirim surat dari Karbala kepada saudaranya Muhammad bin Hanafiyah dan Bani Hasyim. “Seakan dunia sama sekali tak pernah ada (dan demikian inilah dunia yang berkesudahan dan tanpa arti), sementara akhirat adalah senantiasa,” tulisnya.
Penggalan dari pidato Imam Husein kepada para sahabatnya, “Wahai para keturunan besar dan agung! Bersabarlah, karena kematian hanyalah sebuah jembatan tempat kalian akan melewati segala kesulitan dan penderitaan dan mengantarkan kalian ke surga yang luas dengan segala nikmatnya yang senantiasa.”
Pada hari Selasa, 7 Muharam 61 Hijriah terdata bahwa pasukan yang mengambil baju, senjata perang, dan gaji dari pemerintah Bani Umayyah dan siap untuk berperang melawan Husein berjumlah lebih dari 30 ribu orang.
Sungai Furat
Umar bin Sa’ad kembali mendapatkan sebuah surat dari Ubaidullah bin Ziyad dengan isi sebagai berikut, “Jadikanlah pasukanmu untuk memisahkan antara Husein dan sahabat-sahabatnya dengan sungai Furat, hingga tak ada setetes air pun yang sampai ke mereka, sebagaimana Utsman bin Affan dulu terhalangi dari air.”
Kemudian Umar bin Sa’ad menempatkan 500 pasukan penunggang kuda di sisi sungai Furat. Salah satu dari mereka berteriak, “Husein! Demi Allah, engkau tidak akan meminum air ini walau setetes pun hingga kehausan merenggut nyawamu.”
Imam Husein berkata, “Ilahi! Binasakan ia dengan kehausan dan jauhkan ia dari segala rahmat-Mu!”
Hamid bin Muslim mengatakan, "aku melihat dengan mataku sendiri bahwa kutukan Imam Husain betul-betul terlaksana."
Husein mengutuk pasukan musuh, “Ilahi!Tahanlah hujan-Mu dari mereka, ciptakan kesulitan dan kekeringan (sebagaimana tahun-tahun Yusuf), dan tempatkan budak Tsaqafi (Hajjaj bin Yusuf) untuk mereka supaya mereka merasakan pahitnya tegukan racun, dan ambilkan balas dendamku, para sahabatku, Ahlul Bait dan para pengikutku dari mereka.”
Keesokan harinya, rasa kehausan di kemah-kemah makin lama terasa semakin mencekik. Husein lalu memerintahkan saudaranya, Abbas, bersama beberapa orang untuk bergerak ke sungai Furat di malam hari. Dengan rencana yang matang, mereka berhasil mematahkan dan menerobos barisan musuh dan kembali ke kemah dengan kantong-kantong penuh air.
Pada Kamis, 9 Muharam 61 Hijriah Syimr mendatangi perkemahan Imam Husein. Selain memanggil Abbas dan putra-putra Ummul Banin lainnya, ia mengatakan, “Aku telah mengambil surat jaminan untuk kalian dari Ubaidullah.”
Secara bersamaan, mereka berkata, “Allah melaknatmu dan melaknat surat jaminanmu! Kami berada dalam keamanan dan putra dari putri Rasulullah berada dalam ancaman?!”
Melalui saudara lelakinya, Abbas, Husein meminta kesempatan satu malam dari musuh untuk melakukan sholat, berdoa, berkhalwat dengan Tuhan dan membaca Al-Qur'an.
Penggalian parit di seputar perkemahan untuk menghadapi musuh dan memutus hubungan musuh dengan perkemahan dari tiga arah. Interaksi hanya bisa dilakukan dari satu arah dimana para sahabat Husein ditempatkan. Ini adalah strategi Husein yang sangat bermanfaat bagi
para sahabat.
Pada hari itu juga skelompok dari laskar Umar bin Sa’ad bergabung dengan pasukan Husein. Pidato Husein kepada musuh, “Celaka kalian! Kerugian apa yang akan kalian peroleh jika mendengarkan perkataanku? Aku mengajak kalian ke jalan yang benar. Akan tetapi kalian menolak seluruh perintahku dan tidak mendengarkan perkataanku, karena perut-perut kalian telah terpenuhi oleh kekayaan haram hingga mengeraskan hati-hati kalian.”
Setelah menunaikan sholat Subuh bersama para sahabatnya, Husein bersabda, “ ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran.”
Husein memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.
Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Husein belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, “Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini.”
Umar bin Sa’ad meletakkan anak panah di panahnya dan melemparkannya ke arah para sahabat Husein seraya berkata, “Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein.”
Penggalan dari pidato Imam Husein kepada para sahabatnya, “Wahai para keturunan besar dan agung! Bersabarlah, karena kematian hanyalah sebuah jembatan tempat kalian akan melewati segala kesulitan dan penderitaan dan mengantarkan kalian ke surga yang luas dengan segala nikmatnya yang senantiasa.”
Pada hari Selasa, 7 Muharam 61 Hijriah terdata bahwa pasukan yang mengambil baju, senjata perang, dan gaji dari pemerintah Bani Umayyah dan siap untuk berperang melawan Husein berjumlah lebih dari 30 ribu orang.
Baca Juga
Sungai Furat
Umar bin Sa’ad kembali mendapatkan sebuah surat dari Ubaidullah bin Ziyad dengan isi sebagai berikut, “Jadikanlah pasukanmu untuk memisahkan antara Husein dan sahabat-sahabatnya dengan sungai Furat, hingga tak ada setetes air pun yang sampai ke mereka, sebagaimana Utsman bin Affan dulu terhalangi dari air.”
Kemudian Umar bin Sa’ad menempatkan 500 pasukan penunggang kuda di sisi sungai Furat. Salah satu dari mereka berteriak, “Husein! Demi Allah, engkau tidak akan meminum air ini walau setetes pun hingga kehausan merenggut nyawamu.”
Imam Husein berkata, “Ilahi! Binasakan ia dengan kehausan dan jauhkan ia dari segala rahmat-Mu!”
Hamid bin Muslim mengatakan, "aku melihat dengan mataku sendiri bahwa kutukan Imam Husain betul-betul terlaksana."
Husein mengutuk pasukan musuh, “Ilahi!Tahanlah hujan-Mu dari mereka, ciptakan kesulitan dan kekeringan (sebagaimana tahun-tahun Yusuf), dan tempatkan budak Tsaqafi (Hajjaj bin Yusuf) untuk mereka supaya mereka merasakan pahitnya tegukan racun, dan ambilkan balas dendamku, para sahabatku, Ahlul Bait dan para pengikutku dari mereka.”
Keesokan harinya, rasa kehausan di kemah-kemah makin lama terasa semakin mencekik. Husein lalu memerintahkan saudaranya, Abbas, bersama beberapa orang untuk bergerak ke sungai Furat di malam hari. Dengan rencana yang matang, mereka berhasil mematahkan dan menerobos barisan musuh dan kembali ke kemah dengan kantong-kantong penuh air.
Pada Kamis, 9 Muharam 61 Hijriah Syimr mendatangi perkemahan Imam Husein. Selain memanggil Abbas dan putra-putra Ummul Banin lainnya, ia mengatakan, “Aku telah mengambil surat jaminan untuk kalian dari Ubaidullah.”
Secara bersamaan, mereka berkata, “Allah melaknatmu dan melaknat surat jaminanmu! Kami berada dalam keamanan dan putra dari putri Rasulullah berada dalam ancaman?!”
Melalui saudara lelakinya, Abbas, Husein meminta kesempatan satu malam dari musuh untuk melakukan sholat, berdoa, berkhalwat dengan Tuhan dan membaca Al-Qur'an.
Penggalian parit di seputar perkemahan untuk menghadapi musuh dan memutus hubungan musuh dengan perkemahan dari tiga arah. Interaksi hanya bisa dilakukan dari satu arah dimana para sahabat Husein ditempatkan. Ini adalah strategi Husein yang sangat bermanfaat bagi
para sahabat.
Pada hari itu juga skelompok dari laskar Umar bin Sa’ad bergabung dengan pasukan Husein. Pidato Husein kepada musuh, “Celaka kalian! Kerugian apa yang akan kalian peroleh jika mendengarkan perkataanku? Aku mengajak kalian ke jalan yang benar. Akan tetapi kalian menolak seluruh perintahku dan tidak mendengarkan perkataanku, karena perut-perut kalian telah terpenuhi oleh kekayaan haram hingga mengeraskan hati-hati kalian.”
Setelah menunaikan sholat Subuh bersama para sahabatnya, Husein bersabda, “ ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran.”
Husein memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.
Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Husein belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, “Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini.”
Umar bin Sa’ad meletakkan anak panah di panahnya dan melemparkannya ke arah para sahabat Husein seraya berkata, “Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein.”