Tragedi Karbala: Detik-Detik Syahidnya Sayyidina Husein bin Ali Cucu Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Sa’ad. Mereka membidik para sahabat Husein dari segala arah. “Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian,” seru Sayyidina Husein.
Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Husein gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga bersabung nyawa. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, seluruhnya, tanpa tersisa.
Husein pun sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru, beliau memandang ke arah jasad-jasad para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.
Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuhnya dipenuhi oleh seratus lebih anak-anak panah yang menancap.
Husein tersungkur jatuh, gugur syahid. Jeritan para wanita dan anak-anak, membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.
Sore hari kesepuluh, setelah Husein sahid, Yazid memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga nabi. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Husein, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as.
Putri-putri Rasulullah saw dan keluarga Imam Husein keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.
Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Sa’ad. Perempuan-perempuanini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein."
Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana. Mereka menampari wajah-wajah mereka sendiri. Setelah peristiwa ini, Umar bin Sa’ad mengumumkan pada laskarnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!”
Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh Husein.
Sore itu juga, Umar bin Sa’ad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala Husain ke Ubaidullah bin Ziyad di Kufah.
Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah 72 kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy’ats.
Setelah itu, mereka mulai mencari-cari orang-orang mereka yang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad.
Lihat Juga: Kisah Sayyidina Husein Tidur di Punggung Kuda, Bermimpi Dirinya dan Pengikutnya Terbunuh
Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Husein gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga bersabung nyawa. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, seluruhnya, tanpa tersisa.
Husein pun sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru, beliau memandang ke arah jasad-jasad para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.
Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuhnya dipenuhi oleh seratus lebih anak-anak panah yang menancap.
Husein tersungkur jatuh, gugur syahid. Jeritan para wanita dan anak-anak, membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.
Sore hari kesepuluh, setelah Husein sahid, Yazid memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga nabi. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Husein, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as.
Putri-putri Rasulullah saw dan keluarga Imam Husein keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.
Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Sa’ad. Perempuan-perempuanini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein."
Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana. Mereka menampari wajah-wajah mereka sendiri. Setelah peristiwa ini, Umar bin Sa’ad mengumumkan pada laskarnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!”
Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh Husein.
Sore itu juga, Umar bin Sa’ad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala Husain ke Ubaidullah bin Ziyad di Kufah.
Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah 72 kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy’ats.
Setelah itu, mereka mulai mencari-cari orang-orang mereka yang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad.
Lihat Juga: Kisah Sayyidina Husein Tidur di Punggung Kuda, Bermimpi Dirinya dan Pengikutnya Terbunuh
(mhy)