Kisah Rasulullah SAW: Ditawari Anak Kunci Isi Dunia dan Hidup Kekal Jelang Sakaratul Maut

Jum'at, 19 Agustus 2022 - 13:46 WIB
loading...
A A A
"Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakarlah khalilku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba saatnya Tuhan mempertemukan kita."

Setelah itu, Nabi Muhammad turun dari mimbar, sedianya akan kembali pulang ke rumah Aisyah, tapi beliau lalu menoleh kepada orang banyak itu dan kemudian katanya:

"Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Anshar itu baik-baik; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Anshar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka itu orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka."



Abu Bakar Menjadi Imam
Beliau kembali ke rumah Aisyah. Tetapi energi yang digunakannya selama beliau dalam keadaan sakit itu, telah membuat sakitnya terasa lebih berat lagi.

Haekal mengatakan sungguh suatu pekerjaan berat, terutama buat orang yang sedang menderita demam. Beliau keluar juga setelah disirami tujuh kirbat air; beliau keluar dengan membawa beban pikiran yang sangat berat: Pasukan Usamah, nasib Anshar kemudian hari, nasib orang-orang Arab yang kini telah dipersatukan oleh agama baru itu dengan persatuan yang sangat kuat.

Itu pula sebabnya, tatkala keesokan harinya beliau berusaha hendak bangun memimpin sholat seperti biasanya, ternyata beliau sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah ia berkata: "Suruh Abu Bakar menjadi imam."

Aisyah ingin sekali Nabi sendiri yang melaksanakan sholat mengingat bahwa tampaknya sudah berangsur sembuh. "Tapi Abu Bakar orang yang lembut hati, suaranya lemah dan suka menangis kalau sedang membaca Qur'an," tutur Aisyah.

Aisyah pun mengulangi kata-katanya itu. Tetapi dengan suara lebih keras Nabi Muhammad berkata lagi, dengan sakit yang masih dirasakannya: "Sebenarnya kamu ini seperti perempuan-perempuan Yusuf. Suruhlah dia memimpin orang-orang bersembahyang!"

Kemudian Abu Bakar datang memimpin sembahyang seperti diperintahkan oleh Nabi.

Pada suatu hari karena Abu Bakar tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak bersembahyang, maka Umarlah yang dipanggil untuk memimpin orang-orang bersembahyang sebagai pengganti Abu Bakar.

Oleh karena Umar orang yang punya suara lantang, maka ketika mengucapkan takbir di masjid, suaranya terdengar oleh Nabi Muhammad dari rumah Aisyah. "Mana Abu Bakr?" tanyanya. "Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian."

Orang dapat menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakar sebagai penggantinya kemudian, karena memimpin orang-orang bersembahyang sudah merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah SAW.



Bisikan ke Fatimah
Tatkala sakit Rasulullah SAW sudah makin keras, panas demamnya makin memuncak, istri-istri dan tamu-tamu yang datang menjenguknya, bila meletakkan tangan di atas selimut yang dipakainya, terasa sekali panas demam yang sangat meletihkan itu.

Sayyidah Fatimah, putrinya, setiap hari datang menengok. Beliau sangat mencintai putrinya itu, cinta seorang ayah kepada anak yang hanya tinggal satu-satunya sebagai keturunan.

Apabila Fatimah datang menemui Nabi, ia menyambutnya dan menciumnya, lalu didudukkannya di tempat beliau duduk. Tetapi setelah sakitnya demikian payah, putrinya itu datang menemuinya dan mencium ayahnya.

"Selamat datang, putriku," ujar Rasulullah SAW. Lalu didudukkannya Fatimah di sampingnya. Ada kata-kata yang dibisikkannya ketika itu, Fatimah lalu menangis. Kemudian dibisikkannya kata-kata lain Fatimah pun jadi tertawa.

Penasaran Aisyah pun bertanya kepada Fatimah apa yang dibisikkan Rasulullah. "Sebenarnya saya tidak akan membuka rahasia Rasulullah SAW," jawab Fatimah.

Hanya saja, setelah Rasul wafat, Fatimah mengatakan, bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa beliau akan meninggal oleh sakitnya sekali ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian dibisikkannya lagi, bahwa putrinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya ia tertawa.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2860 seconds (0.1#10.140)