Tangis Bayi yang Mengubah Kebijakan Pemerintah, Berikut Kisahnya

Minggu, 16 Oktober 2022 - 16:21 WIB
loading...
Tangis Bayi yang Mengubah Kebijakan Pemerintah, Berikut Kisahnya
Ilustrasi Umar bin Khattab ketika mendengar keluhan Ibu yang tidak mempunyai makanan untuk bayinya. Foto/tangkapan layar Film Omar
A A A
Kisah bayi menangis yang mengubah kebijakan penguasa layak kita jadikan pelajaran berharga. Kisah ini terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu sebagai Amirul Mukminin.

Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, Pengasuh Ma'had Subulana Bontang Kalimantan Timur menceritakan, suatu malam Sayyidina Umar melakukan kegiatan inspeksi masyarakatnya seperti biasa (blusukan), ia melintas di sebuah rumah dan mendengar tangisan seorang bayi dari dalam rumah itu.

Maka Umar berkata: "Wahai ibu pemilik bayi, susuilah dia." Ibu si anak, yang tidak menyadari bahwa yang berkata adalah Sayyidina Umar menjawab: "Amirul Mukminin tidak memberikan santunan untuk bayi yang baru lahir sampai masa penyapihannya."

Umar menjawab: "Susuilah dia, nanti Amirul Mukminin pasti akan memberikan santunan untuknya."

Sayyidina Umar pun lalu bergegas pulang. Setelah ia tiba di rumahnya, berkumandang Adzan Subuh. Ia pergi ke masjid untuk mengimami sholat Subuh berjamaah. Dan pagi itu bacaannya tak bisa disimak dengan baik karena tertutupi oleh tangisannya.

Selesai sholat ia langsung berdiri sambil berkata:

بؤسًا لعمر كم قتل من أولاد المسلمين

Artinya: "Celakalah Umar, berapa banyak ia telah membunuh anak-anak kaum muslimin."

Sayyidina Umar lalu menetapkan aturan yaitu santunan wajib atas setiap bayi yang baru lahir hingga masa ia disapih. Demikianlah tangis seorang bayi sanggup mengubah keputusan seorang kepala negara yang adil, Al-Faruq Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab memang dikenal sebagai pemimpin adil dan bijaksana. Pada masa kepemimpinannya, Islam berkembang hingga ke luar jazirah Arab seperti Mesir, Suriah, Persia, dan Irak. Dalam satu riwayat, Umar bin Khattab pernah berkata:

تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوْا

Artinya: "Tafaqqahu (belajarlah agama) sebelum kalian menjadi pejabat (pemimpin)."

Ketika menjadi pemimpin, Umar bin Khattab juga tidak lepas dari kritik rakyatnya. Bahkan beliau pernah dikritik secara terbuka oleh seorang wanita tua.

Ketika Umar bin Khattab menetapkan kebijakan pembatasan mahar, seorang wanita tua angkat bicara menolaknya, padahal Umar masih berdiri di atas mimbar.

"Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau tidak mendengar firman Allah: 'Sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun..." (QS. An Nisa ayat 20)

Mendengar itu, Sayyidina Umar langsung meralat keputusannya. Begitulah kebijaksanaa Umar saat menjadi pemimpin.

Semoga Allah menghadirkan Al-Faruq Al-Faruq di tengah-tengah kita, pemimpin yang bisa memahami bahasa jeritan rakyatnya.



Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1264 seconds (0.1#10.140)