Kisah Bijak Para Sufi: Tiga Guru dan Penunggang Bagal

Sabtu, 11 Juli 2020 - 09:58 WIB
loading...
Kisah Bijak Para Sufi:...
Ilsutrasi bagal. Foto/pxhere.com
A A A
Demikian mashyurnya Syeh Abdul Qadir sehingga para mistikus berbagai aliran kepercayaan pun berbondong-bondong menyesaki aula pertemuannya, dan adat kepantasan serta cara-cara tradisional secara umum berlaku. ( )

Orang-orang saleh itu mengatur diri berdasarkan kedudukan, usia, dan reputasi guru masing-masing; juga menurut kedudukan mereka sendiri dalam masyarakat.

Mereka pun bersaing satu sama lain untuk mendapat perhatian Sultan Para Guru, Abdul Qadir. Pengetahuan dan kelakuan Sang Sultan tanpa cela, dan tak ada orang yang kemampuannya rendah atau latihannya kurang, yang hadir dalam pertemuan-pertemuan di istananya. ( )

Tetapi, pada suatu hari, tiga orang syeh dari Khorasan, Irak, dan Mesir, datang ke Dargah, dipandu oleh tiga penunggang bagal yang buta huruf.

Perjalanan mereka dari Makkah, di mana mereka menunaikan ibadah haji, telah terganggu oleh perilaku para penunggang bagal yang tak senonoh dan kurang serius itu. Ketika menyaksikan pertemuan Sang Syeh tersebut, mereka gembira sebab berpikir bisa terbebas dari teman-teman seperjalanannya itu, sekaligus memuaskan keinginan untuk sekilas melihat Sang Syeh Agung.
(Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Membawa Sepatu )

Tidak seperti biasanya, Sang Syeh pun datang menemui mereka. Tak ada gelagat bahwa Sultan dan para penunggang bagal bersua. Tetapi kemudian, pada malam itu, ketika sedang berjalan pulang ke tempat tinggal mereka, ketiga syeh itu tak diduga kebetulan mendengar Sang Sultan mengucapkan selamat malam kepada ketiga penunggang tersebut. (

Tatkala mereka dengan khidmat meninggalkan kamar sultan, Sang Sultan pun mencium tangan mereka. Hal itu membuat ketiganya terheran-heran, dan menyadari bahwa ketiga penunggang bagal itulah, dan bukan mereka, yang merupakan Syeh Tersembunyi Para Darwis. ( )

Mereka pun mengikuti Para Penunggang, dan mencoba memulai percakapan. Namun, pemimpin penunggang itu hanya berkata, "Kembali saja pada sembahyang dan komat-kamit kalian, Para Syeh, pada Kesufian dan pencarian kebenaran, yang telah mengusik kami sepanjang tiga puluh enam hari perjalanan. Kami cuma penunggang bagal dan tak ingin lebih dari itu." (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )

====

Idries Shah dalam Tales of The Dervishes yang diterjemahkan Ahmad Bahar dengan judul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi menyebut demikianlah perbedaan antara Para Sufi Tersembunyi dan yang seolah-olah saja Sufi. ( )

Ensiklopedia Yahudi (Jewish Encyclopedia) dan para ahli tentang mistisisme Hasidic, seperti Martin Buber, telah mengemukakan adanya persamaan di antara sekolah tersebut dan Para Sufi Spanyol, sejauh menyangkut urutan dan kemiripan ajaran.( )

Kisah ini, yang berasal dari Sufi Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166), juga dianggap terilhami dari kehidupan Hasid Rabbi Elimelech (yang meninggal pada tahun 1809).

Abdul Qadir, yang dikenal sebagai 'Raja', sama seperti juga Elimelech, merupakan pendiri Tarekat Darwis Qadiri. ( )
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3755 seconds (0.1#10.140)