Persepsi Umum Kenabian Menurut Orientalis William Montgomery Watt

Senin, 26 Desember 2022 - 19:59 WIB
loading...
A A A
Pada QS 7: 59-64, menceritakan kisah Nabi Nuh AS, dari awal sampai akhir sebagaimana di bawah ini:

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selainNya."(Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kamu berada dalam kesesatan yang nyata."

Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."

"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui melalui wahyu dari Allah."

"Dan apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat."

"Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)."

Nabi-nabi bangsa Arab di atas, sama-sama menyeru bangsanya masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda.

Nabi Luth menyalahkan kaumnya melakukan hubungan seksual yang immoral. Lagi-lagi mesti ditetapkan bahwa hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum Nabi Luth ini tetap diberikan oleh Allah meskipun Nabi Luth berusaha menyelamatkan mereka dan hanya Nabi Luth sajalah yang selamat dan orang-orang yang besertanya.



Pada konteks kekinian ada hal penting yang perlu dicatat bahwa biasanya seorang Nabi atau Rasul itu dikirim oleh Allah untuk membawakan ajaran monoteisme kepada bangsanya.

Sementara mereka ini diyakini menjadi kaum atau bangsa yang menyembah banyak tuhan atau bahkan ateis yang tidak menyembah tuhan sama sekali.

Ayat Al-Qur'an berikut ini ( 23 : 44) akan dapat mengindikasikan bagaimana kaum muslimin merasakan kenabian sungguhpun mereka ini masih tetap lebih sadar akan oposisinya kepada Muhammad ketimbang kesuksesan beliau.

Kemudian Kami utus kepada umat-umat-Ku itu rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami binasakan sebagian mereka dengan sebagian yang lain berturut-turut. Dan Kami jadikan mereka buah tutur manusia, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.

Kebanyakan seorang nabi agaknya berkumpul menjadi satu komunitas bersama orang-orang beriman yang mengelilinginya pada generasi pertama. Maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa seorang nabi atau seorang rasul itu datang ke suatu masyarakat orang beriman kepada Tuhan (Allah) dalam rangka mengajak kaumnya agar memperoleh pengetahuan tentangNya lebih jauh.

Orang-orang seperti para nabi pembawa kitab yang berisi ajaran-ajaran. Kitab Perjanjian Lama (Ahl al-Kitab) yang tidak dapat dipikirkan dan hal ini barangkali yang paling signifikan adalah bahwa tak seorangpun dari mereka itu disebutkan di dalam Al-Qur'an tanpa kecuali, selain Jonah. Maka sekarang diyakini oleh para ilmuwan Kristen bahwa kitab dengan nama tersebut, selain profunditas spirittualnya, tidak ditulis oleh pribadi aktual yang disebut Jonah itu secara langsung.

Al-Qur'an secara implisit menyatakan bahwa pada hakekatnya semua nabi/rasul itu mengajarkan pesan risalah yang secara esensial adalah sama, utamanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa nanti di hari kiamat tiap-tiap manusia akan dihadapkan kepada Allah secara langsung untuk menerima pembalasan (diadili) atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya di muka bumi ketika masih hidup. Ayat berikut ini (3: 81, 85) menjelaskan perjanjian yang kemungkinan dapat diduga telah terjadi sebelum masa penciptaan:

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui ..." Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya.

Di akhir ayat di atas ada kata Islam yang muncul dengan pengertiannya yang umum -- "tunduk patuh" (kepada Allah) dan lalu menjadi satu kata yang menjelaskan deskripsi agama yang diproklamirkan oleh semua nabi (rasul), bukan hanya diproklamirkan oleh Nabi Muhammad SAW semata-mata.

Dengan cara yang sama, kata muslim atau "orang yang tunduk menyerah" terkadang dipakai untuk penganut agama yang umum ini. Kata Rasul ketika dipakai untuk arti teknis benar-benar mempunyai arti yang persis sama dengan kata Nabi, yakni orang yang menyampaikan suatu pesan (risalah) dari Tuhan kepada umatnya.

Sebutan paling umum bagi Muhammad dalam bahasa Arab adalah Rasul Allah, dan oleh karena kata ini cenderung mengandung arti pengembangan konsepsi kenabian atau risalah, seperti yang terjadi di tahun-tahun terakhir Muhammad ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin dan pimpinan komunitas masyarakat atau bangsa. Akan tetapi konotasi ini tidak akan diperoleh pada bacaan dalam pemakaian kata-kata Al-Qur'an yang turun sebelumnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2477 seconds (0.1#10.140)