Beragam Bacaan Istighfar untuk Meraih Ampunan Allah Ta'ala

Senin, 13 Juli 2020 - 05:59 WIB
loading...
Beragam Bacaan Istighfar...
Sebanyak apapun dosanya, seorang hamba harus terus berdoa kepada Allah Taala untuk meminta ampunan-Nya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Di antara hal penting yang harus diminta seorang hamba kepada Rabb-nya ialah memohon ampunan terhadap dosa-dosa atau hal lain yang berkaitan dengan penyebab marahnya Allah Ta'ala kepada seorang hamba.

Sebanyak apapun dosanya, seorang hamba harus terus berdo'a kepada Allah. Bahkan, dianjurkan agar tetap berdoa minta surga dan dihindarkan dari siksa neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً

Dari Anas bin Mâlik radhiyallahu'anhu ia berkata,

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi).

Terkhusus buat para muslimah , teruslah berupaya untuk mencari ridha Allah dan hindari hal-hal yang membuat Allah marah pada dirimu. Jadilah sosok wanita yang takut berbuat dosa, melanggar syariat, dan mudah berbuat maksiat. Jadilah wanita muslim yang penuh kelembutan yang memancar cahaya kesopanan dan keanggunan, karena wanita muslimah adalah sebaik-baiknya perhiasan. Malulah ketika nafsu sudah menang sehingga hilang kehormatan dan meremehkan maksiat. (Baca juga : Hati-hati, Inilah Cara Iblis Celakakan Manusia )

Ingatlah bahwa Nabi Shalllallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholihah”. (HR muslim)

Wanita muslimah , harus menjaga izzah (harga diri yang mulia dan agung). Jauhi fitnah dengan cara membentengi diri pada syariat Allah Ta'ala. Peliharalah juga iffah, yakni menjauhi segala aktifitas yang berpotensi mendekatkan pada kemaksiatan. Secara bahasa, 'iffah adalah menahan. Adapun secara istilah, iffah adalah menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan.

Bukankah Allah Ta'ala juga telah berfirman :

"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.." (Qs. An-Nur Ayat-31 )

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS. Al-Ahzab:59 )

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan muslimah untuk menjaga pandangan dan mengenakan khimar yang dijulurkan hingga menutupi dada, serta mengenakan jilbab (baju kurung yang longgar dan tidak tipis yang terjulur hingga kaki). Maka beruntunglah dirimu yang terjaga. Sungguh dunia ini hanya sementara, jangan digadaikan untuk kenikmatan dunia yang semu belaka.

Karena itu, agar terus terjaga dari maksiat, maka hendaknya mejaga diri dengan memperbanyak istighfar . Bacaan istighfar yang dianjurkan adalah “أَسْتَغْفِرُ اللهَ” (astaghfirullah/aku memohon ampun kepada Allah). Namun, selain bacaan istighfar tersebut, ada beberapa redaksi istighfar lainnya yang disebutkan dalam al-Qur’an, yang bisa diamalkan sehari-hari agar bisa mengikis dosa-dosa. (Baca juga : Sang Penjelajah Dunia dan Ahli Hadis dari Kaum Hawa )

Bacaan-bacaan istighfar yang lain itu adalah :

Pertama:

“ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا، وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ“.

“Robbanaghfirlana dzunabana wa israfana fii amrina, wa tsabbit aqdamana, wanshurnâ ‘alal qoumil kafiriin”.

Artinya: “Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami. Serta tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. (QS. Ali Imran : 147).

Kedua:

“رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ“.

Robbana innana amanna faghfirlana dzunabana wa qina ‘adzabannaar”.

Artinya: “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari siksaan neraka”. (QS. Ali Imran : 16).

Ketiga:

“رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ“.

Robbana innana sami’na munadiyan yunadii lil imani an aaminu birabbikum fa aamanna. Robbana faghfir lanaa dzunubana wa kaffir ‘annâ sayyi’âtinâ, wa tawaffanâ ma’al abrôr”.

Artinya: “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kalian kepada Rabbmu”, maka kami pun beriman. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali Imran : 193).

Keempat:

“رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ“.

Robbana amannaa faghfir lana warhamna wa Anta khoirur rahimiin”.

Artinya: “Wahai Rabb kami, sungguh kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik”. (QS. Al-Mu’minun : 109).

Kelima:

“رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ“.

“Robbana atmim lanaa nuronaa waghfirlana, innaka ‘ala kulli syai’in qodiir”.

Artinya: “Wahai Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim : 8).

Keenam: Sayyidul Istighfar :

“اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ”

Allahumma anta rabbî la ilaha illa anta kholaqtanî, wa ana ‘abduka, wa ana ‘alâ ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’ûdzu bika min syarri mâ shona’tu, abû`u laka bini’matika ‘alayya wa abû`u bidzanbî, faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta”.

(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). (HR Bukhari).

Ketujuh:

“اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ؛ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ“.

“Allahumma innî dzolamtu nafsî dzulman katsîron, wa lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta faghfirlî maghfirotan min ‘indika warhamnî, innaka antal ghofûrur rohîm”.

(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang). (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedelapan:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullôhal ‘adzîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa atûbu ilaihi”.

(Aku memohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha hidup dan Maha berdiri sendiri). (HR. Al Hakim).

Kesembilan:

“اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ”

Allahummagh firlana war hamna wa tub ‘alaina, innaka antat tawwabur rohiim”.

(Ya Allâh, ampunilah kami dan sayangilah kami, serta terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). (HR. An-Nasa’i).

Kesepuluh:

“أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ”

Astaghfirullah wa atubu ilaih”.

(Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya).(HR. Bukhari).

Kesebelas:

“رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ”

Robbighfirlî wa tub ‘alayya innaka antat tawwabur rohiim”.

(Ya Rabbi ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang). (HR. Abu Dawud).

Seorang hamba disyariatkan untuk memperbanyak istighfar kapan saja. Al-Hasan al-Bashry menjelaskan, “Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, di pasar dan di majlis-majlis kalian. Sungguh kalian itu tidak tahu kapankah ampunan Allah turun”. (Baca juga : Bolehkah Muslimah Berhias dengan Memakai Celak? )

Jadi, istighfar itu disyariatkan untuk dibaca kapan pun. Hanya saja hukumnya menjadi wajib saat kita melakukan perbuatan dosa. Dan hukumnya sunnah setelah kita selesai melakukan amal salih. Fungsinya adalah untuk menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada di dalamnya.

Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1920 seconds (0.1#10.140)