Al-Zahrawi, Sang Ahli Kosmetika Dunia
loading...
A
A
A
Perkembangan kosmetika saat ini, ternyata tidak lepas dari peran seorang ilmuwan muslim . Dialah Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (936 - 1013 M), yang dikenal di Barat sebagai Abulcasis.
Abu Qasim Khalaf, kadang-kadang juga dipanggil dengan Al-Anshari, karena nenek moyangnya berasal dari Madinah Al-Munawwarah. Ia lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi" atau Al-Zahrawi. Sedangkan tahun wafatnya, menurut riwayat seorang penjelajah dan sejarawan, Al-Hasan Al-Wazzan, adalah 404H (1013M). Al-Zahrawi adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa pada umumnya, nama Az-Zahrawi telah diubah menjadi Alzahravius. Sedangkan julukannya, Abu Al-Qasim, telah diubah ke dalam dua versi, yaitu Albucasis dan Abulcasis. Kedua nama inilah yang hingga sekarang dikenal di Eropa . (Baca juga : Sang Penjelajah Dunia dan Ahli Hadis dari Kaum Hawa )
Al-Zahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Karya dan hasil pemikirannya inilah banyak diadopsi para dokter di dunia barat. Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa.
Selain berjasa di bidang ilmu kedokteran dan farmasi, Al-Zahrawi juga berkontribusi di bidang kosmetik . Kosmetik seperti deodoran, handbody lotion, dan pewarna rambut, yang masih digunakan hingga saat ini adalah karya Zahrawi. Bahkan temuannya berupa lipstik masih bertahan hingga kini, tanpa berubah bentuk.
KItab karyanya Al-Tasrif, kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin, kitab yang memperkenalkan kosmetik itu sempat menjadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M. Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia pun memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam. (Baca juga : Bolehkah Muslimah Berhias dengan Memakai Celak? )
Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetik lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mulut (mouth washes), serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cordoba memiliki 600 masjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik, hingga kini masih tetap berkembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada 1887 dalam buku 'The Moors in Spain’ mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.
Dalam kitabnya Al-Tasrif, itu pula Al-Zahrawi memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang ia miliki, 26 di antaranya dipatenkan sebagai peralatan karya dirinya. Dalam kitabnya, selain tulisan ia tak lupa memperlihatkan ilustrasi peralatannya, seperti catgut yang berfungsi untuk menjahit bagian dalam, forceps untuk mengangkat janin yang meninggal, ligature sebagai benang pengikat luka, jarum serta sederet alat bedah lainnya. Peralataan ciptaannya ini masih digunakan dunia kedokteran hingga sekarang. (Baca juga : Berhias untuk Salat Sangat Dianjurkan )
Al-Zahrawi tutup usia pada tahun 1013 M. Meskipun Spanyol bukan lagi menjadi negeri Muslim, tapi dirinya masih terkenang sebagai seorang ilmuwan berpengaruh asal Spanyol. Namanya diabadikan menjadi nama jalan ‘Calle Albucasis’. Rumahnya pun kini dijadikan sebagai Badan Kepariwisataan Spanyol dan selalu dijaga pemerintah setempat.
Wallahu A'lam
Abu Qasim Khalaf, kadang-kadang juga dipanggil dengan Al-Anshari, karena nenek moyangnya berasal dari Madinah Al-Munawwarah. Ia lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi" atau Al-Zahrawi. Sedangkan tahun wafatnya, menurut riwayat seorang penjelajah dan sejarawan, Al-Hasan Al-Wazzan, adalah 404H (1013M). Al-Zahrawi adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa pada umumnya, nama Az-Zahrawi telah diubah menjadi Alzahravius. Sedangkan julukannya, Abu Al-Qasim, telah diubah ke dalam dua versi, yaitu Albucasis dan Abulcasis. Kedua nama inilah yang hingga sekarang dikenal di Eropa . (Baca juga : Sang Penjelajah Dunia dan Ahli Hadis dari Kaum Hawa )
Al-Zahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Karya dan hasil pemikirannya inilah banyak diadopsi para dokter di dunia barat. Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa.
Selain berjasa di bidang ilmu kedokteran dan farmasi, Al-Zahrawi juga berkontribusi di bidang kosmetik . Kosmetik seperti deodoran, handbody lotion, dan pewarna rambut, yang masih digunakan hingga saat ini adalah karya Zahrawi. Bahkan temuannya berupa lipstik masih bertahan hingga kini, tanpa berubah bentuk.
KItab karyanya Al-Tasrif, kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin, kitab yang memperkenalkan kosmetik itu sempat menjadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M. Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia pun memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam. (Baca juga : Bolehkah Muslimah Berhias dengan Memakai Celak? )
Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetik lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mulut (mouth washes), serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cordoba memiliki 600 masjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik, hingga kini masih tetap berkembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada 1887 dalam buku 'The Moors in Spain’ mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.
Dalam kitabnya Al-Tasrif, itu pula Al-Zahrawi memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang ia miliki, 26 di antaranya dipatenkan sebagai peralatan karya dirinya. Dalam kitabnya, selain tulisan ia tak lupa memperlihatkan ilustrasi peralatannya, seperti catgut yang berfungsi untuk menjahit bagian dalam, forceps untuk mengangkat janin yang meninggal, ligature sebagai benang pengikat luka, jarum serta sederet alat bedah lainnya. Peralataan ciptaannya ini masih digunakan dunia kedokteran hingga sekarang. (Baca juga : Berhias untuk Salat Sangat Dianjurkan )
Al-Zahrawi tutup usia pada tahun 1013 M. Meskipun Spanyol bukan lagi menjadi negeri Muslim, tapi dirinya masih terkenang sebagai seorang ilmuwan berpengaruh asal Spanyol. Namanya diabadikan menjadi nama jalan ‘Calle Albucasis’. Rumahnya pun kini dijadikan sebagai Badan Kepariwisataan Spanyol dan selalu dijaga pemerintah setempat.
Wallahu A'lam
(wid)