Pengaruh Iptek Modern Terhadap Hubungan Islam-Kristen Menurut Montgomery Watt
loading...
A
A
A
Keanekaragaman ini mulai dari partai-partai politik lokal sampai kepada klub-klub bagi para pendukung tim sepak bola atau bagi suatu hobbi yang umum. Yang paling penting adalah persatuan-persatuan perdagangan, yakni, bersatunya para buruh dalam industri untuk menjamin bahwa mereka ini secara jujur dihadapkan dengan manajemen.
Hal ini menjadi penting sebagai industri yang lebih terorganisir secara baik, namun undang-undang juga diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan uni atau persatuan perdagangan tadi.
Transportasi yang mudah juga telah membawa makin meningkatnya perkampungan penduduk di luar negeri, baik hanya bersifat sementara maupun bersifat permanen. Pada akhir abad dua puluh, hal ini berarti bahwa di sana telah terjadi banyak percampuran-adukan yang lebih besar pengikut- pengikut dari agama-agama besar ketimbang yang pernah terjadi sebelumnya.
Berbeda dengan kasus-kasus khusus yang merupakan pengecualian, seperti masuknya orang-orang yang beragama Kristen dan Yahudi ke Kerajaan Islam, agama-agama besar itu cenderung menjadi kenyataan di hampir pendudukan kawasan-kawasan dunia yang eksklusif di mana mereka ini predominan.
Kunjungan-kunjungan para pengikut dari agama lain biasanya jarang terjadi dan secara relatif tidak lama, agar supaya para penganut satu agama itu sedikit kontaknya dengan para penganut agama yang lain. Bahkan dalam kasus negeri-negeri Islam, secara relatif hanya sedikit ada kunjungan oleh para penganut agama non-Muslim dari luar; dan sebagian kecil umat Islam yang mengadakan perjalanan ke masyarakat Kristen Eropa.
Pada dekade-dekade terakhir ini situasi tersebut telah berubah sama sekali secara sempurna dan sebagai suatu akibat semua agama-agama besar berfikir ulang bagi bentuk hubungannya dengan agama-agama lain.
Satu pengaruh khusus dari teknologi modern yang pantas dikatakan di sini secara khusus adalah disebabkan karena pengaruh teknologi modern itu langsung berkenaan tentang hubungan-hubungan Muslim-Kristen.
Ini adalah hasil penemuan, dalam suatu dunia yang makin menjadi tergantung atas teknologi dengan bahan baku minyak, dari cadangan-cadangan minyak mineral di kawasan-kawasan yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Sebagai akibatnya, Iran dan sebagian negeri Arab telah menjadi negara kaya secara ekstrem. Negeri-negeri Islam ini harus menggunakan tekanan politik untuk memperoleh kontrol minyak mereka secara paksa dari barat, di samping satu saat mereka mendapatkan kontrol yang dianggapnya mempunyai kemampuan mandiri untuk menghadapi problem-problem finansial dan komersial yang terlibat di dalamnya.
Kendatipun demikian, ada pertanyaan yang khususnya kaum muslimin harus pikirkan, yakni, mengapa negeri-negeri Arab dengan kekayaan minyak yang melimpah itu tidak memberi berkah untuk mampu mengembangkan industri-industri sebagaimana dengan jalan yang sama bagi bangsa Jepang.
Barangkali negeri negeri Arab dengan minyaknya yang melimpah ruah itu begitu kecil landasannya bagi ekspansi industri; melainkan ada faktor-faktor lain yang hendaknya dapat diperhatikan.
Tak pelak lagi bangsa Arab di samping mempunyai tradisi keahlian finansial dan komersial, mereka agaknya tidak mempunyai pengalaman bagi organisasi industrial. Bahkan pada berbagai penilaian, tradisi Islam yang merasa cukup dengan dirinya sendiri itu menjadikan mereka tidak berkeinginan untuk belajar dari Barat.
Saya tidak ingin memberi dugaan terhadap jawaban bagi pertanyaan ini, namun saya berpikir bahwa bangsa Arab muslim yang satu ini hendaknya memberi pertimbangan secara serius.
Pada dekade terakhir atau dua dekade terakhir ini juga telah dinyatakan bahwa tidak terhambatnya aplikasi-aplikasi teknologi pada skala luas dan pada semua macam bidang kehidupan ini akan membahayakan seluruh kehidupan mansia di planet ini.
Ini secara langsung tidak menyentuh kawasan agama-agama, namun problem-problem yang sekarang bermunculan sedemikian luasnya itu hanya dapat diselesaikan oleh tindakan internasional.
Agama-agama mempunyai sebagian peranan yang dapat dimainkan di sini dalam merumuskan norma-norma tingkah laku bagi digunakannya teknologi yang berbahaya dan dalam membantu tiap bangsa untuk menciptakan keputusan yang sebenarnya untuk bertindak pada jalan ini.
Hal ini menjadi penting sebagai industri yang lebih terorganisir secara baik, namun undang-undang juga diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan uni atau persatuan perdagangan tadi.
Transportasi yang mudah juga telah membawa makin meningkatnya perkampungan penduduk di luar negeri, baik hanya bersifat sementara maupun bersifat permanen. Pada akhir abad dua puluh, hal ini berarti bahwa di sana telah terjadi banyak percampuran-adukan yang lebih besar pengikut- pengikut dari agama-agama besar ketimbang yang pernah terjadi sebelumnya.
Berbeda dengan kasus-kasus khusus yang merupakan pengecualian, seperti masuknya orang-orang yang beragama Kristen dan Yahudi ke Kerajaan Islam, agama-agama besar itu cenderung menjadi kenyataan di hampir pendudukan kawasan-kawasan dunia yang eksklusif di mana mereka ini predominan.
Kunjungan-kunjungan para pengikut dari agama lain biasanya jarang terjadi dan secara relatif tidak lama, agar supaya para penganut satu agama itu sedikit kontaknya dengan para penganut agama yang lain. Bahkan dalam kasus negeri-negeri Islam, secara relatif hanya sedikit ada kunjungan oleh para penganut agama non-Muslim dari luar; dan sebagian kecil umat Islam yang mengadakan perjalanan ke masyarakat Kristen Eropa.
Pada dekade-dekade terakhir ini situasi tersebut telah berubah sama sekali secara sempurna dan sebagai suatu akibat semua agama-agama besar berfikir ulang bagi bentuk hubungannya dengan agama-agama lain.
Satu pengaruh khusus dari teknologi modern yang pantas dikatakan di sini secara khusus adalah disebabkan karena pengaruh teknologi modern itu langsung berkenaan tentang hubungan-hubungan Muslim-Kristen.
Ini adalah hasil penemuan, dalam suatu dunia yang makin menjadi tergantung atas teknologi dengan bahan baku minyak, dari cadangan-cadangan minyak mineral di kawasan-kawasan yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Sebagai akibatnya, Iran dan sebagian negeri Arab telah menjadi negara kaya secara ekstrem. Negeri-negeri Islam ini harus menggunakan tekanan politik untuk memperoleh kontrol minyak mereka secara paksa dari barat, di samping satu saat mereka mendapatkan kontrol yang dianggapnya mempunyai kemampuan mandiri untuk menghadapi problem-problem finansial dan komersial yang terlibat di dalamnya.
Kendatipun demikian, ada pertanyaan yang khususnya kaum muslimin harus pikirkan, yakni, mengapa negeri-negeri Arab dengan kekayaan minyak yang melimpah itu tidak memberi berkah untuk mampu mengembangkan industri-industri sebagaimana dengan jalan yang sama bagi bangsa Jepang.
Barangkali negeri negeri Arab dengan minyaknya yang melimpah ruah itu begitu kecil landasannya bagi ekspansi industri; melainkan ada faktor-faktor lain yang hendaknya dapat diperhatikan.
Tak pelak lagi bangsa Arab di samping mempunyai tradisi keahlian finansial dan komersial, mereka agaknya tidak mempunyai pengalaman bagi organisasi industrial. Bahkan pada berbagai penilaian, tradisi Islam yang merasa cukup dengan dirinya sendiri itu menjadikan mereka tidak berkeinginan untuk belajar dari Barat.
Saya tidak ingin memberi dugaan terhadap jawaban bagi pertanyaan ini, namun saya berpikir bahwa bangsa Arab muslim yang satu ini hendaknya memberi pertimbangan secara serius.
Pada dekade terakhir atau dua dekade terakhir ini juga telah dinyatakan bahwa tidak terhambatnya aplikasi-aplikasi teknologi pada skala luas dan pada semua macam bidang kehidupan ini akan membahayakan seluruh kehidupan mansia di planet ini.
Ini secara langsung tidak menyentuh kawasan agama-agama, namun problem-problem yang sekarang bermunculan sedemikian luasnya itu hanya dapat diselesaikan oleh tindakan internasional.
Agama-agama mempunyai sebagian peranan yang dapat dimainkan di sini dalam merumuskan norma-norma tingkah laku bagi digunakannya teknologi yang berbahaya dan dalam membantu tiap bangsa untuk menciptakan keputusan yang sebenarnya untuk bertindak pada jalan ini.
(mhy)