Puasa di Tanah Suci Saat Pandemi, Irfan: Doakan Kami Bisa Pulang
Selasa, 28 April 2020 - 20:21 WIB
Pada tanggal 18 Maret 2020 pemerintah Arab Saudi resmi menutup semua masjid dan meniadakan salat jamaah selain di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Dua hari berikutnya, yaitu pada tanggal 20 Maret, Masjid Nabawi dan Masjidil Haram juga resmi ditutup.
Biasanya mahasiswa mengikuti kajian di sana, baik kajian hadis, halaqah Quran atau yang lain. Kondisi saat ini semua itu tidak lagi bisa dilakukan.
Sejak 20 Maret 2020 pula, semua penerbangan dan transportasi umum di Arab Saudi diberhentikan. Biasanya, mahasiswa di Arab Saudi bisa pulang setahun sekali di bulan Ramadhan. Mahasiswa dari Jerman, Inggris, Turki, Somalia, menurut Irfan, sudah pulang, pada awal April lalu.
Sedangkan mahasiswa dari Indonesia kabarnya diperbolehkan pulang dan disediakan tiket pada awal Mei. Hanya saja, masalah justru ada di Indonesia yang menerapkan lockdown yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. “Mahasiswa di luar Jabodetabek bagaimana bisa pulang. Apa mereka akan dikarantina dulu di Jakarta?” katanya. “Doakan kami bisa pulang, sehingga bisa puasa dan lebaran bersama keluarga di Indonesia,” pinta Irfan akhirnya. Kedua orang tua Irfan tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sehingga bila benar pada Mei nanti boleh pulang maka tidak akan ada hambatan untuk mudik ke Bekasi.
Karantina 14 Hari
Sampai saat ini, tidak ada mahasiswa Indonesia di Arab Saudi yang positif virus corona. Hanya saja, Irfan mengakui dirinya sempat dikarantina 14 hari karena berinteraksi dengan mahasiswa yang positif corona.
Ia mengaku sangat tersiksa dengan karantina 14 hari itu. "Kita di kamar saja, tidak boleh keluar kamar selama 14 hari," katanya. "Jadi benar-benar jenuh."
Universitas telah membooking hotel dan memiliki gedung untuk RS dan tempat karantina. Hotel yang dibooking dekat Masjid Nabawi. Hotel itu diubah menjadi RS untuk mahasiswa yang positif corona. Itu pun jika RS di Madinah sudah tidak mampu menampung lagi. Sedangkan gedung untuk karantina ada di dekat kampus.
“Saya pribadi dikarantina 14 hari karena sempat berinteraksi dengan rekan yang positif. Pada hari ketiga karantina, dilakukan tes. Beberapa hari kemudian hasil tes keluar. Alhamdulillah, negatif,” tutur Irfan. Karena negatif, maka karantina tetap berlanjut sampai 14 hari. Jika hasil tes positif maka dipindah ke RS.
Semasa karantina, tidak boleh keluar kamar. Semua kebutuhan, makan dan lainnya, dipenuhi universitas. "Masya Allah benar-benar nggak betah,” kenang Irfan. ( )
Biasanya mahasiswa mengikuti kajian di sana, baik kajian hadis, halaqah Quran atau yang lain. Kondisi saat ini semua itu tidak lagi bisa dilakukan.
Sejak 20 Maret 2020 pula, semua penerbangan dan transportasi umum di Arab Saudi diberhentikan. Biasanya, mahasiswa di Arab Saudi bisa pulang setahun sekali di bulan Ramadhan. Mahasiswa dari Jerman, Inggris, Turki, Somalia, menurut Irfan, sudah pulang, pada awal April lalu.
Sedangkan mahasiswa dari Indonesia kabarnya diperbolehkan pulang dan disediakan tiket pada awal Mei. Hanya saja, masalah justru ada di Indonesia yang menerapkan lockdown yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. “Mahasiswa di luar Jabodetabek bagaimana bisa pulang. Apa mereka akan dikarantina dulu di Jakarta?” katanya. “Doakan kami bisa pulang, sehingga bisa puasa dan lebaran bersama keluarga di Indonesia,” pinta Irfan akhirnya. Kedua orang tua Irfan tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sehingga bila benar pada Mei nanti boleh pulang maka tidak akan ada hambatan untuk mudik ke Bekasi.
Karantina 14 Hari
Sampai saat ini, tidak ada mahasiswa Indonesia di Arab Saudi yang positif virus corona. Hanya saja, Irfan mengakui dirinya sempat dikarantina 14 hari karena berinteraksi dengan mahasiswa yang positif corona.
Ia mengaku sangat tersiksa dengan karantina 14 hari itu. "Kita di kamar saja, tidak boleh keluar kamar selama 14 hari," katanya. "Jadi benar-benar jenuh."
Universitas telah membooking hotel dan memiliki gedung untuk RS dan tempat karantina. Hotel yang dibooking dekat Masjid Nabawi. Hotel itu diubah menjadi RS untuk mahasiswa yang positif corona. Itu pun jika RS di Madinah sudah tidak mampu menampung lagi. Sedangkan gedung untuk karantina ada di dekat kampus.
“Saya pribadi dikarantina 14 hari karena sempat berinteraksi dengan rekan yang positif. Pada hari ketiga karantina, dilakukan tes. Beberapa hari kemudian hasil tes keluar. Alhamdulillah, negatif,” tutur Irfan. Karena negatif, maka karantina tetap berlanjut sampai 14 hari. Jika hasil tes positif maka dipindah ke RS.
Semasa karantina, tidak boleh keluar kamar. Semua kebutuhan, makan dan lainnya, dipenuhi universitas. "Masya Allah benar-benar nggak betah,” kenang Irfan. ( )
(mhy)
Lihat Juga :